7

137 35 7
                                    

Tarik napas dulu sebelum baca wkwkwkwk



Hal pertama yang Haknyeon rasakan adalah aroma kulit, kayu, dan cat dengan aroma citrus yang samar. Sangat menyenangkan dengan pencahayaan yang lembut dan halus. Bahkan Haknyeon bisa melihat sumber cahaya ditengah ruangan yang memancarkan cahaya ambient. Dinding dan langit-langit yang tinggi dan berwarna merah anggur gelap, memberikan efek ruang yang luas dengan lantai dari kayu pernis yang sudah tua. Ada sebuah salib kayu besar berbentuk X diikat ke dinding yang menghadap kepintu. Salib itu terbuat dari kayu mahoni tinggi yang dipoles dengan borgol di setiap sudutnya. Di atasnya terdapat besi yang menggantung dilangit-langit dengan berbagai macam tali, rantai, dan belenggu berkilauan. Di sudut kanan terlihat lemari dengan beragam benda aneh seperti cambuk dan alat semacamnya dan disampingnya terdapat sebuah nakas besar dengan laci berlapis. Haknyeon ingin tahu secara singkat apa isi dari laci tersebut. Di sudut kiri terdapat sebuah sofa empuk dari kulit yang mengarah ke dinding dan disebelahnya terdapat sebuah meja yang tampak seperti meja biliard, tetapi ketika Haknyeon memeriksanya lebih dekat, ia melihat banyak tongkat dengan berbagai macam ukuran.

Yang mendominasi dari ruangan ini adalah sebuah tempat tidur yang berukuran lebih besar dari ukuran king size dan sebuah lukisan yang terlihat usang terpajang diatasnya. Tempat tidur itu ditutupi oleh selimut merah dan bantal satin merah yang ditumpuk di salah satu ujung. Di setiap sudut tempat tidur itu brian bisa melihat beberapa rantai dan manset.

Haknyeon melirik dan menatap langit-langit. ia bertanya-tanya apa yang membuat ruangan ini sedikit aneh dan ganjil. Dinding gelap, pencahayaan kurang dan perabot serba berwana merah satin membuat ruangan ini terasa lembut dan romantis. Entah apa yang Haknyeon pikirkan tapi menurutnya ini adalah sisi Sunwoo yang lembut dan romantis. okay! anggap saja dia sudah gila.

Haknyeon pun berjalan lebih jauh ke dalam ruangan dan Sunwoo mengikutinya dari belakang. Haknyeon melihat sesuatu yang tidak ia kenal menggantung dan menyentuhnya dengan ragu-ragu.

“Itu namanya cameti,” suara Sunwoo tenang dan lembut.

Cameti? Haknyeon berpikir dan sedetik kemudian ia menunjukkan ekspresi terkejut. Tubuhnya mati rasa. Haknyeon bisa mengamatinya tetapi ia tidak bisa mengartikulasikan perasaannya tentang semua ini karena ia terlalu terkejut. Bagaimana cara menunjukkan ekspresi yang tepat saat mengetahui bahwa kekasihnya tenyata seorang penggila kedisiplinan, sadis atau masokis? Takut? Ya, tentu saja. Tapi Haknyeon tidak berpikir dia akan menyakitinya tanpa persetujuan dari dirinya. Begitu banyak pertanyaan diotak Haknyeon saat ini. Mengapa? Bagaimana? Kapan? Seberapa sering dia melakukannya? Dan dengan siapa?

“please, say something,” perintah Sunwoo setengah berbisik.

“umh— A – apakah kau m – melakukan ini kepada semua orang atau mereka melakukannya u – untukmu?” Haknyeon menggigit bibirnya gugup.

“no, aku melakukan ini hanya dengan wanita yang kuinginkan, just women.”

jawaban dari Sunwoo membuat Haknyeon merasakan sakit hati, entah kenapa ia merasa di hina oleh orang di depannya, Haknyeon menunduk dan menahan keras supaya air matanya tidak keluar begitu saja.

“jika kau mempunyai seseorang yang rela melakukan ini untukmu, kenapa kau tunjukan ini padaku? aku bukan wanita dan kau juga bukan ….”

“kau benar, tapi aku ingin melakukan hal ini denganmu,” sahut Sunwoo langsung memotong ucapan Haknyeon.

“kau sadis?”

“I'm dominant.” matanya menatap Haknyeon dengan intens dan sedikit menggelap.

“what’s that mean?” bisik Haknyeon.

“itu berarti aku ingin kau rela menyerahkan dirimu padaku dalam segala hal.”

Haknyeon mengerutkan kening, mencoba untuk mengasimilasi gagasan ini.

Fifty Shades of KIM | SunHak Where stories live. Discover now