"Sialan!" ucap Kiranti dengan suara rendah sembari menatap Rea dengan tatapan tajam. Sedangkan yang ditatap hanya memasang wajah tak acuh sambil memakan kentang gorengnya lagi.

Melihat wajah Kiranti entah mengapa membuat emosinya naik lagi, tapi mengingat kejadian tadi pagi setelah ia adu jambak dengan gadis itu membuatnya urung untuk meluapkan emosinya dengan melempar piring kentang gorengnya. Selain sayang dengan kentang goreng yang masih ada, ia juga sedikit kapok setelah diceramahi Bara.

Kiranti berdiri meraih gelas es jeruk milik Savita yang masih setengah, hendak menyiramkan es itu ke arah Rea namun segera ditepis oleh Savita.

Byurr

Pyarr

Air sisa es jeruk itu menumpahi seragam Kiranti sendiri sebelum akhirnya gelas tersebut jatuh ke lantai kantin dan pecah.

"Ah, anjing!" umpatnya merasakan air dingin menyentuh kulit perut dan pahanya.

"Pftt!"

Rea menahan tawanya, begitu juga dengan Savita yang mulai beranjak dari duduknya dan beralih mendekat ke arah Rea.

Laura dan Kayla yang melihat Kiranti sudah setengah basah langsung memasang wajah panik, salah satunya mengeluarkan sapu tangan dan mengelapnya ke seragam Kiranti.

"Ck, gak usah!" Kiranti berdecak kemudian menepis tangan Kayla. Gadis berambut kecoklatan itu menatap tidak terima ke arah Rea dan Savita, kemudian beranjak dari sana dan pergi dengan hati dongkol. Di belakangnya Kayla dan Laura membuntuti.

"Rasain tuh!" ejek Rea saat Kiranti sudah berjalan cukup jauh dari meja mereka. "Lagian siapa suruh ngomong aneh-aneh ke temen gue," sebelah sudut bibir Rea naik, tersenyum puas.

"Jangan dipikirin omongannya si Kiranti!" Rea berucap kembali sembari menoleh ke arah Savita. "Nanti coba tanya ke Vanya langsung aja," Savita menoleh menatap Rea balik, kemudian mengangguk.

"Balik, yuk?" ajak Rea yang langsung diangguki oleh Savita.

Sebelum benar-benar pergi meninggalkan kantin dan menuju ke kelas, Rea menghampiri stand es jeruk yang tadi ia beli. Gadis itu meminta maaf soal gelasnya yang pecah dan mengganti rugi. Meskipun itu bukan karena ulahnya, tapi Rea tetap bertanggungjawab karena yang membeli tadi adalah ia dan Savita.

Selama di perjalanan menuju kelas keduanya mengobrol, hari ini keduanya lebih banyak menghabiskan waktu berdua. Tanpa gangguan kekasih masing-masing seperti biasanya. Yang Rea tahu Bara hanya bilang bahwa mereka akan berkumpul di rooftop.

"Rea! Savita!"

Keduanya menoleh ke sumber suara saat mendengar nama mereka dipanggil dengan suara yang familiar. Di sana tampak seorang gadis berkulit putih yang berlari kecil mendekat ke arah keduanya, itu Vanya.

"Habis dari mana aja, Van?" tanya Savita begitu gadis itu berhenti tepat di sampingnya.

"Dari UKS," jawab Vanya.

"Sendirian?" Rea ganti bertanya dengan keheranan melihat gadis itu sendirian. Bukannya gadis itu tadi bersama Agam?

"Iya, sendirian. Mau ke kelas?" Vanya balik bertanya saat telah menjawab pertanyaan Rea. Keduanya mengangguk sebagai jawaban. Vanya ikutan mengangguk sebagai balasannya, kemudian mereka bertiga melanjutkan jalannya ke arah kelas bersama.

"Lo udah makan?" Vanya mengangguk lagi menjawab pertanyaan Rea.

"Udah kok, tadi Agam ninggalin makan di UKS," Rea mengangguk paham mendengar jawaban Vanya.

"Terus Agam dimana? Kok lo sendirian?"

"Tadi pagi tuh aku sebenernya mau langsung balik kelas pas abis diobatin. Tapi sama Agam gak dibolehin, suruh istirahat dulu. Akhirnya ketiduran, bangun-bangun sama penjaga UKS dibilangin kalo Agam pergi soalnya ada urusan dan ninggalin makan buat aku," Rea menganggukkan kepalanya dengan mulut berbentuk 'o' mendengar penjelasan Vanya, sedangkan Savita hanya mengangguk singkat.

Am I Antagonist? Where stories live. Discover now