10 (End)

149 17 18
                                    

Seunghyun teringat beberapa hari lalu Seungri tak biasanya menatapnya dalam dengan diam. Matanya memancarkan penyesalan, rasa bersalah dan kesedihan yang teramat sangat hingga membuat mata bening itu berkaca-kaca.

"Wae?" Tanya Seunghyun. Mengernyitkan kening.
"Mianhaeyo..." Lirih Seungri dengan senyum yang ironi.
"Waeyo?" Tanyanya lagi.
"Aku telah menghianatimu hyung..." Akunya dengan sedih.
"Maksudnya?" Tuntut Seunghyun.

Namun Seungri tidak menjawab. Karena di rasa bendungan air di matanya mau ambrol Seungri bergegas pamit pergi. Seunghyun memandangi punggung adiknya yang menjauh. Di matanya adiknya terlihat ringkih kala itu. Seunghyun bisa melihat adiknya kesakitan dalam diamnya. Kesakitan karena menanggung rasa bersalah dan penyesalan terhadapnya. Seungri dilanda dilema sendirian. Tak ada teman untuk berbagi, tidak ada teman untuk mengadu. Tidak tahu harus bertanya kepada siapa. Bukankah kasian sekali adiknya itu? Dan bukankah perannya sebagai kakak di butuhkan dalam keadaan seperti ini? Dia kakak Seungri. Dia seharusnya bisa menjadi kakak sekaligus teman, saudara dan keluarga untuk Seungri. Mungkin memang benar mereka tidak sedarah. Namun mereka tetaplah adik dan kakak. Mereka berdua tumbuh besar bersama. Seunghyun ingat bagaimana mereka pertama kali bertemu kala orang tua mereka menikah. Seunghyun yang berkepribadian pendiam dan cuek sedang Seungri yang aktif dan ceria bagaikan matahari dan bulan. Namun sinar matahari tetap menerangi di kala gelap. Ya, sejak kedatangan Seungri di rumahnya, rumah jadi tak terasa sepi dan gelap lagi. Seungri membawa kehangatan dan keceriaan di dalam rumah. Dia ingat bagaimana mereka bisa jadi akrab karena kepribadian Seungri yang aktif selalu berusaha menempel padanya. Dia selalu membuat ulah padanya, merecokinya supaya bisa dekat dengannya. Ada saja ulahnya agar dia bisa terus mengekor padanya. Mengingat itu rasa hati Senghyun jadi menghangat. Karena saat itu pula dia bisa merasakan kebahagiaan memiliki seorang adik. Meski tak pernah mengungkapkannya, Seunghyun sebenarnya sangat menyayangi adiknya itu. Despite everything, bagaimanapun itu dan apapun yang terjadi, Seungri tetap adiknya. Sudah tugas kakak mengalah pada adiknya bukan? Perlahan sesak di dadanya mulai melonggar. Pikirannya tak lagi kalut dan berat. Rasa sakit di hatinya berangsur bisa tertolerir. 

Toh apalah arti pengorbanannya mengalah dibandingkan kebahagiaan dua orang yang dia sayang. Seunghyun menyadari kebahagiaan dua orang ini bergantung padanya. Cinta mereka terhalang olehnya. Di sini dialah yang menjadi batu sandungan kebahagiaan mereka. Seunghyun sadar diri akan hal itu. Dan kini dia mulai menerima dan merelakan.

"Baiklah. Jika kamu bisa menjamin mampu membuat adikku bahagia, maka aku bersedia melepaskanmu." Dengan kalem Seunghyun memberikan jawabannya.

Dia memang masih merasakan sakitnya patah hati, namun mengingat kenangannya bersama Seungri membuat rasa sakit itu menjadi tak begitu menyakitkan. Dia tak lagi memendam rasa tak terima. Kini dia bisa melepas dengan hati yang lapang. Pasti butuh waktu untuk membiasakan semuanya, apa lagi ke depannya dia akan sering melihat kebersamaan pria yang dicintainya bersama adik yang di sayanginya. Seunghyun tahu itu tidak mudah. Tapi dia yakin seiring berjalannya waktu semua akan kembali seperti biasa.

"Benarkah?" Jiyong nampak sangsi. Dia tak percaya akan mendapat tanggapan semudah ini dari Seunghyun. Dia berpikir dia harus melewati negosiasi yang sulit dengan Seunghyun mengenai hal ini.
"Ku harap aku adalah korban terakhir dari sikap bajinganmu. Tidak ada lagi bermain belakang dengan Seungri." Ujar Seunghyun dengan nada gurauannya.

"Tenang saja, kalau itu tidak usah kawatir. Seungri sudah mencukupi semua kebutuhan permainan belakangku dengannya." Balas Jiyong dengan gurauan yang sama. Namun mereka sama-sama tahu itu bukan gurauan semata. Mereka sama-sama serius.

"Mianhae... and, gomawwo bro!" Ucap tulus Jiyong.
"Tebus dosa dan rasa terima kasihmu dengan membahagiakan adikku dengan baik." Timpal Seunghyun dengan senyum tulusnya.

Di Antara Kalian ✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora