02. Siblings

67 10 0
                                    

"Sean lo dari mana aja."

Teriakan itu langsung muncul ketika Sean membuka pintu rumahnya. Teriakan dari orang yang mirip dengannya.

"Lo abis nangis ya? mata lo merah," tanya Jean si orang yang tadi berteriak sekaligus merupakan saudara kembar Sean kala melihat mata Sean memerah dan juga pipi Sean yang terlihat sedikit basah. Ia sedari tadi gelisah menunggu saudara kembarnya itu pulang, tidak tau kenapa ia tadi merasa khawatir pada Sean, makanya ia langsung teriak ketika mendapati Sean pulang.

Tangan Sean bergerak melepas sepatu miliknya dan menaruh pada rak sepatu. Selanjutnya ia hanya menatap orang yang berteriak tadi dan tak menjawabnya membuat yang bertanya kesal.

"Lo tu ya kebiasaan banget, kalo pulang telat nggak ngabarin gue," omel Jean, "lo abis nangis kenapa sih?"

"Ada yang jahatin lo di jalan?"

"Apa lo abis kecopetan?"

"Ngomong kek, jangan diem doang."

Lagi-lagi tak menjawab omelan Jean, tangan Sean bergerak menaruh tas miliknya di sofa dan langsung mendudukan dirinya di sofa samping Jean. Sean malas sekali jika saudara kembarnya itu sudah mengomel, pasti di jawab pun ujungnya nanti Sean kena omel lagi.

"Lo tuh ya, jawab kek perta—"

"Harua mana?"

Jean semakin kesal dengan kakak kembarnya itu, kebiasaan sekali kalo ditanya malah mengelak. Apa-apaan sekarang, Jean sedang khawatir dengan keadaan Sean, tapi kembarannya itu malah bertanya tentang adik mereka.

Pemuda berlesung pipi itu mendengus sebal menatap Sean yang juga tengah menatapnya bertanya tentang Harua si adik. Dengan sebal Jean menjawab, "Kebiasaan ya lo, ngalihin pertanyaan gue."

Sean menatap gemas ke kembarannya yang merengut sebal, mata kucingnya memincing dan wajahnya terlihat kesal. Lucu sekali adik sepuluh menitnya itu.

"Apa lo liat-liat gue hah?" sewot Jean, membuat Sean makin terkekeh dan malah mencubit pipi si kembarnya, selanjutnya jangan tanya apa yang terjadi, mereka lempar-lemparan bantal sofa. Tiada hari tanpa keributan Sean dan Jean.

"Kakak kembar."

Acara lempar lemparan bantal Sean dan Jean langsung terhenti kala mendengar suara si adik yang memasuki rumah. Seorang pria mungil yang tak kalah lucu, dengan muka gemas bak perpaduan wajah Sean dan juga Jean.

Harua orang yang tadi Sean tanyakan, adik Sean dan juga Jean. Anak itu berlari menghampiri dua kakaknya dengan senyum yang biasa muncul di wajahnya, senyum yang sangat lucu di mata Sean dan juga Jean.

Anak bungsu dengan ransel biru itu berlari sambil membawa kantong kresek ditangannya.

"Kak liat apa yang aku bawa." tangan mungil Harua bergerak membuka kantong kresek di tangannya dengan semangat.

Harua menangkat tiga bungkus ice cream dari kantong plastik itu. "Aku bawain ice cream buat kakak," ujarnya.

Jean dengan semangat mengambil ice cream yang harua bawa tadi. Namun, belum juga diambil tangan Sean langsung mencegahnya membuat Harua dan juga Jean menatap Sean bingung.

"Kamu dapet uang dari mana? Bukannya uang yang kakak kasih cuma cukup buat naik bus sama makan siang?" tanya Sean dengan wajah mengintimidasinya.

"A-aku—"

Harua meremat kedua tangannya, matanya bergerak ke sana kemari menghindari tatapan kakaknya.

"Jawab haru, kakak nanya sama kamu."

"Se udah lah lo ngga us—"

Sean berbalik menatap kembarannya. "Je, lo diem dulu."

"Harua."

"Ini, ini tadi dibeliin temen aku, Kak," lirih Harua, "maaf kak, tadi aku udah nolak tapi temenku tetep maksa."

Sean menghela nafasnya kasar, menatap si adik yang tengah menunduk takut. Ia benar-benar tak suka jika sudah seperti ini. Ia tak suka ketika adiknya harus menerima barang atau makanan dari orang lain begini.

Tangan Sean bergerak membuka tas miliknya, ia mengambil dompet berwarna hitam dan mengeluarkan dua lembar uang lima puluh ribuan dan langsung ia taruh ke hadapan adiknya yang masih tetap menunduk.

"Besok ganti uang temen kamu itu," ujar Sean dengan nada dinginnya.

Harua yang menunduk kini terisak pelan, anak itu ketakutan ketika kakaknya sudah mengeluarkan aura dingin seperti ini. Sean itu sangat baik dan menyayanginya tetapi jika sudah marah ya seperti ini sangat menakutkan di mata Harua.

"Kak Sean maafin aku," ujar Harua mengangkat kepalanya dan menatap wajah dingin kakaknya.

Jean yang menyaksikan ketegangan ini langsung saja menghampiri adiknya dan mengelus pundak si adik. "Udah ya, jangan nangis rua."

Sambil mengelus pundak si adik Jean kini beralih menatap kembarannya yang masih terdiam dan ia berkata, "Sean udah ya, jangan marah kayak gitu lagi, plis jangan ribut gara-gara masalah kecil begini."

Sean memejam menarik nafas dan membuangnya pelan untuk meredakan amarah yang ada di dalam dirinya.

"Maafin kakak juga ya? kakak nggak niat marah sama kamu," ujar Sean meraih tangan Harua yang sedari tadi bergetar, "kakak cuma mau yang terbaik kok buat haru."

Setelah mendengar ucapan kakaknya Harua langsung berhambur memeluk Sean hingga kakaknya itu hampir saja jatuh untung saja Sean mampu menahan dirinya.

"Aku sayang kakak, maafin haru, Kak, aku janji bakal dengerin kakak dan nggak ngulangin lagi."

Sean membalas pelukan adiknya yang sangat erat itu, ia tersenyum gemas pada adik kecilnya itu.

Melihat dua saudaranya yang sudah kembali berbaikan, Jean tersenyum senang, selanjutnya pemuda itu pura-pura merajuk dengan berkata, "Rua nggak sayang Kak Jean kah? Kan kakak juga mau dipeluk rua."

Bocah lucu itu berbalik menatap Jean dan langsung menarik Jean ke dalam pelukannya juga, kini ketiga saudara kembar itu saling berpelukan satu sama lain. Memang keributan pasti akan selalu ada, tapi inilah saudara pada akhirnya pasti akan saling memaafkan.

"Sayang dua-duanya dong, kan kakak kembar aku itu yang paling keren di dunia, kakak paling hebat dan kesayangan aku."

"Haru juga kesayangan kakak."

"Lo nggak sayang gue kah?"

"Nggak usah mulai lo je."

Berikutnya hanya adasuara tawa dari ketiga saudara itu. Saling mengganggu dan menggoda satu samalain. Mereka benar-benar beruntung memiliki satu sama lain, mungkin merekamemang hanya hidup bertiga sebagai saudara di dunia ini tanpa kehadiran Ayahdan Ibu, tapi ketiganya sungguh masih bersyukur memiliki satu sama lain dalammenjalani segala hal.


tbc

Messed Up [sunghoon ft sunoo]Where stories live. Discover now