You've Promised Me, Right?

188 34 1
                                    

Hope you like it, happy reading!

_____________________

Hayakawa Aki berjalan dengan tergesa-gesa melewati lorong panjang yang seperti tiada akhirnya itu sampai ia berhenti di sebuah ruangan di mana ada seseorang yang sudah ia cari sedari tadi.

Tangan kanannya terangkat dan bunyi ketukan pintu bergema di sepanjang lorong yang sepi itu. Aki menunggu dengan sabar sampai sebuah suara wanita menyuruhnya untuk masuk.

Pemburu itu menghela napasnya lega ketika dilihatnya Denji yang baik-baik saja. Kedua mata yang berbeda warna itu bertemu dan remaja itu segera bangkit dari tempat duduknya, berlari ke arahnya, dan memeluknya seolah tidak ada hari esok.

"Denji apa kau baik-baik saja?" Denji mengangguk dan Aki membalas pelukan itu sembari meninggalkan ciuman manis di puncak kepala si pirang.

"Makima-san, apa aku boleh bertanya sesuatu?"

Makima menatap lurus ke mata biru Aki, dagunya ia topangkan pada punggung tangannya. "Apa yang ingin kau tanyakan?"

"Kenapa Denji bisa bersama dengan anda?"

"Aku menjemputnya, karena aku tahu kau akan terlambat." Aki mengangguk kaku mendengar alasan itu. Mulai merasa ragu apakah ia harus mengucapkan terima kasih dan pamit undur diri atau ia harus bertanya lebih lanjut lagi tentang Denji.

Keduanya terdiam untuk sesaat, Aki menunduk menatap Denji yang masih berada dalam pelukannya. Kedua matanya terpejam dan pemburu itu bisa melihat raut wajah kelelahan milik Denji.

Aki menghela napasnya memilih untuk mengalah, "terima kasih, Makima-san, aku rasa Denji lelah, apa kami sudah boleh pergi?"

Makima mengangguk dan keduanya pergi tanpa menoleh lagi ke belakang.

_____________________

Ada masa di mana Hayakawa Aki lelah dengan kehidupan yang ia miliki saat ini. Kebahagiaan adalah hal yang langka untuknya dan jika ia merasakan kebahagiaan— Aki cepat atau lambat akan kembali ke masa kelamnya.

Aki tidak pernah menyesali pekerjaannya sebagai pemburu iblis. Ia bahkan sudah terbiasa dengan rasa sakit di lengannya.

Ingatannya kembali berputar pada mimpi buruknya di suatu malam, Denji yang berada dalam pelukannya, berlumuran darah dan tidak sadarkan diri.

Mimpi itu membuatnya terbangun dengan keringat dingin di sekujur tubuhnya. Perasaan yang menderanya saat itu adalah perasaan yang mengatakan bahwa hal-hal yang terjadi pada Denji hari ini adalah karena Makima.

Tapi kenapa ia melakukan itu? Adalah sebuah pertanyaan yang tidak bisa Aki temukan jawabannya.

Makima adalah orang yang menitipkan Denji padanya. Makima memilihnya dan bukan orang lain.

Sejak kedatangan Denji hidupnya telah banyak berubah dan Aki sudah lama tidak mengkhawatirkan orang lain sampai membuatnya merasa sakit.

Lamunan Aki buyar ketika ia merasakan sentuhan pada tangan kanannya. "Aki aku memanggilmu tapi kau tidak mendengarkanku."

Pemburu itu menunduk untuk bertemu kedua mata hazel yang nampak bersinar di bawah cahaya lampu. Cantik entah sudah berapa kali Aki menggumamkan kata pujian itu di dalam hatinya.

"Sudah berapa kali aku bilang untuk mengeringkan rambutmu dengan benar."

Denji terkekeh, "lakukan untukku, Aki-senpai."

Aki mendengus dan mengambil alih handuk di tangan Denji. Jemari Aki terulur menyentuh helaian pirangnya yang setengah basah. Dari jaraknya saat ini ia bisa mencium aroma strawberry yang tidak asing.

For My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang