081357xxxxx
Nope, itu pilihan yang benarKarena aku belum bisa memberitahumu sekarang
Anika
Menyebalkan081357xxxxx
Haha sampai jumpa besok, MooieAnika
Namaku bukan Mooie081357xxxxx
Anggap itu panggilan khusus darikuAnika
Tidak perluAku punya nama, tidak seperti dirimu
081357xxxxx
Oh, sekarang kau mengejekku?Sebaiknya setelah ini kau cari tahu dulu arti dari panggilan itu
Anika
Memang apa artinya?081357xxxxx
Aku tidak akan memberitahumu~Anika
Kau sungguh menyebalkanTanpa disadari, Anika mengakhiri percakapan online tersebut dengan segaris senyuman. Yang masih terus terulas manis sembari membiarkan jarinya menekan-nekan tombol panah tanda 'kembali' di layar ponselnya. Bermaksud untuk menyinggahi aplikasi penerjemah, menjalankan saran barusan dari 'teman' misteriusnya itu.
Anika pun merebahkan dirinya. Sempat benak Anika bertanya, Mooie itu dari bahasa apa?
Namun pertanyaan itu segera terjawab sendiri setelah ingatan Anika kembali berputar pada saat anak itu sempat ada mengatakan tentang Bahasa Belanda lewat ketikannya. Berarti, sudah pasti Mooie berasal dari Bahasa Belanda.
Jari gadis itu kembali menari di atas layar ponselnya. Mengetikkan bahasa dan kata yang ingin diterjemahkan. Seperti ada percikan hantu kupu-kupu yang seakan menggelitik ususnya ketika matanya melihat arti dari kata tersebut.
Mooie. Berarti cantik.
Anika mengerjap tak menyangka sesaat, lalu langsung terpikir hal lain alih-alih tenggelam dalam gejolak aneh yang sempat singgah.
"Jadi kau orang Belanda? Pantas saja rambutmu pirang," gumam Anika bermonolog. "Tapi ketikan Bahasa Indonesiamu fasih sekali."
Anika kembali pada aplikasi chatting tadi. Jarinya menekan sebuah kolom chat teratas. Bermaksud untuk mengunjungi profil dari sebuah nomor teman barunya yang belum tersimpan. Sekilas Anika masih memandangi profil kosong yang tak memiliki foto tersebut, lalu tersenyum.
"Baiklah, maka 'Si Pirang' akan cocok untuk menjadi nama kontakmu," gumam Anika.
Lantas menyimpan nomor asing tersebut dengan nama 'Si Pirang' di kontak ponselnya.
••• biru •••
Sudah hampir tiga puluh menit Anika duduk di sana. Memandang lurus ke depan sembari kedua tangannya menggenggam sebuah ponsel di atas meja, seakan menunggu sesuatu. Sorot matanya juga tak lepas, memilah teliti satu per satu murid kelas yang silih berganti masuk dari ambang pintu.
Ya, Anika memang tengah menunggu seseorang. Dirinya hanya berharap menemukan seorang murid laki-laki berambut pirang yang lewat di depan kelas sana.
Namun, detik demi detik hingga saat ini, Anika tetap tidak menemukan orang yang dicarinya dari sekian murid yang kian memadati isi kelasnya itu. Bahkan sampai jam yang sudah menunjukkan lima belas menit lagi untuk bel masuk berbunyi.
Anika
Hoi pirangSi Pirang
Kenapa memanggilku begitu? T_TWalau ini bukan pertama kalinya Si Pirang memberikan respons yang begitu cepat, entah mengapa Anika tiba-tiba merasa agak aneh kali ini.
YOU ARE READING
Biru
Mystery / ThrillerAnika pun tak mengerti. Dari sekian limit skenario hidup, mengapa dirinya harus berhadapan dengan takdir masa putih abu-abu yang begitu payah. Bukannya Anika tak bersyukur. Tapi siapa yang mau harinya selalu dikelilingi para gadis jahat? Dengan tuga...
BAB 3 - Nomor Tak Dikenal
Start from the beginning