7. Terimah kasih cinta.

7.4K 514 20
                                    

Aku di sini karna
cinta...

Aku mencintaimu...!!

Aku tegar, berdiri karna cinta..

Aku disini, berdiri menyongsong hari esok karna cinta..

Aku kuat, aku tegar, karenamu..

Cintaku padamu..

Terimakasih cinta...

****

Yah aku di sini karna cinta, aku bertahan juga karenanya, dia penyemangat hidupku, kak Rangga, dan tentu saja kedua orang Tua ku Ibu, dan Bapak!

Tidak terasa aku sudah kelas dua SMA, dan cintaku masih tumbuh, berdiri kokoh padanya, dan aku juga tidak menyangka bahwa orang yang sangat memusuhiku dulu, sekarang menjadi sahabat baikku.

Aku tidak lupa dengan Bila, kami masih tetap berhubungan melalui internat, telfon, atau melalui Mis Beruang. apa lagi, kalau bukan boneka beruang yang aku sudah tanamkan chip, sekedar bisa di peluk juga kalau lagi rindu rindunya.

****

Berbicara tentang dia,

Dia hanya sesekali aku lihat di taman belakang, dia tidak pernah lagi, bermain futsal atau basket di sana.

Perna suatu hari, tepatnya kemarin, aku lebbay.., aku mengaktifkan Momo, saat itu, kak Rangga tengah membicara dengan teman temannya, atau lebih tepatnya di buly, karna sekarang dia tengah menyukai teman sekampusya, namanya Bianka. kenapa aku mengetahuinya karna nama itu yang di sebut sebut oleh temannya, kalau tidak salah namanya Revan, mereka biasa memanggilnya begitu, dan aku patah hati, harapanku pupus sudah.

Tapi aku tidak boleh putus asah, yakinku dalam hati, kak Rangga, hanya menyukainya, belum mencintainya, walaupun itu hampir mendekati, hik...

Menangis darah.

"Hikk... hik..!!!".

Aku sedih cintaku bertepuk sebelah tangan, walau sudah beberapa kali aku meyakini itu, aku saja yang keras kepala, tidak mau menerima itu semua.

****

Sebutlah aku gila, sudah beberapa kali juga aku menyebutkan kalau aku gila.

Sekarang!!.

Pukul satu malam dan aku mengaktifkan, Monyet kecil Kak Rangga, dimana orangnya tengah tertidur lelap dan parahnya lagi aku mengaktifkan yang bisa mengeluarkan suarah, suaraku, seakan Momo bisa bicara.

"hey..!!,
apa kabar?".

Kataku terdiam beberapa lama.

"Aku yakin kamu tidak bisa mendengarku, karna aku yakin kamu sudah ngorok hehe..."

Aku terdiam lagi sebentar dan melanjutkan ceritaku.

"Lagi memimpikan apa hunmm..?, memimpikan Bianka?, tidak mungkinkan kamu lagi memikirkanku, wong kamu sudah tidur, mana bisa mikir hehe... kamu mah Kebo...
hihi, itu tawa jahat ceritanya, hehe.. kenapa aku jadi heng.. heng.. benginiyah? , eror".

Sambungku sedikit bercanda, walaupun aku tahu, tidak ada yang mendengarkannya.

Bayak tertawa, berharap itu sedikit, mengobati luka hatiku.

"Oia maaf soal ini, aku sangat sangat minta maaf, pasti kamu marah besar, mengetahui ini, tapi jangan berburuk sangka dulu, aku jarang mengaktifkannya kok, cuma di saat saat tertentu saja, rindu berat mungkin, masalah kemarin siang, aku minta maaf sekali. aku tidak sengaja menguping pembicaraanmu, tapi karena penasaran juga yah di lanjut saja nguping nya hehe...".

Dan aku rasa, tawaku yang ini sangat hambar.

"Maaf kak, aku yang lancang ini, tidak terasa yah sudah dua tahun kita berpisah, walau bukan arti yang sebenar benarnya, kakakkan bukan pacar aku" .

"Dan sudah Delapan Tahun aku mencintai kakak..", lanjutku dalam hati.

"Terimah kasih kak, karna aku mencintai kakak, aku sampai seperti ini, aku tegar, aku kuat, karna mencintai kakak terimahkasih, semoga kakak selalu bahagia, dan gapai terus cita citanya, semoga berhasil!."

"Raniah, Akan mencintai kakak terus, sampai si bisu bisa berbicara sama si tuli, kalau si buta, melihat si lumpuh berjalan!".

Pesanku sebelum mengakhiri pembicaraan sepihakku di tengah malam buta.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu...".

Aku mengakhiri sambungannya, itu hal yang tidak akan mungkin terjadikan, mana mungkin si bisu bisa berkomonikasi sama si tuli, bahwa si buta melihat si lumpuh berjalan, seperti itu lah rasa cintaku pada kak Rangga, mustahil untuk berhenti.

*****

P.o.v. Author.

Dan tampa Raniah sadari, seorang tengah menatap nanar gantungan kunci yang sedari tadi di pegangnya, tidak menyangka, kaget, merasa di tipu, di bohongi, sekaligus tabjuk, benda apa ini?, dan bagaimana jeniusnya, gadis yang selalu dikatainya anak kecil ini?, dan dia bertekat akan mewujudkan perkataanya.

"Bianka..".

"Dia belum Tidur..!!".

(Mati kau Raniah, Author tertawa jahat Haha.. tapi tawanya berhenti, karena, keselek biji kedongdong hihihi..., jangan dong, bercanda mah, ini!, kembali ketopik pembicaraan)

Dia lalu bangkit dari duduknya, berjalan cepat, kekamar mandi, mengambil sebuah handuk, yang sedikit lembab, sehabis membersikan diri tadi, melilitkannya rapat rapat, yang mungkin saja, bisa menghambat kerja benda yang sedari tadi di perhatikannya ini, sebuah gantungan kunci kecil berbentuk Monyet perempuan, terbukti dengan kaos dan rok mini kecil, sesuai bentuknya.

Setelah yakin benda itu aman dia berbalik menuju tempat tidur  leleh sehabis menemani Bianka, seharian.

*****

P.o.v Raniah.

Kedatangan, Kak Kafkah, dan keluarga kecilnya, Mbak Jihan dan kedua anak kembar mereka Hasan dan Husain, sangat menghiburku, apa lagi si kembar, walaupun mereka sangat sangat bandel, mirip Kak Rio, enggak ada mirip miripnya dengan kak Kafkah, mungkin hanya wajah mereka, sifatnya?, nauzubillah!!.

Walaupun pada akhirnya menurut juga padaku, tapi setelah aku memutar otak jeniusku. membujuknya, dengan iming iming, apa saja, seperti bermain sepuasnya di taman, dekat komplex, dasar anak anak, banyak maunya.

Yang membuatku sangat sangat siaga satu, pusing tuju keliling adalah jika Hasan lari kekiri dan Husain lari kekanan, dan aku hanya sendiri, dan dengan sangat terpaksa aku mengejar salah satunya, dan meneriaki siapapun yang ada di ujung sana, di mana salah satu si kembar ini berlari, menangkapnya, benar benar merepotkan!.

****

Hari ini hari minggu, hari libur, aku mengajak si kembar kekebun binatang, sesuai janjiku, apa lagi coba?, kalau bukan aku membujuknya supaya tidur siang, siapa yang menyangka di umurnya yang masi tiga tahun, dia sangat cerdik terutama mengelabuiku, kebetulan Ibu dan Ayahnya pergi keluar daerah mengurus sesuatu dan mereka menitipkan keduanya padaku, apatuh katanya berlibur ke Indonesia, ujung ujungnya juga kerja dasar orang kaya.

Tidak ingin mengambil resiko, aku meminjam mobil yang biasanya Bapak pakai.

Bisa gawatkan kalau aku memaksa menaiki kendaraan umum, tidak apa apasih jikalau keduanya tenang, tapi ini?, mereka sangat sangat hiperaktif, dan untungnya juga aku sudah tahu mengendarai Mobil.

Sesampainya di kebun bilatang, aku memegang erat erat tangan si kembar di kedua sisi tubuhku aku tidak ingin mereka hilang melihat banyaknya pengunjung, terutama anak anak, bisa gawatkan kalau, mereka lepas, berpencar, tidak mudah untuk mendapatkan mereka melihat banyaknya pengunjung anak anak yang sama besar dengannya, dan aku tidak mau mengambil resiko itu.

****

Bagaimana bagaimana ceritaku, bagus enggak?, aku rasa ngawur deh, enggak nyambung!,

Di jawabyah, kalau enggak mau  di vote aja deh

#salam sayang...

Raniah Hanum Suparman 2 {Story 8}Where stories live. Discover now