"WUUAAAHH LAPAR SEKALI!" teriak lelaki jangkung yang baru saja berjalan menuruni tangga.

"Berisik. Telingaku sakit karena suaramu." Mark melirik tajam lelaki itu.

"HEI MARK!" Seolah tidak peduli, lelaki itu tetap mengeraskan volume suaranya.

"Lucas, tutup mulutmu dan duduk." Taeyong muncul dari dapur sambil membawa piring nasi goreng di kedua tangannya.

Beberapa saat kemudian tiga orang lainnya muncul. Mereka memulai sarapan dengan diiringi ocehan tidak penting dari Yuta maupun Lucas. Taeyong sudah terbiasa dengan suasana meja makan yang ricuh. Sangat terbiasa.

.

✨ Serre Moi ✨

.

Taeyong terus memandang layar monitor di depannya. Memeriksa susunan acara konser malam ini. Sedangkan lima lelaki lainnya tengah berlatih mempersiapkan konser.

Beberapa kali Taeyong mengusap wajahnya. Pikirannya sedikit tidak fokus. Rasa pening membuatnya beberapa kali memejamkan mata sejenak, berharap pening itu akan segera hilang. Ia menghela napas lalu menghempaskan punggungnya pada sandaran kursi. Matanya terpejam.

"Kau baik-baik saja, Hyung?"

Taeyong membuka mata. Melirik lelaki yang sedang berdiri di sampingnya.

"Ya, aku baik, Mark. Aku baru saja melewati malam sulit kemarin." Lelaki cantik itu kembali menutup mata. "Mimpi buruk" jelasnya.

Jika ia memberitahu Mark bahwa kepalanya sakit, lelaki Kanada itu pasti akan memberitahu yang lain.

Bisa dipastikan mereka berlima akan terus mengerumuninya dan memaksanya ke dokter. Taeyong benci berurusan dengan dokter. Setelah tidak ada respon apapun yang terdengar, mata legamnya kembali terbuka. Mark masih menatapnya lekat.

"Astaga, Mark. Aku baik-baik saja." Taeyong bangkit lalu memeluk Mark.

"Tenanglah. Fokus saja untuk nanti malam." Ia menepuk pelan pipi lelaki yang lebih muda.

Sebenarnya Mark tidak suka disentuh oleh siapapun.

Bahkan ketika ia 'bermain', Mark selalu mengikat tangan lawannya agar tidak menyentuh tubuhnya.

Tetapi Mark selalu membiarkan Taeyong menyentuhnya. Ia merasa sudah terbiasa dengan lelaki cantik itu, sehingga ia tidak keberatan jika Taeyong menyentuhnya.

"Kupikir setelah ini kita semua perlu liburan." Mark bersandar pada dinding di belakangnya.

"Liburan?" Taeyong mengangkat sebelah alisnya.

"Ya, kita butuh liburan. Hyung butuh liburan."

"Kalian sudah merencanakan liburan?"

"Hnn. Hanya saja belum ada kesepakatan karena pendapat kita berbeda-beda." Mark membenarkan posisi topinya. "Bagaimana pendapatmu, Hyung? Kau ingin liburan kemana?" lanjutnya.

Taeyong terdiam. Selama ini ia tidak pernah memikirkan hal itu. Tidak ada tempat yang ingin ia kunjungi. Taeyong akan selalu mengikuti kemanapun mereka akan pergi.

"Entahlah. Aku tidak pernah memikirkannya." jawab Taeyong enteng.

"Well, kau harus memikirkannya, Hyung. Kau tau, kemanapun Hyung pergi, kami akan mengikutimu." Mark berucap dengan yakin.

Taeyong tersenyum. Hatinya menghangat. Ia mengangkat sebelah tangannya untuk mengusap rambut hitam Mark.

Setelah kepergian Mark, Taeyong kembali menatap monitor yang menampilkan beberapa file. Ia membuka salah satu file yang berisi agenda mereka selama tiga bulan ke depan. Matanya membaca dengan teliti agenda yang sudah tersusun rapi.

Serre Moi (Jaeyong) Место, где живут истории. Откройте их для себя