📌📌📌

59 14 0
                                    

"Ini Ibu titip yah, Natania. Tolong kasih ke Dipta, dia lagi ada di sekretariat BEM sekarang."

"Eh? Siapa tadi, Bu?"

"Dipta. Pokoknya kamu ke sekretariat BEM univ saja, terus cari yang namanya Paradipta Satya, yah."

"Baik, Bu. Kalau begitu saya permisi dulu."

Sembari menundukan kepalanya sebagai salam pamit, Renata akhirnya hilang dari jarak penglihatan dosen PA-nya itu.

Hari ini, entah bagaimana tiba-tiba saja dia dihubungi oleh dosennya itu, katanya ingin ingin menanyakan bagaimana kabar adik-adik maba yang masih baru. Renata diminta untuk menemani junior-juniornya itu itu menghadap dosen asuhnya itu. Maklum saja, Renata kan sudah senior, wajar kalau diteror terus. Sebenarnya Renata tidak sendiri, ada Nana juga. Sayangnya gadis cantik itu justru terserang demam karena hujan kemarin.

Kebetulan juga, Renata tak memiliki jadwal kuliah sama sekali di hari ini. Jadi yah, mau tidak mau, ia akan dengan senang hati membantu ibu dosennya itu untuk menghantarkan berkas yang dia sendiri tak tahu itu apa.

Dosen pengasuh akademik Renata itu adalah seorang warek 2. Kalau ada kebijakan atau pengumuman baru dari kampus, Renata dan kawan-kawan sedosen PA-nya itu akan langsung tahu.

......

Matahari sudah semakin terik, Renata yang tadi meninggalkan gedung rektorat kini sudah sampai di sekretariat BEM univ. Mecoba mencari kira-kira ruangan mana yang harus dia masuki untuk bertemu orang yang dimaksud dosennya.

Pilihannya jatuh pada sebuah pintu terbuka yang dalamnya sangat ramai sekali.

tok tok tok

Seseorang dari dalam menoleh. Netra keduanya saling bersibobrok.

"Cari siapa yah, Mbak?"

Ramah. Satu kata pujian yang Renata keluarkan untuk gadis yang baru saja menyahuti ketukannya.

"Ah. Ini saya nyari Dipta."

"Dipta?"

"Emm, Paradipta Satya."

"Oohhh, itu mah Mas Hervan. Sebentar yah, Mbak. Saya panggilkan."

Gadis itu menjauhi Renata, bergerak ke arah seorang pria jakung yanh sedang sibuk menatap laptopnya.

"Mas Van kok ga bilang sih kalau udah punya cewek."

Gerakan jarinya terhenti di atas keyboard, alisnya mengernyit seolah bertanya-tanya pada sang gadis yang berbicara.

"Gimana?"

"Ihh gimana sih Mas Evan. Itu loh ada cewek cantik banget di depan nyariin Mas. Mana panggilannya Dipta lagi."

"Dipta?"

Hervan membeo. Tentu saja. Seingatnya hanya dosen warek 2 yang memanggilnya dengan sebutan seperti itu. Dengan rasa penasarannya tentu saja Hervan meninggalkan pekerjaannya, berjalan menjauhi kerumunan teman-temannya tuk menghampiri seorang gadis di depan pintu sekretariat ini.

Merasa ada pergerakan yang mendekat, Renata sontak mengangkat kepalanya yang menunduk, menampilkan senyum terbaiknya.

"Dipta yah?"

Renata hanya berusaha menjadi ramah, padahal lawan bicaranya ini hanya muncul dengan raut datar tanpa menanggapi pertanyaannya.

"Kenapa?"

"Ah, sorry ganggu waktunya, ini ada titipan dari Bu Siren."

Tumpukan map yang tadinya dipeluk penuh kasih oleh Renata sudah ia pindahkan pada tangan sang lelaki.

"Kalau gitu gue pamit dulu, yah. Permisi."

Renata buru-buru menghilang dari pandangan Hervan. Dirinya merasa bukan hal baik untuk terus ditatap penuh intimidasi seperti itu.

Padahal gadis itu hanya tidak tahu saja bahwa lawan bicaranya tadi sedang terkena getaran asing yang membuatnya menjadi lebih kaku dan mengintimidasi dari biasanya.

"Jiakh, Van. Udah kali lihatinnya."

Itu Reno. Lagi-lagi ia menjadi saksi bagaimana Hervan selalu tergugu kaku dengan kehadiran sang gadis.

TEMBUS 15 VOTE CHAPTER INI GUE UPDATE LAGI 😎

Btw kasih pendapat kalian donk 😬😬😬
kalian suka ga yah sama cerita ini?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 03, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sweet You! Where stories live. Discover now