Part 24 - Berkencan

Start from the beginning
                                    

Phoenix juga tidak pernah takut lagi beradu pandang dengan Atlas di kantin. Meskipun hanya dia dan Langit berdua saja.

Phoenix tidak menampik, begitu sekolah bubar. Dia dan Atlas lanjut les empat kali seminggu, selebihnya digunakan berleha-leha, berduaan dan bersenang-senang.

Mereka aktif berhubungan badan. Hampir setiap hari, tetapi bukan dalam keadaan terpaksa. Sama-sama suka dan mau, Atlas dan Phoenix menikmati permainan tersebut.

Mereka juga beberapa kali ke Bogor mengunjungi Nenek Helen. Tentunya berakhir panas di puncak yang dingin. Kadang menyewa hotel, tidak jarang dalam mobil. Semua yang mereka lakukan terasa menyenangkan.

Hal gila yang pernah mereka lakukan adalah bercinta tengah malam di jalan tol. Atlas sinting, tetapi Phoenix lebih sinting mengikuti ide gila itu.

Beberapa kendaraan melewati mereka. Phoenix menahan nafas tiap lampu menyorot disertai klakson beruntun.

Berakhir ketahuan petugas tol. Atlas mengajak damai dan membayar sejumlah uang sebagai tutup mulut.

"Gimana? Kamu free kapan?"

Setelah sekolah bubar. Langit mengejar Phoenix. Mereka berjalan di koridor sekolah, sedangkan Fay sudah pergi duluan menemui gebetannya.

"Hari ini gue les." Phoenix menggigit pipi dalamnya. Sebetulnya tidak nyaman membuat Langit berharap. Tetapi, Phoenix juga tidak tega memutuskan langsung setelah waktu itu dia memperbolehkan laki-laki itu mendekatinya.

"Sibuk banget ya?" Langit mendesah kecewa.

Dari kemarin alasan Phoenix les dan ingin istirahat. Langit paham dan mengerti. Belajar memang melelahkan, terutama ketika gadis itu mengatakan ingin lanjut ke Jepang.

Banyak yang harus dikuasai. Les untuk tes dan belajar bahasa asing. Menguras tenaga, akhir pekar waktunya untuk keluarga dan istirahat.

"Lang, sori banget ya," gumam Phoenix. "Gue cabut kata-kata gue waktu itu. Mulai sekarang kita temenan aja." ucapnya menelan.

Langit memandang Phoenix kecewa. Sudah ditungguin lama, ujung-ujungnya hanya menjadi teman.

"Gue nggak bisa fokus selain belajar. Waktunya sebentar lagi, gue pengin banget ngejar beasiswa."

Langit diam beberapa saat. Dia sudah siap dengan keputusan Phoenix. Namun, selama ini berusaha berpikir positif.

"Kita mau janjian nonton aja nggak bisa sampe sekarang." Phoenix cemberut lesu. "Minggu depan kita juga udah ujian. Aku nggak ada waktu lagi, mau fokus ujian."

Tidak sepenuhnya Phoenix menghindari Langit. Dia memang benar-benar masih sibuk dan kelelahan. Jadwal Phoenix padat, ditambah lagi perasaannya pada Atlas mendominasi. Sehingga fokus Phoenix hanya untuk Atlas, tidak ada sisa untuk Langit.

"Yaudah, nggak apa-apa." Langit berusaha menerima dengan lapang dada. Mereka belum cocok, kalau berjodoh suatu saat nanti akan dipertemukan lagi dengan mudah.

"Makasih, Lang,"

Jujur saja, Phoenix merasa lega luar biasa. Tidak ada yang mengganjal setelah mengungkapkannya.

Langit manggut-manggut. "Semangat ya belajarnya." Phoenix mengangguk. "Tapi kita masih bisa temenan, kan?"

"Iya, Lang. Kita bisa temenan kok."

Setelah itu, Phoenix pamit karena Atlas sudah keluar dari parkiran. Laki-laki itu tidak peduli dengan Langit, menyapa pun tidak.

"Duluan ya, Lang."

"Hati-hati, Phoenix."

Langit memandang kepergian mereka. Langit memesan ojol, dia malas membawa kendaraan ke sekolah. Ketularan dari Phoenix.

STEP BROTHER  [17+]Where stories live. Discover now