Part 18 - Bath Up

Start from the beginning
                                    

"Bisa?"

"Eum,"

Phoenix mengangguk. Dia menerima bathrobe dari Atlas. Phoenix berjalan pelan-pelan keluar dari kamar mandi. Atlas membiarkan Phoenix pergi ke kamarnya sendiri. Gadis itu memilih pakaian di lemari. Mengambil tanktop berbahan knit dan celana pendek berbahan satin tanpa dalaman.

Phoenix berhasil memakai tanktop. Dia meringis kesakitan saat menundukkan badannya untuk memakai celana. Kepala pusing, hidungnya merah dan mengeluarkan cairan, Phoenix benar-benar tumbang. Dia mandi karena badannya sangat lengket dan tidak nyaman.

Atlas datang membawa kantong di tangannya. Menghentikan Phoenix memakai celana.

"Nggak usah pake celana,"

Atlas membawa Phoenix duduk di tempat tidur tanpa celana. Phoenix sangat malu, tetapi laki-laki itu bersikap biasa saja.

"Obatin dulu."

Atlas juga melebarkan kedua kaki Phoenix dan membuka obat salep. Phoenix menggeleng tidak mau, dia malu memperlihatkan selangkangannya yang lecet.

Atlas setengah memaksa. Phoenix akhirnya berbaring di atas tempat tidurnya. Atlas melebarkan kedua pahanya hati-hati. Mengoles tangannya dengan salep lalu menyapu pada area yang lecet.

"Kamu jangan gerak-gerak." Atlas menyusun bantal di punggung Phoenix dan membantu gadis itu mendapatkan posisi nyaman.

Phoenix kembali kaget. Dia belum terbiasa dengan Atlas yang lemah lembut. Atlas juga menempatkan bantal pada betis Phoenix agar obat yang dia oles mengering sendirinya.

"Aku nggak nyaman nggak pake celana," ucap Phoenix memberanikan diri.

Posisinya seperti seorang wanita yang akan melahirkan. Setengah duduk dan kedua kaki terbuka lebar tanpa penutup.

Atlas menarik selimut. Menutupi kaki hingga paha gadis itu. Kemudian mengeluarkan makanan yang dia beli tadi.

Phoenix sedikit kaget saat Atlas menyuapinya. Mereka makan dari satu wadah dan saling gantian menggunakan sendok, Phoenix tidak berani menolak. Hanya menurut seperti gadis manis.

Bukan hanya sikap Atlas yang tiba-tiba berubah saat mereka bangun tadi. Laki-laki itu memberinya minum dan mengelap bibirnya. Kedua mata Phoenix berkaca-kaca, haru dan takut bercampur menjadi satu.

"Aku tadi ke klinik." Atlas memberikan kantong plastik berisi beberapa macam obat. "Dokternya bilang ini obat pegal-pegal sama vitamin. Ini obat meriang sama demam."

Tangis Phoenix pecah. Dia menunduk sambil menyeka air matanya. Atlas terdiam, membawa gadis itu ke pelukannya.

"Aku minta maaf," Atlas berbisik.

Phoenix membalas pelukan Atlas. Dia mengangguk dan mereka berjanji mulai hari ini berbaikan. Atlas berjanji tidak akan menyakiti Phoenix lagi.

Atlas mengeluarkan beberapa butir obat sesuai anjuran dokter. Atlas menunggu setia, gadis itu meminum satu-satu dan langsung minum.

Atlas juga menyusun bantal di samping Phoenix. Mengangkat kedua kaki Phoenix ke atas pahanya kemudian mereka saling menyandar.

Atlas memeluk Phoenix, gadis itu menimpa tangan Atlas dengan lengannya. Menerima kecupan di dahi dan pelipisnya.

Hari ini keduanya bolos sekolah. Memutuskan istirahat seharian karena Phoenix harus segera pulih.

Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi mereka untuk pulas. Baik Phoenix dan Atlas membutuhkan istirahat setelah melewati hari yang berat.

Atlas dan Phoenix tidur sampai sore. Atlas bangun duluan, tanpa mengganggu gadis itu, dia turun dari tempat tidur.

Phoenix bangun beberapa waktu kemudian. Bantal penyangga tubuhnya tidak ditempatnya lagi. Hanya tersisa satu di kepalanya. Tubuhnya berangsur-angsur membaik setelah minum obat dari dokter. Hidungnya tidak lagi mampet, hanya saja tubuhnya masih lemah dan pegal.

STEP BROTHER  [17+]Where stories live. Discover now