Main Pair: Jung Jaehyun X Lee Taeyong
Rate: NC-21
Chapter: 37
Status: Completed
🌹AU, BXB, Band, Romance, Mpreg🌹
Hidup bersama lima bintang rock tidak selalu indah. Hal mudah untuk mengurus keperluan sehari-hari mereka. Tapi, mengurus pekerjaan...
Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.
Hujan.
Aku suka hujan, tapi tanpa petirnya.
Petir hanya mengingatkanku pada ibuku yang sedang murka. Kesadarannya kabur oleh alkohol, narkoba, dan laki-laki.
Akan ku sebut ini sebagai hari terburuk dalam hidupku, karena ibuku mengamuk saat petir di luar sana berlomba mencoba mengguncang langit malam.
Aku berharap dan berdoa kepada semua Tuhan yang ku tahu, semoga ibuku segera tertidur karena lelah mengamuk.
Hari ini, bukan milikku. Tuhan tidak mengabulkan permintaanku. Aku mengerti sekarang mengapa ibuku sering sekali mengutuk Tuhan.
"DI MANA KAU BOCAH BODOH?!!?"
PRANG!
Ibu melolong mencariku sambil melempar beberapa benda yang sanggup dijangkau tangannya.
Aku tidak bisa merasakan kakiku, mungkin sudah berubah menjadi jelly.
Kepingan tanah liat dan kaca mencapai tempat persembunyianku. Aku tak lagi sanggup bernapas saat wajah merah ibu muncul, menemukanku bersembunyi di balik pintu.
"Yongie kecil yang malang." suaranya serak disertai aroma alkohol yang mengaduk isi perutku.
Ibu menarik tanganku kuat hingga kepalaku terbentur meja kecil berisi sejumlah buku.
PLAK!
Perih. Aku tidak bisa merasakan sisi kiri wajahku.
"I-ibu, ampun.." rasa anyir baru ku rasakan saat aku mencoba berbicara.
Seolah tuli, Ibu berdiri sambil menyentak tubuhku agar bangkit.
"BANGUN!" bentaknya.
Saat kakiku berusaha menopang tubuh, dorongan kuat membawa tubuhku jatuh membentur lemari pakaian.
Ku lihat tubuh Ibu ikut limbung karena sejak awal caranya berdiri tidak stabil akibat pengaruh minuman keras.
Berbekal adrenalin yang terpacu kuat, aku membawa tubuhku memanjat jendela di samping lemari pakaian.
Jika aku beruntung, aku bisa kabur dengan cara keluar melalui jendela. Risikonya, aku harus berhadapan dengan musuhku yang lain.
Petir.
Tanganku gemetar mencoba mencapai pinggiran jendela. Udara dingin menerpa wajahku, membawa janji kebebasan dari neraka yang seharusnya dapat ku sebut sebagai rumah.
"Johnny Hyung.."
Aku nyaris menangis menyebut satu-satunya orang yang memberiku kasih sayang.
Hal itu yang mendorongku untuk terus berusaha membawa tubuh gemetarku melewati jendela menuju halaman depan.
Tidak ada lagi suara di belakangku. Ibuku jatuh tertidur, tidak menyadari usahaku melarikan diri darinya.