Daniel kembali setelah memutuskan pergi, sementara Lea telah dihadapkan pada sebuah keadaan dimana perasaan nya sudah tak berwujud lagi.
Rasa kehilangan.
Rasa kecewa.
Rasa sakit.
Tak lagi dapat ia kira besarnya
Sebab dia pernah terlalu percaya pad...
Raka mengepal tinjunya, mencoba membawa percakapan setenang mungkin meskipun emosinya sudah diujung tanduk. Kapanpun ia bisa memberi instruksi pada orang bayaran yang sedari awal berdiri di belakang nya. Sengaja, dia ingin memberikan sedikit pelajaran pada Kenzo jika adik sepupunya itu kembali menggertak nya - tentu tanpa mengotori tangan sendiri.
"Dia ayahmu, pria tua yang kamu dan ibumu buat kecewa cuma karena kalian gila harta!"
Pria itu mendesis, satu alisnya terangkat. "Haha, Si paling tahu ya?" Sinis nya sembari tertawa hambar.
Ia tidak gegabah, cukup pemikir dan sedikit culas. Kenzo nyaris terpancing untuk mengangkat lebih dulu tinjunya, membuat seringai di bibir pria itu muncul tanpa disadari.
"Orang sakit kayak kamu gak pantas buat Lea, Dipta!"
Kenzo gagal menahan diri, dia mencengkram kerah kemeja Raka. Manik teduhnya berubah tajam menatap lekat sepupunya itu. Posisinya terlihat mendominasi, namun nyatanya hanya sesaat ketika dalam hitungan detik pria dibelakang Raka tadi mulai bergerak menjegal tubuhnya.
Yang muda tertarik ke belakang, dengan kanan dan kiri lengannya sudah ditahan erat.
Sementara Raka sibuk menepuki bahunya, membenarkan kerah kemejanya lebih dulu.
"Sakit? Namanya cinta gak ada kata waras didalamnya. Bahkan kamu sendiri juga mencintai dalam bodoh!"
Kenzo menggeleng, nyaris meludah sedetik setelah Raka menekan rahangnya. "Brengsek, DIPTA KAMU MANUSIA BAJINGAN!"
Bughh!!!
"Yah, kotor deh." ucap Raka saat melihat tangannya terkena darah dari hidung Kenzo.
Kenzo mimisan, bahkan sebelum menemui Raka ia sudah lebih dulu dalam keadaan tidak sehat.
"Kalau masih penyakitan gaperlu cari penyakit tambahan. Kamu beruntung punya orang tua yang mau susah payah rawat anak penyakitan!"
Sejatinya Raka mengenal baik bagaimana sang sepupu selama ini. Hidup berdampingan semasa kecil membuatnya banyak tahu tentang track record kesehatan Kenzo yang jelas berbeda dengan anak pada umumnya.
Kenzo menggeram tidak terima, meski wajahnya terasa nyeri usai terkena bogeman ia tetap bersikeras melawan, setidaknya kakinya masih kuat menopang tubuhnya
"Pergi! Saya gak mau buat bundamu makin susah ngurus anak penyakitan nya!"
Kedua pria suruhan Raka melepas Kenzo tanpa aba-aba, membuat tubuhnya terhuyung dan nyaris jatuh.
"BANGSAT!! Aku gak butuh kasihan dari iblis! Tinggalin Lea, dia gak butuh laki-laki yang hidupnya gila perempuan. Kamu cuma benalu buat dia!"
Ia mendorong Raka hingga tersungkur. Mengambil posisi atas dan langsung melayangkan pukulan serupa di wajah nya. Tidak lama kedua orang tadi kembali menarik tubuhnya, melemparkan Kenzo hingga punggungnya membentur tembok.
"Keparat! Benar-benar gak tahu diri. Habisi dia!"
Raka mengambil langkah mundur, membiarkan dua orang berbadan besar itu menyelesaikan pekerjaannya. Tidak peduli bagaimana sepupunya itu nanti, Kenzo sudah melewati batas hingga kesekian kali berusaha memisahkan Lea darinya. Bahkan berpikir jika sang kekasih mengambil studi berbeda kota karena saran Kenzo.
Baru lima menit berlalu Kenzo tidak lagi dapat melawan, tubuhnya sempurna tumbang. Ia hanya berharap pada kekuatan lengannya di saat-saat terakhir.
Salah satu preman itu menarik kerah jaket Kenzo yang sudah lusuh juga berlumur darah, dia seperti deja vu. Dirinya sungguh akan berada di posisi unggul tadi jika saja sepupu bajingan nya tidak membawa orang bayaran.
"Li- Uhukk, Li-cik!" Ucapnya terbatuk
Sementara Raka sibuk melihat dengan senyum remeh. Manik jelaganya memancarkan kepuasan besar sebab berhasil melumpuhkan satu penghalangnya.
"Say good bye to world, dear! Kamu cuma perlu tunggu detik terakhirnya,"
Pria bengis itu melempar amplop cokelat tebal didekat kaki Kenzo, memberi instruksi pada dua orang dihadapan nya untuk berhenti, - Dia mengambil alih di bagian terakhir.
"Saya gak punya obat mu! Sayang banget kotak P3K juga ga ada, Hahah!"
Tangannya menangkup wajah tirus penuh lebam Kenzo, memaksa empunya menatap kearahnya. Dia tahu benar bagaimana mata Kenzo tidak lagi berfungsi sebaik biasa dengan memar biru disana.
"Cara paling baik buat sembuh dari penyakitmu itu, MATI!"
*****
To be continued
How about this part?
He's so jerk right?
🤬🤬
Percaya gak percaya aku buat part ini karena preview song devil by the window 🤧
'Soobin banget ini mah'😭
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.