Bab 2 | Neuron Gear

15 2 0
                                    

[SPOILER=2-1]"kayaknya loe lagi galau, gimana kalau kita ke [I]game[/I] [I]center[/I] aja?" tanya Peter

Aku terdiam. Aku tahu ia sedang berbicara kepada ku, namun aku lebih memilih tak berbicara sedikit pun. Rasa nya juga sudah 30 menit berlalu sejak selesainya pertemuan. Beberapa siswa pun sudah meninggalkan aula itu dan kini tempat menjadi sepi. Namun entah mengapa mengangkat kakiku saja sangat lah berat untuk pergi. Dan aku tahu alasannya mengapa, semua ini pasti lantaran kejadian buruk yang kualami saat ini. Aku rasa hari ini benar-benar begitu berat.

"eh, loe kenapa?"

"enggak ada, aku rasanya sedikit lelah saja" ucap ku lemas

"ya bagus deh kalau begitu, Mau ke '[I]game[/I] [I]center[/I] ', enggak? nanti gue yang bayar"

Mataku pun mulai beralih kepada dan memandang wajahnya. Tampak sekali jika ia begitu bersemangat. Tapi aku rasanya ia tak mempedulikan diriku yang saat ini begitu lelah. Sejujurnya aku ingin langsung pulang ke rumah dan merebahkan tubuhku dan menyelimutkan nya dengan kain sebanyak mungkin. Tapi Peter tetaplah Peter. Sejak dari dulu memang sifatnya seperti itu, keras, dan hanya ingin menuruti keinginan nya sendiri. Dan itu sama seperti saat ini. Dengan percaya diri ia berdiri di depan ku dan menyatakan apapun yang ia inginkan

"loe mau pergi bareng enggak?"

"Nanti dulu aja deh Peter, beberapa minggu ini ada festival. Jadi aku harus siap-siap buat ke depannya"

"loe yang sekarang butuh hiburan, siapa tahu keadaan loe bisa lebih baik"

Sejenak itu mulai terdengar bagus. Barangkali aku butuh hiburan, tapi tetap saja aku sedang kurang mood bahkan untuk sekadar bermain [I]game[/I]. Lagi pula aku belum pernah bermain sekali pun. Kini aku lebih memilih diam dari segala yang ia ucapkan.

"oke, sepertinya loe setuju. tak ada jawaban berarti loe berkata 'ya' sama gue"

Mendengar kata-kata itu aku pun kaget. Belum sempat aku berbicara, ia langsung menarik tanganku dan memaksa diriku untuk berdiri. Aku pun membiarkan tubuh ku di bawa ke arah ia pergi. Tarikan dari nya membuatku sedikit berlari. Tak begitu lama aku pun menyadari diriku sudah berada di luar aula. Tepat di depanku sudah ada sebuah mobil hitam yang tahu milik laki-laki yang bernama Peter.

"karena loe udah setuju, mending loe masuk aja ke dalam, nanti ku tunjukkan tempat yang bagus"

"tapi jangan lama-lama ya"

"[I]ja, ja, es ist keine problem[/I] [size="1"]1.)[/size]" ucap Peter sembari masuk ke dalam mobil itu

Aku benar-benar mengerti apa yang ia ucapkan. Walaupun ia tampak seperti bercanda, tetapi mendengarnya ku pun sedikit lega. Aku pun mulai membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya. Suasana sudah jauh berbeda. Semua terlihat begitu mewah.

"Tuan, jadi kita mau ke mana, mau langsung ke rumah, atau antar teman tuan pulang ke rumah dulu"

"enggak mas, kita mau ke '[I]game[/I] [I]center[/I] ' yang biasa gue main"

"oh gitu, jadi tuan sekarang mau main sama temannya ya?"

"ia nih mas, teman gue ini lagi 'galau' kayak nya"

"siapa yang galau, aku baik-baik aja kok"

"kalau loe enggak galau, berarti enggak masalah kalau kita ke sana"

Aku ingin menggerutu lebih banyak lagi, tapi ya sudah lah. aku pun duduk sembari melihat di balik jendela itu. Di dalam benar-benar nyaman. Dari luar aku bisa melihat mobil ini melaju kencang, namun diriku benar-benar tak merasakan satu getaran pun. Hanya selang beberapa menit, kami pun sampai di tempat tujuan. Di luar tampak banyak sekali orang-orang memakirkan kendaraannya.

I am HackerWhere stories live. Discover now