JENRINA STORY 3

110 10 0
                                    

This story is published for entertainment consumption. If you don't like it, you can leave. Don't take it seriously. Enjoy it.

Words : 2748
Happy Reading..

_______________________________________

Ringkasan :

"Aku bukan pria yang baik."
Sudah jelas apa yang Jeno ucapkan adalah peringatan. Nyatanya, tak Karina pedulikan dan tetap meneruskan hubungan gelapnya dengan bos perusahaan tempat dia bekerja. Meski Karina tahu bahwa tindakannya ini sangat tidak dibenarkan dan pastinya menjadi aib besar untuk keluarganya, Karina tetap keras kepala mempertahankan Jeno. Karina kesusahan untuk melepas pria yang sudah jadi dambaan hatinya. Pria yang tidak baik itu menjadi pria baik di mata Karina. Sampai akhirpun tak ada penyesalan telah mencintai pria seperti Jeno.

_______________________________________

~DALTONISME ROUGE~


Gemerlap kota malam terlihat indah. Terhiasi oleh sinar rembulan dan lampu dari gedung-gedung pencakar langit. Hari yang begitu tenang, setenang pikiran Jeno saat ini. Meski sudah menunjukkan pukul 2 pagi, Jeno masih belum ngantuk sedikitpun dan masih asyik menghisap tembakau seraya menatap jendela besar pada kamar yang ia tempati.

Mengetik sebuah balasan singkat pesan pada sang kekasih. Mengucapkan selamat tidur walau terlambat. Setidaknya ia tidak ingin tunangannya merasa khawatir karena Jeno tak pulang malam ini. Jeno merasa jahat tetapi ia tidak menyesali perbuatannya. Sudah menjadi resiko bagi pasangan Jeno karena menerima Jeno tanpa pikir panjang.

Gadis di sebelahnya terbangun, merangkul pinggang Jeno. Melenguh. "Kau tidak tidur?" Tanyanya. Gadis itu terlihat lelah dan sedikit merintih sakit kala menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan Jeno.

Berbeda dengan kondisi si gadis, Jeno malah terlihat sangat bugar. "Aku sudah tidur sebentar," dustanya. Mematikan rokok dan membuangnya di asbak atas meja nakas. Tidak lama, ponsel Jeno berdenting menampilkan pesan berisi foto gadis lainnya yang menunjukkan bobanya pada Jeno.

"Kau bilang hanya aku satu-satunya?" si gadis merajuk sedih setelah ikut melihat isi pesan tersebut. Jeno tersenyum. Mengusak rambut panjangnya dengan lembut. "Tentu hanya kamu. Mereka  cuma figuran."

Tetapi jawaban Jeno tak membuat perasaan si gadis membaik. Bibirnya masih menekuk. "Sudah cukup bagiku berbagi dengan tunanganmu. Aku tidak ingin berbagi lebih banyak lagi," keluhnya.

"Oh Karina.." Jeno mengeratkan tubuhnya pada si gadis. Mengecup keningnya perlahan. "Kau tau bahwa setiap manusia pasti memiliki makanan yang paling disukai. Tetapi bukan berarti setiap hari dia akan memakan makanan favoritnya. Ada kalanya dia memakan menu lain. Kita tidak mungkin makan satu menu saja setiap harinya bukan?"

Rambut Karina yang tergerai halus, disentuh oleh Jeno dan menatap kagum. Rambut inilah yang menambah pesona Karina tiap harinya.

"Sama sepertimu. Kau adalah favoritku diantara yang lain, bahkan dari tunanganku sendiri. Aku mencintaimu."

Karina tahu bahwa menjadi orang ketiga sangatlah buruk. Itu bukan perbuatan yang baik. Menjadi duri dalam suatu hubungan. Gadis tersebut sadar bahwa resiko yang ia miliki sangat besar.

Mereka telah melewati malam panjang selama dua bulan belakangan. Jeno menarik perhatiannya. Pria menawan itu berhasil menangkap Karina dan membuatnya tak bisa berpaling. Kharisma yang ia miliki sangat kuat hingga Karina buta olehnya.

"Aku bukan pria yang baik." begitulah kata pertama yang ia ucapkan ketika Karina mencoba untuk dekat. Itu adalah peringatan yang seharusnya Karina terima dan itu berarti ia harus mundur bahkan ketika Jeno dengan tegasnya memperlihatkan cincin yang tersemat pada jari manisnya.  Pria tersebut sudah memiliki pasangan dan menurut informasi yang beredar ia akan menikah.

JENRINA STORIESМесто, где живут истории. Откройте их для себя