Mengantar Hantu?

26 0 0
                                    

Gess, kalian pernah ngga kepikiran malem-malem gitu sebelum tidur? Random aja, mirip kayak shower thoughts , tapi ini before sleep thoughts. Aku izin cerita salah satu pemikiran randomku sebelum lanjut tidur yaa. 

Orang bilang, hantu adalah jiwa kita yang belum puas. Belum nyaman meninggalkan dunia manusia karena mungkin masih ingin menyelesaikan suatu hal atau mau memberi pesan terakhir ke keluarga, teman, pacar, suami/istri, atau orang dekatnya. Dan aku sendiri cukup percaya dengan pendapat itu. Apalagi pamanku, om Katri.


Om Katri pernah cerita...


Dulu sewaktu dia masih nyupir taksi online "dalam sopir" (merek appsnya ges). Dia pernah dapet pelanggan dari Rumah Sakit Kariadi Semarang di jam 2-an malem dini hari. Minta dijemput di area keluaran bangsal kamar mayat di RS itu.


"Nah, om Katri ambil orderannya." 


"Ngga takut atau gimana gitu om?"


"Dulu udah biasa aja dan ngga cuma om Katri aja, beberapa driver lain juga udah pernah jemput pekerja forensik disitu juga jam 2-an. Karena memang di jam itu juga baru selesai biasanya. Itu juga dari cerita sopir-sopir taksi yang lain juga biasa aja kalau jemput pekerja disitu."


"Ooohhh, okee om. Lanjut-lanjut.."


"Om Katri jemput pelanggannya cewek. Ceweknya itu biasa aja, kayak wanita pekerja pada umumnya. Cantik dan tinggi. Kepalanya hampir nyentuh atap taksinya om. setelah masuk. Wajahnya sudah lelah menahan kantuk, tapi masih tersenyum ramah saat minta tolong dianter pulang ke Pudak Payung. Yang mana cukup jauh, tapi Om nyanggupin waktu itu."


Pudak Payung ini lumayan jauh dari pusat kota Semarang. Masih dibangun area perumahan disitu. Tempatnya cukup sepi tapi ngga kayak perumahan mati. Ada beberapa keluarga yang tinggal disitu. Masih banyak angin adem dan hutan kecil di pinggir jalan perumahannya. Yaa perumahan itu, intinya cukup nyaman dan cukup murah untuk golongan pekerja atau keluarga di Semarang. 

Setelah mengiyakan perjalanan sekitar 30 menit tersebut, om Katri memulai starter mobil Brio merah bernomor plat H itu, lalu swipe  kanan di aplikasi untuk menyetel rute gps dan mulai mengantarkan wanita itu. Di awal perjalanan, Om Katri sebenarnya sempat agak curiga karena profil wanita yang ia antarkan tidak ada foto wajahnya. Hanya profil default abu-abu yang dilihatnya. 

Namun, ya sudahlah ga masalah amat. Karena ini si mbaknya juga ramah, mau ngajak ngobrol, bahkan cerita-cerita. Sampai-sampai ga kerasa, sudah berlalu 30 menit lebih perjalanannya. Sudah sampai di depan sebuah rumah besar dan lebar berlantai dua. Anehnya malam-malam jam 2 itu, ada beberapa mobil dan motor yang parkir dekat rumah titik tujuan gps itu pula.


"Mbak, udah sampe."


"Mbak...,mbak..." 


"Mbaknya ilang."


"Loh, loh, loh, langsung hilang gitu om?"


"Abis kupanggil, ngga mbalesin itu, aku nengok belakang. Dia gaada. Orangnya dah hilang. Nggak ada suara pintu atau jendela dibuka waktu udah berhenti. Tapi orangnya hilang."


"La terus waktu itu Om Katri gimana? Ga kepikiran dia hantu atau yang aneh-aneh gitu?"


"Ga pikir panjang. Malah agak marah aku, karena udah nganterin lumayan jauh, keluar bensin. Orangnya ilang nggak mbayar to."


Bingung, campur kesal, dan campur agak marah adalah perasaan yang dirasakan Om Katri malam itu. Mencoba mencari secuil jawaban atau tanggung jawab karena sudah mengantar cukup jauh. Om Katri segera memarkirkan Mobil Brio Merahnya, di depan rumah besar itu.

Ia mencoba mengetok, membunyikan alarm doorbel rumah tersebut. Seorang pria berparuh baya, mengenakan baju hitam berkerah berjalan melihat siapa orang yang malam-malam begini mampir ke rumahnya. Tersekat oleh pintu coklat mahoni, Om Katri segera menunjukkan riwayat pemesanan wanita yang hilang setelah diantar itu dan menceritakan ke pria tersebut, kalau dirinya sudah mengantarkan orang dari RS Kariadi ke alamat rumah ini, tapi orangnya yang diantar kabur hilang nggak mbayar. 


"Kok malem-malem jam 2 rumahnya bapak itu rame, sama napa dia pakai baju item om?


"Bentar, kulanjutin ceritanya dulu, tenang wae, terjawab pertanyaanmu."


"Nah, oke-oke lanjutnya gimana om?"


"Si bapak ini mungkin karena kasihan, nyuruh aku masuk dulu aja. Minum bentar."


"Tapi sungkan lah, kalau masuk rumahnya waktu itu. Udah malem jam 2 pagi juga. Akhirnya aku cuma bilang nggak usah pak minumnya. Saya tunggu diluar saja."


"Yasudah, sebentar ya mas. Saya masuk ambil uang dulu sebentar untuk mas-nya."


"Terus, waktu Bapak itu, mau masuk lagi. Di tembok kiri atas ruang tamu mereka ada foto perempuan yang aku anter tadi."


"La itu pak, foto orang-nya tadi yang saya anter!"


"Loh, pak itu orangnya yang meninggal!!."


"Serius pak, aku tadi nganter orangnya, ngobrol-ngobrol di mobil."


"Lah iya, itu mbaknya yang sudah meninggal, lagi di layatin pak."


Diam adalah respon yang kami berdua segera lontarkan. Otak kami kebingungan mencari jawaban realistis apa yang dapat menjelaskan suasana merinding seketika ini. Gaada lagi biasa-biasa saja. Yang ada mau langsung pulang saja. 

Sambil memperhatikan sekali lagi foto perempuan yang terpajang di tembok ruang tamu itu, bapak tersebut juga langsung menyalamkan uang merah dan menyuruh Om Katri pulang saja.



Stories by : 

Iglo Montana


Mengantar Hantuजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें