📌

73 9 0
                                    

Hiruk-pikuk kendaraan dan teriknya matahari tentu sudah menjadi background langganan bagi ibu kota negara kita ini. Ramainya jalanan juga tidak luput dari pejalan kaki di atas trotoar.

Sama seperti situasi yang terjadi di parkiran Fakultas Kedokteran Neo University. Terlihat seorang gadis cantik dengan potongan rambut model pop sebahu sedang kesusahan mengeluarkan Mini Cooper-nya dari barisan parkiran.

"Ini kenapa lagi tumben banget parkiran penuh gini, mana gada yang jaga," dumelnya.

Sedang sibuk-sibuknya mengomel, ia bahkan tak sadar bahwa ada sebuah Range Rover yang baru saja tiba. Mereka sama, sama-sama kebingungan. Sang gadis sibuk ingin mengeluarkan mobilnya dan sang lelaki sibuk mencari parkiran.

Rasanya sangat jengah memperhatikan si mini yang tak kunjung keluar itu. Dengan sedikit kesal, si pria datang menghampiri.

"Misi, Mbak."

Menengokan kepalanya ke samping jendela yang terbuka, sang gadis tentu saja terheran.

"Eh, iya. Ada apa yah Mas?"

"Mbaknya kesusahan ngeluarin mobilnya yah? Sini biar saya bantu mbak, soalnya saya juga belum dapat parkir."

Tanpa berpikir panjang, sang gadis langsung keluar dari mobilnya dan mempersilakan si lelaki untuk membantunya.

Tak perlu waktu lama, lelaki itu nampak sangat profesional dalam berkemudi. Si mini milik si cantik bahkan kini sudah siap berkendara membelah ibu kota.

"Makasih banyak yah, Mas. Saya permisi dulu. Buru-buru soalnya," pamit si gadis.

Lelaki itu hanya mengangkat kedua bahunya. Ia tak peduli. Yang terpenting tujuannya saat ini adalah bertemu dengan teman-temannya di kantin fakultas ini.

.....

Sesampainya di kantin, lelaki itu langsung saja melihat objek tujuannya. Langkahnya yang lebar membawanya menuju meja diujung kantin itu.

"Sialan si Reno segala nongkrong sambilan ngapelin pacarnya."

"Et dah, Van. Sekali-kali kan mencari suasana berbeda, ga bosen apa di kantin FEB mulu," sahut Laksa.

"Kok lama, Van?" Tanya Reno.

"Nyari parkiran dulu, sama nolongin cewek kesusahan ngeluarin mobil."

Jawaban Hervan hanya disahuti dengan anggukan dari teman-temannya.

"Tumben banget mau bantuin orang, Van? Naksir yah?" Goda Laksa sembari menaikturunkan alisnya.

"Apaan. Gila kali lo. Orang parkiran penuh cuman si Mini Cooper itu yang mau keluar. Daripada lama yaudah gue bantuin."

Mendengar penjelasan Hervan, Nana, satu-satunya gadis yang berada di sana mengangkat kepalanya,

"Ohhh. Itu mah si Renata," sambungnya.

"Kamu kenal, ay?"

"Kenal dong, No. Itu kan temenku, temen sedosen pa sih sebenernya. Soalnya kita beda kelas. Tapi yah di fakultas ini cuman dia aja yang make mobil itu."

Kalau biasanya Hervan tak peduli dengan pembahasan temannya. Entahlah kali perasaannya seperti ingin terus mendengar tentang sang gadis yang disapa Renata itu.

"Ohhh yang nyalon duta kampus dari angkatan kita itu yah?"

Pertanyaan Laksa diatanggapi dengan anggukan heboh dari Nana.

"Lo ga tahu si Renata, Van?"

Yang ditanya hanya menggeleng, "Ngapain juga dah."

"Loh. Malah kiraiin kalian udah biasa ketemu. Kan waktu itu kamu presma, Van. Masa pas pemilihan duta kampus kamu ga ada?"

Pertanyaan Nana diabaikan oleh Hervan. Bagi Nana itu hal biasa dalam menghadapi teman kekasihnya itu. Hervan dan segala ketidakpeduliannya adalah hal yang tidak terpisahkan, tetapi mungkin ada sedikit pengecualian bagi si gadis baru.

....

Di sisi lain, pengemudi Mini Cooper baru saja sampai di sebuah butik terkenal di Ibu Kota.

"Siang, Ren. Mau ketemu Ibu yah?"

Sapaan datang mengahampiri gadis cantik itu saat langkahnya baru saja membuka pintu butik.

"Ah iya. Tadi Bunda ngajak makan siang bareng. Saya permisi, Mbak."

Gadis itu berlalu meninggalkan mbak-mbak bagian kasir tadi, bergegas menemui seorang wanita yang sebagian usianya sudah habis ditelan waktu.

tok tok tok

"Masuk!"

Mendengar sahutan tersebut, Renata dengan lekas membuka pintu dan merotasikan bola matanya. Tentu saja, pemandangan di depannya ini sangat menghibur jiwa jomblo yang menempel sejak lahir.

"Ayah kok udah di sini sih?"

"Emangnya salah kalau Ayah mau manja-manjaan sama istri sendiri?"

Posisi sang ayah yang sedang berbaring dengan berbantal paha sang Bunda kian menjadi. Kini sang Ayah justru semakin membenamkan wajahnya di perut sang Bunda.

"Jadinya kita mau makan di mana, Yah? Mas Mulk ikut gasih?"

"Mas tadi bilang ke Bunda nanti katanya nyusul, ada urusan sebentar."

"Ih bohong itu. Paling Mas Mulk ngapelin ceweknya,"

Renata duduk di kursi kebanggaan bundanya, memutar ke kiri dan ke kanan, sampai pusing kedua orang tuanya melihat itu.

"Jangan gitu, Dek. Nanti kamu pusing."

"Enak tahu, Bun. Adek kayak bisa terbang gitu."

Bunda hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan tingkah si bungsu, "Anakmu, Yah."

"Ck. Giliran yang bandel aja dikatain anakku."

Ayah bangun dari posisi berbaringnya, duduk bersandar di sofa sembari mengelus kepala istrinya yang menyandar di dada bidangnya.

Tentu saja Renata jengah dengan pemandangan itu, "Ya ampunnn, mesra-mesraan terus."

"Adek iri yah? Makanya dek kenalin cowokmu ke Ayah, jangan disembunyiin terus."

"Apasih, Yah. Sembunyi bagaimana orang aku ga punya cowok."

"Udah-udah. Pesen aja dek makannya, Bunda udah pw banget ini gamau jalan keluar. Mas juga katanya gabisa gabung."

Renata mengutak-ngatik smartphone-nya, "Ayah Bunda mau apa?"

"Ayam Bakar 3 porsi yah, Dek."

"Kok banyak, Bun?"

"Satunya buat Ayah, duanya Bunda. Paling juga nanti kamu icip icip"

"Eheheheh."

Siang itu Renata habiskan kedua orang tuanya. Bersenda gurau, yang mana dirinya hanya habis dijadikan ledekan oleh Ayahnya.





YEAYYYYY AKHIRNYA AKU BISA PUB INI HUFFT HUFFFF TOLONG BERI AKU SEMANGAT YAHA YEREOBUN

Sweet You! Donde viven las historias. Descúbrelo ahora