Perang Abadi

17 0 0
                                    

+-Story of Onium and Athena-+

Waktu : Tahun ???

"Hey, apakah menjadi Tuhan itu... Menyenangkan?"

Wanita bersurai putih itu menatap kosong pohon-pohon yang telah terpotong kasar.
Wanita itu mengelus pohon layu di depannya, dengan lembut.

"Menjadi Tuhan... Entahlah, saya tidak yakin akan seseru itu"
Jawab sang pengawal pada nonanya.

"Lalu kenapa dewa-dewi ini berlomba dalam memperebutkan takhta Tuhan hingga membunuh makhluk hidup di sekitar mereka?"

Pengawal itu terdiam. Entah apa lagi yang harus ia jawab.

"Perang abadi... Saya jadi penasaran apakah benar perang ini akan benar-benar abadi tanpa perdamaian. Walau jika perdamaian itu hanya sementara waktu?"

Sang dewi menatap sendu pengawalnya. Ia tersentak dengan tatapan sendu nonanya. Sebagai jendral, ia berpikir, apa yang bisa dilakukannya untuk dunia ini. Walau dia tidak sekuat dewi-Dewi lain termasuk ratunya, tapi ia berharap agar dapat ikut membantu untuk perdamaian dunia ini.

Perang Abadi, ialah perang besar antara para dewa-dewi yang memperebutkan posisi tertinggi di semesta ini.

Tuhan.

Bertahun-tahun lamanya telah berlalu tapi tidak juga perang ini berhenti.
Penduduk pribumi yang tinggal pun tidak bisa melawan, karena musuh mereka bukanlah hewan, manusia, arcender, atau yang lainnya. Melainkan makhluk yang kekuatannya ga ngotak.
Mereka hanya bisa bersembunyi sambil mendengar berbagai ledakan, jeritan, dan mayat di mana-mana.

"Saya punya ide"
Beritahu dewi itu.

"Mau beberapa kali kita menyerang mereka sampai sekarat pun mereka tak akan berhenti. Mereka itu sungguh makhluk sok kuat yang kerjanya pamer kekuatan hingga kelewatan...
Maka dari itu, ayo kita tunjukkan kalau kita juga kuat"
Lanjutnya.

Sang pengawal terkejut atas Dewinya ini. Bukan meragukan... Tidak, dia meragukannya. Kekuatan mereka ini lebih lemah daripada Dewa dan Dewi lainnya.

"Ta- tapi bagaimana caranya?! Kekuatan kita-"

"Anda meragukan saya?"

"A- ah bukan, bukan begitu..."

"Mimpi mungkin memang terlihat remeh, tapi percayalah, dia tidak selalu lemah"

Dewi itu mendekatkan bibirnya pada pengawalnya. Ia pun mulai membisikkan sebuah rencana besar padanya.

"Kurasa... Bagus.
Tapi apa yang mulia sanggup menyegel semuanya..? Tida mudah untuk menyegel sesuatu apalagi kalau itu adalah Dewa...."

"Tenang saja, saya lebih kuat dari yang anda kira"

"Baiklah, saya percaya. Yang mulia... Akan baik-baik saja kan setelahnya?"

Dewi itu tidak menjawab pertanyaannya. Ia hanya tersenyum tipis menatap pengawalnya.








































































"YANG MULIA, YANG MULIA!!"

Wanita itu menggoyang-goyangkan tubuh sang dewi, pemimpinnya. Tapi, tubuh dewi itu sudah terasa lemah karena kekuatan yang dikeluarkannya terlalu berlebihan. Energinya habis sudah tak tersisa.
Dewi berwajah pucat itu berusaha mengangkat tangannya, lalu mengelus lembut pipi sang jendral. Lagi-lagi ia tersenyum tipis padanya bahkan di akhir hayatnya.

"Jangan menangis... Athena..... Tolong, gantikan lah... Gelarku sebagai Tuhan"

Elusan lembut itu terhenti akibat tangan yang tiba-tiba terjatuh, pertanda perginya seseorang dari kehidupan.
Walau Dewinya sudah memintanya untuk tak menangis, tak mungkin ia bisa menahan tangisnya begitu melihat yang ia sayangi pergi karena kesaktiannya dalam melawan Peperangan Abadi.

"Tidak mau... A- aku *hiks* benci Tuhan!"

Athena pun menangis, seraya memeluk mayat sang nona.
___

Perang Abadi pun berakhir. Para Dewa dan Dewi tertidur, atau lebih tepatnya tersegel selamanya, di dalam mimpi mereka, mereka melihat jika perang masih lah berlangsung dan selalu menghasilkan hasil "seri". Tapi kenyataannya, perang Dewa ini sudah berakhir, dan pemenangnya adalah dewi yang disebut sebagai salah satu dewi terlemah, Dewi Onium, sang dewi mimpi.

Tapi, tak menutup kemungkinan jika perang lainnya, tak akan terjadi...

+-Story of Onium and Athena-+
End!

-ARSIP+!Where stories live. Discover now