Pagi itu Ruby bangun lebih awal. Tinggal sendirian menyadarkannya, tidak ada Vaiana yang menyiapkan sarapan seperti biasa. Setelah mencuci muka, Ruby menatap kaca di depannya.
"Yang tadi malam itu, mungkinkah hanya halusinasi ku?" Ruby bertanya pada dirinya sendiri.
Ia masih tidak yakin soal vas bunga di meja makan itu. Selama lebih dari 8 tahun hidup di rumah ini dengan kakaknya, tidak pernah sekalipun ia mengalami hal-hal seperti itu. Namun Ruby tidak menyangkal kalau hal-hal seperti itu memang ada di dunia. Jadi bukannya tidak mungkin.
Mencoba melupakan hal itu, Ruby ke dapur untuk membuat sarapan seadanya, omelette, itu lah yang terfikir olehnya. Suapan terakhir hampir gagal masuk ke mulutnya karena ia baru sadar kalau bunga di vas nya bukan mawar yang 5 hari lalu di beli kakaknya tapi setangkai krisan merah. Ruby sangat menyukai krisan merah, hanya saja yang satu ini agak aneh karena muncul sendiri entah dari mana asalnya.
"Apa yang harus ku lakukan denganmu?" Ruby mengambil bunga itu.
Membiarkannya di vas, dia tidak yakin dari mana asalnya, namun membuangnya pun terasa lebih bersalah karena dia menyukai bunga itu.
" Baiklah, aku akan menyimpanmu. membuangmu lebih menghantui fikiranku dari pada mengetahui asalmu." Ruby menaruh kembali bunga itu ke vasnya dan bersiap pergi bekerja.
"Novel fiksi ada di bagian mana?"
Suara itu cukup mengejutkan Ruby yang sedang menulis karena tidak ada suara langkah yang terdengar. Pria itu menatap lucu Ruby yang masih termangu entah terkejut atau terpesona. Hanya ketika pria itu melambaikan tangan di depan wajah Ruby, barulah dia tersadar.
" Ah maaf, disana nomor 808 bagian kedua." Jawab Ruby, masih menatap ke pria itu.
Itu hal yang wajar karena pria ini cukup diatas rata-rata menurut Ruby. Tinggi sekitar 180cm dengan fitur wajah tampan tanpa celah. Rambut hitam raven nya sangat kontras dengan kulit putih pucat itu. Senyumnya membawa kesan nakal namun sangat menarik.
" Terima kasih." Ucap pria itu sambil melangkah kearah yang di tunjukan Ruby. Ruby sudah melihat banyak pria tampan di sekolahnya dulu atau di perpustakaan, tapi yang satu ini berada di level yang berbeda. Seperti bukan manusia, fikir Ruby saat melihat pria itu berlalu.
"Bisakah kau menggantikan aku di shift malam nanti, Ruby? aku harus ke kota sore ini karena pertandingan basketku nanti malam."
ucap Brian diseberang telepon.
"baiklah aku akan menggantikanmu malam ini, tapi kau yang kerjakan laporan akhir Minggu." Tawar Ruby.
"ah baik baik, aku akan mengerjakannya."
Brian 2 tahun lebih tua dari Ruby tapi mereka masih dari sekolah yang sama. Meski tidak terlalu akrab, jika dibutuhkan mereka masih bisa bekerja sama dengan baik. Lagipula ini hanya shift malam, memberi bantuan sedikit namun mendapat kompensasi tidak mengerjakan laporan akhir Minggu adalah kesepakatan yang cukup menyenangkan bagi Ruby.
Ruby melirik jam di tangannya, sudah jam 20.30, setengah jam lagi ia akan pulang. Ini bukan pertama kalinya Ruby pulang malam karena kadang ia bertukar shift dengan Brian seperti hari ini.
"Aku inign meminjam novel ini." Pria itu menyodorkan novel yang cukup tebal di meja Ruby. Ruby masih sibuk menulis dan belum melihat siapa yang ada di depannya.
"Baik, apa anda memiliki kartu anggota?" Ucap Ruby seraya mengangkat kepalanya. Dilihatnya seorang pria yang sore tadi membuatnya termangu.
" Aku tidak punya. Bisakah kau membuatkan satu untukku?" tanya pria itu sambil tersenyum.
Hentikan senyuman mu yang mematikan itu aku bisa meleleh keluh Ruby dalam hati namun di permukaan ia masih mempertahankan senyum biasanya.
"Baik, boleh saya lihat kartu identitas anda?" tanya Ruby dan pria itu langsung menyodorkan kartu identitas nya.
Raven, itulah nama yang tercetak di kartu identitas itu. Ternyata pria ini 5 tahun lebih tua dari ku, fikir Ruby.
"Ini kartu anda, anda bisa meminjam buku ini selama 2 Minggu." Jelas Ruby sambil memberikan kartu dan buku ke Raven.
"Terima kasih, Ruby." Ucap raven dengan lagi lagi memberikan senyuman mautnya. Ruby yang kali ini hampir terbuai menampar dirinya secara internal agar sadar.
"Darimana kau tau nama ku?" Tanya Ruby bingung. Raven tidak menjawab, hanya menunjuk ke arah dada kiri Ruby. Disana tersematkan papan nama Ruby. Raven terkikih dan berlalu pergi. Ruby yang merasa malu berpura-pura merapikan kertas-kertas di depannya.
Itu sudah pukul 21.30 saat Ruby sampai dirumah. setelah berganti baju menjadi piyama tidur yang nyaman, Ruby duduk di kasur dan membuka laptopnya.
Ruby tidak terlalu suka keluar malam, tapi bukan berarti ia penyendiri. Ia masih punya beberapa teman dari sekolahnya dulu. Tapi banyak dari mereka yang melanjutkan kuliah sehingga lebih sering berada di kota.
Laptop itu memutar film romansa. Seperti kebanyakan perempuan, Ruby menyukai film romansa fantasi. Film tentang cinta itu selalu menarik walau kadang sedikit membosankan karena akhir yang selalu tertebak. Dan seperti film romansa pada umumnya, pasti ada adegan-adegan dewasa yang mendebarkan, seperti ciuman. Meski belum pernah merasakannya sendiri, Ruby tahu rasanya pasti sangat menggelitik, jadi itu selalu membuatnya tertawa sedikit malu.
Tidak terasa itu sudah tengah malam saat Ruby mematikan laptopnya. Setelah mendapat posisi nyaman, Ruby mencoba untuk tertidur. Tidak perlu waktu lama untuknya terlelap.
Ruby yang terbuai mimpi merasa ada kenyamanan yang menjalar saat sentuhan itu membelai wajahnya. sesuatu atau lebih tepatnya seseorang mengecup bibir Ruby dengan lembut namun terasa sangat cepat. Hingga membuat Ruby bangun terkesiap. Dengan dada yang naik turun karena terkejut Ruby terduduk setelah terbangun dengan tiba-tiba dari tidurnya.
"Ah aku sudah gila! aku benar-benar gila!" jerit Ruby.
" Bagaimana bisa aku bermimpi mencium pria itu".
Pria yang dimaksudnya jelas adalah Raven. Senyumnya memang menawan tapi aku tidak mungkin sampai memimpikannya begini, keluhnya dalam hati. Ruby melirik jam di nakas samping tempat tidurnya, jam 04.20. Ruby mencoba tidur kembali melupakan mimpinya yang aneh. lagi pula hari ini adalah hari liburnya, jadi dia tidak perlu bangun pagi-pagi.
Matahari cukup tinggi di kaki langit saat Ruby menggeliat bangun dari tidurnya.
"huh tidak ada yang seindah bangun siang di hari libur." Ruby merentangkan tangannya.
Setelah membersihkan diri, Ruby mengecek ponselnya. Ada pesan singkat dari Vaiana. Ruby aku merindukanmu, jangan lupa makan dan berbelanja lah kalau persediaan sudah menipis. Aku dan Allen dalam perjalanan ke rumah orang tuanya. Nanti ku hubungi lagi. Begitu isinya. Ruby tersenyum dan mengetik pesan balasan. Aku juga merindukanmu kak, bersenang-senang lah.
"Baiklah, hari ini aku akan bermalas-malasan! Kesempatan ini hanya datang seminggu sekali." Ucap Ruby bersemangat.
Setelah merapikan bekas sarapan-siangnya Ruby kembali ke kamar untuk melakukan keinginannya, yaitu tidak melakukan apa-apa.
Selama berjam-jam hanya membaca buku dan lanjut menonton film, itu sudah menuju petang saat Ruby mulai tertidur bahkan dia tidak bangun hingga matahari terbenam.
Sampai ia merasa ada rasa dingin yang menjalar ke tubuhnya dan merasa ada yang memperhatikannya, ia terbangun dengan sedikit linglung. Matanya yang buram menatap ke arah jendela kamar, ada sesosok pria berdiri disana. Karena kaget, Ruby mencoba memperjelas penglihatannya. Tapi tidak ada apa-apa disana. Hanya vitrase yang sedikit bergoyang tertiup angin. Merasa itu hanya halusinasinya, Ruby tidak mau memikirkan itu lagi dan segera mandi karena ia mulai merasa lapar.
Ruby memesan makanan pesan antar karena ia sudah berjanji pada diri sendiri untuk tidak melakukan apa-apa. Setelah menyantap makanannya, Ruby kembali ke kamar. Sendirian memang tidak menyenangkan, fikirnya. Biasanya, ia selalu ngobrol dan bercanda dengan kakaknya.
Ruby yang saat itu duduk di samping tempat tidurnya, sedang melihat album foto miliknya dan Vaiana. Seperti Vaiana, Ruby tidak pernah ingin mencari tahu tentang keluarga ataupun orang tua nya. Ia hanya berfikir, mereka tidak menginginkan ku, jadi buat apa aku mencari mereka. toh aku sudah sebesar ini.
-----------
UPLOADED FEBRUARY 1ST, 2023
Cerita ini masih dalam proses ya,
Jadi kemungkinan akan update setiap hari atau 2 hari sekali ✨
Jangan lupa vote ya guys!
ESTÁS LEYENDO
RUBY'S SECRET
FantasíaINI MIMPI ATAU KENYATAAN? KENAPA TERASA BEGITU NYATA! Chrysian Ruby, tinggal sendirian membuatnya sadar, kehidupannya yang selama ini tenang dan sederhana dapat berubah drastis hanya karena ia "disukai". -------- BUKAN NOVEL TERJEMAHAN KARYA SENDIR...
