Prolog

134K 6.2K 75
                                    

*

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*

SUARA benturan di lantai yang beradu dengan sepatu, terdengar menggelar di sepanjang koridor. Gerombolan siswa-siswi yang mematri langkah di koridor mendadak mengeluarkan sumpah serapah kala tubuh mereka terdorong ke arah dinding. Terlihat jelas, di antara mereka semua, seorang gadis dengan make up menor berlari dengan begitu tergesa, sampai akhirnya gadis itu sampai di tempat tujuan, parkiran.

Si gadis berhenti sejenak, mencoba untuk mengatur nafasnya yang tak beraturan. Namun, belum sempat 2 menit mengistirahatkan diri, gadis itu kembali berlari ke segerombolan laki-laki yang tak jauh darinya.

“BARA” teriakan itu kelewat kencang, hingga membuatnya tanpa sadar telah menjadi pusat perhatian seluruh siswa yang hendak melewati perkiraan. Tapi, gadis itu tidak perduli, ia bahkan langsung menggandeng tangan laki-laki yang telah ia panggil tanpa malu sedikit pun.

“Azura, lepas” ujar Bara tertahan, karena lagi-lagi menjadi pusat perhatian.

“Bara, pulang bareng, ya” pinta Azura memelas.

“GAK!!”

“Bara, please, aku butuh tumpangan hari ini”

“GUE BILANG GAK YA GAK!! LO NGERTI BAHASA GAK, SIH?!!” bentakan itu datang terlalu cepat menubruk pendengaran Azura.

“Bara─”

“Gue mau pulang bareng Kiara, lo bisa minta tumpangan sama kakak lo” ujar Bara, yang kemudian melajukan motornya ke arah gerbang SMA Garuda.

Manik hitam Azura tak pernah lepas dari Bara, laki-laki yang ia cintai selama 6 tahun lamanya. Tapi dalam waktu selama itu, tidak ada satupun perjuangan yang berhasil, semua berakhir sia-sia. Seolah semua perjuangannya hanya kasat mata.

Bara, laki-laki itu menganggap Azura tidak lebih dari sekedar hama yang begitu haus kasih sayang. Semua yang berhubungan dengan Azura, entah kenapa terlihat sangat menjijikkan di matanya. Ia benci Azura, sangat. Bahkan, ketenangan dalam hidupnya seakan sirna semenjak ia mengenal gadis yang sialnya adalah adik dari sahabatnya.

Kepalan tangan Azura seketika terbentuk saat melihat Bara yang begitu manis memperlakukan seorang gadis. Rasa benci kembali memupuk saat gadis itu menaiki jok motor Bara, memeluk pinggang laki-laki yang ia cintai dengan tulus.

Kiara Wulandari, itulah namanya. Gadis dari keluarga tak berada, bermodalkan beasiswa membuatnya bisa bersekolah di SMA Garuda.

Azura menghela napas, ketika melihat motor Bara perlahan-lahan hilang dari penglihatannya. Gadis itu akhirnya memberanikan diri untuk membalikkan badan, menatap seseorang yang sedari tadi memandang sinis dirinya.

Seorang laki-laki, kakak ketiga Azura, Azain Zifranes Satya Andreaz.

“Kak, Zura bisa─”

“Gak!” sarkas laki-laki itu bahkan sebelum Azura menyelesaikan ucapannya. Azain dengan segera melajukan motornya, meninggalkan sang adik yang hanya bisa menatap sendu.

Azura baru saja akan melangkahkan kaki keluar dari gerbang sekolah, sebelum akhirnya menoleh kala mendengar suara deruman motor dari arah parkiran lain yang tidak jauh darinya. Seuntas senyum tipis tanpa sadar terbit ketika melihat seorang laki-laki yang memiliki wajah nyaris sama dengan Azain.

Itu kakak keduanya, Azaid Zifranes Satya Andreaz.

“KAK ZAID!!” seruan itu terdengar antusias, ada harapan besar dalam diri Azura pada Azaid agar bisa memberinya tumpangan.

“Kak, Zura nebeng, ya, mobil Zura di sita sama Ayah”

“Pesan taxi, gue buru-buru” ujar laki-laki itu kemudian melajukan motor nya, meninggalkan Azura dengan harapan yang perlahan hancur.

Azura mengedarkan pandangan, menatap sekitar sekolah yang benar-benar sepi.

Astaga, bagaimana ini?.

Ia harus bisa sampai di rumah sebelum malam tiba. Sekarang waktu telah menunjukkan pukul 04.30, dan butuh waktu 8 menit agar bisa sampai di rumah. Itupun menggunakan kendaraan.

Azura mendongakkan kepala, melihat langit yang di penuhi oleh awan gelap, menandakan hujan akan turun sebentar lagi.

“Bunda, bantuin Zura” lirih Azura sebelum akhirnya berlari keluar dari sekolah.

Perubahan Sang Antagonis.(proses Terbit) Where stories live. Discover now