Part 22 - Kebun Teh

Start from the beginning
                                    

"Eum," Phoenix bergumam manja. Memeluk leher Atlas dan melanjutkan tidur.

Atlas terkekeh, memandangi wajah Phoenix yang cantik. Meskipun sedang tidur dan apa adanya, Atlas tetap menyukainya.

Dengan iseng, Atlas meremas dada Phoenix. Gadis itu merintih, membusungkan dada. Meskipun dalam keadaan tidur, nafsunya dengan mudah terbakar.

Atlas makin menjadi-jadi. Ikut bergabung dalam selimut dan menutupi tubuh mereka. Dia menimpa gadis itu dari atas, menyingkap kaus dan mempertontonkan dada Phoenix di bawahnya.

Phoenix tidak memakai bra saat tidur. Memudahkan Atlas mengeluarkan dari balik kausnya.

Atlas mengecup ringan, memasukkan ke mulut dan mengulum. Memainkan lidahnya pada puncak, Phoenix bergerak gelisah.

"Masih ngantuk," gumam Phoenix serak. Tidak menghentikan aksi Atlas, kedua tangannya justru masuk ke dalam kaus laki-laki itu.

Sekali lagi Atlas terkekeh puas, dia mengecup dahi Phoenix lembut. Turun ke pipi dan bibir. Menumpu salah satu lengannya agar tidak menekan tubuh gadis itu. Tangan kanan Atlas menyusuri wajah Phoenix, menyentuh menggunakan jari telunjuk dengan ringan.

Pada akhirnya Phoenix bangun dan cemberut. Sebal tidurnya diganggu, Phoenix ingin tidur sebentar lagi.

"Aku ngantuk banget," kedua mata Phoenix berkaca-kaca.

Atlas malah tertawa, "Kamu lanjut tidur,"

"Jangan ganggu,"

"Eum,"

Phoenix kembali memejamkan mata. Atlas mengecup bibirnya lembut. Phoenix menggeliat dan menekan kepala Atlas pada ceruk lehernya.

"Kamu nggak lapar? Nenek udah siapin makan," bisik Atlas di telinganya.

Phoenix tiba-tiba sadar. Dia membuka mata sembari mendorong Atlas dari atasnya. Laki-laki itu memandangnya serius, lalu mengecupi wajahnya.

"Di rumah nenek kamu," gumam Phoenix kaget. "Aku mau bantuin nenek ke pasar. Jangan cium-cium!"

Phoenix berusaha meloloskan diri. Sekarang sudah hampir siang, tetapi mereka malah bermesraan di kamar.

Atlas mengunci tubuh Phoenix. Gadis itu memberikan tatapan memohon. "Please, aku mau ikut ke pasar. Kemarin udah janji."

"Nenek udah pergi,"

"Serius? Aku ditinggal?" Phoenix makin panik. Kemarin dia sudah janjian dengan Nenek Helen ke pasar.

Atlas malah tergelak. Gadis itu berhasil lepas dari kungkungannya. Berlari keluar kamar mencari-cari keberadaan Nenek Helen.

"Nenek masih senam," Atlas mengikuti Phoenix.

"Senam apa?" Phoenix keluar dari dapur.

"Senam lansia di kelurahan."

"Nanti ke sini lagi?"

"Iya,"

"Beneran, kan?"

"Iya,"

Phoenix sedikit lega. Dia segera bersih-bersih dan mengganti pakaiannya. Merapikan tempat tidur kemudian makan dengan Atlas.

"Kalo pagi-pagi Nenek senam?" Phoenix kembali bertanya, karena Nenek Helen tidak kunjung kembali.

"Iya, ada senam lansia." jelas Atlas. "Tuh, udah datang."

Phoenix menoleh pada jendela. Terlihat Nenek Helen dan dua orang wanita seumuran dengannya tertawa bahagia.

Phoenix segera menghabiskan makanannya dan menyapa Nenek Helen. Tidak luput dari perhatian Atlas, tersenyum kecil melihat interaksi mereka.

STEP BROTHER  [17+]Where stories live. Discover now