Part 16 - Menghindar

Start from the beginning
                                    

Sayangnya, Phoenix salah. Bukan seperti itu konsepnya. Phoenix pada akhirnya tetap mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan.

Matahari bersinar tinggi, waktu menunjukkan pukul sebelas siang. Tadi malam mereka melakukannya berkali-kali, seolah tubuh Atlas tidak sakit di bagian mana pun. Seolah dia sangat sehat dan fit.

Phoenix ketiduran sampai makan siang. Perutnya keroncongan. Phoenix tidak berani keluar dari kamarnya. Tetapi dia membutuhkan makan.

Terlebih dahulu berendam dan membersihkan tubuhnya dalam bath up. Dia memutuskan memesan makanan melalui ponselnya.

Memesan untuknya sendiri. Phoenix berperang dengan pikirannya sendiri. Kasihan pada Altas, Jupiter telah meminta tolong padanya untuk mengurus sadauranya tersebut. Tetapi dia tidak mau di anggap lemah oleh Atlas.

Phoenix khawatir, jika dia memesan makanan untuknya. Atlas akan tambah semena-mena. Phoenix memilih egois, peringatan bahwa dia bukan gadis lemah.

Phoenix nyaris ketiduran saat mendengarkan suara dentingan ponsel. Jasa antar makanan telah sampai di depan rumahnya.

Buru-buru mengakhiri acara mandi dan mengenakan pakaian santai. Phoenix berjalan cepat menuruni tangga. Menerima pesanannya dan mengucapkan terima kasih. Setelah itu kembali ke kamarnya dan menahan sakit pada area pinggang ke bawah.

Phoenix menghela nafas lega setelah mengunci pintu kamarnya. Dia meletakkan makanan di atas meja dan mengeluarkan isinya.

Untuk air minum saja dia beli. Phoenix tidak ingin ke dapur, khawatir bertemu Atlas di ruangan itu.

Makan dengan buru-buru untuk menenangkan perutnya yang berdemo. Setelah itu membersihkan meja. Phoenix duduk sebentar menunggu makanan turun.

Dia termenung. Lagi-lagi kejadian tadi malam menghantuinya. Air matanya menetes, Phoenix menangis dan menyembunyikan wajah pada lipatan kaki.

Selanjutnya dia hanya rebahan sampai malam. Memikirkan nasibnya selanjutnya. Phoenix tidak pernah memikirkan akan melakukan hubungan badan sebelum menikah.

Dia sangat takut kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Terutama jika dia hamil. Keluarga mereka akan berantakan. Libra dan Jupiter kecewa padanya. Atlas membiarkannya sendirian.

Hanya itu yang berputar-putar di kepala Phoenix seharian ini. Bunyi ketukan pintu mengembalikan kesadarannya. Phoenix beringsut ketakutan. Menahan nafas dan menutup mulut.

Pintu Phoenix terbuka. Atlas berdiri di depan pintu. Memandang Phoenix tajam. Lalu dia masuk menghampiri gadis itu di atas tempat tidur.

Phoenix membuang pandangannya. Menolak tatapan tajam Atlas. Tidak ada suara di antara mereka. Netra Phoenix memanas, dia tengah berusaha menahan diri agar tidak menangis.

"Minum ini," Atlas mengangsurkan obat dalam kantong kresek dengan logo apotik.

Phoenix menunduk dan menitikkan air mata. Itu obat kontrasepsi. Phoenix menerima ragu, tangannya gemetaran dan pandangan mengabur.

Atlas mengangsurkan botol air, menyuruh Phoenix meminumnya sekarang. Phoenix menurut dan mengeluarkan butir sesuai anjuran dokter. Phoenix tidak ingin mengambil risiko dengan keras kepala tidak mau meminumnya.

Phoenix melanjutkan menangis setelah meminumnya. Atlas tetap diam di sampingnya. "Kenapa masih nangis?" Atlas mulai kesal.

Phoenix tidak menjawab. Dia sibuk menghapus air mata. Menangis tanpa suara dan menundukkan wajah.

Atlas geram, meraih tengkuk Phoenix dan mencium bibirnya. Phoenix berontak tidak mau. Mendorong laki-laki itu menjauh darinya.

"Kenapa lagi?"

STEP BROTHER  [17+]Where stories live. Discover now