【 O4 】

485 78 0
                                    

Membiarkan sang gadis pergi. Baizhu sebenarnya tak tau apa yang benar-benar telah terjadi disaat dirinya pergi untuk mencari tanaman obat.

Ketika (Name) mengatakan ingin mengejar pemuda yang masih berstatus sebagai 'pasien'nya, Baizhu membiarkan ia pergi juga dengan harap (Name) membawanya kembali.

Bagaimana pun, merawat pasien sampai benar-benar sembuh adalah salah satu tugas dari dokter seperti Baizhu. Tentu dia harus bertanggungjawab sampai akhir untuk merawat pemuda yang pemulihannya masih belum total sepenuhnya.

Tak butuh waktu juga drama panjang, (Name) berhasil mengejar eksistensi dari pemuda yang dicarinya. Lantas (Name) hampiri perlahan keberadaan yang dicarinya itu.

Menoleh. Pemuda yang sedang memandang matahari yang setengah tenggelam itu mengalihkan pandangnya ke gadis yang sudah ada di belakangnya.

"Huh, untuk apa lagi kau menemui ku?" Nada ketus dikeluarkannya.

Semakin mendekat, (Name) perlahan mengikis jaraknya dengan pemuda dengan surai biru gelap itu.

"Kurasa urusan kita masih belum selesai. Kamu tau kan kalau aku itu belum benar-benar selesai merawat mu, tapi kamu tiba-tiba kabur begitu saja."

Pemuda itu memicingkan netra seraya menghela nafasnya. "Kau itu orang yang gigih ya. Lagipula bagaimana kau bisa mengikuti dan tau di mana keberadaan ku."

"Aku masih bisa mencium bau obat-obatan yang pernah ku berikan pada mu. Mungkin kamu tak bisa menciumnya, tapi bau ini sangat khas di hidung ku." (Name) berucap dengan harap sang lawan bicara puas dengan jawabannya.

"Tak kusangka kau cukup pintar. Padahal beberapa waktu lalu aku hanya melihat orang kikuk yang dapat panik dengan mudahnya." Senyum tipis yang diiringi tawa kecil lagi-lagi terdengar kala pemuda itu berdialog.

"Apa kamu akan kembali jika aku minta?"

"Bodoh. Pertanyaan yang kau tanyakan bahkan sudah kau ketahui sendiri jawabannya dari awal."

Sempat membisu dan membiarkan sinar matahari senja menerpa dirinya juga pemuda yang ada di hadapannya. (Name) membuat suasana jadi hening untuk sementara.

"..Aku ingin kita bisa saling memahami satu sama lain."

Satu kalimat yang terucap membuat fokus pemuda itu kembali memandang eksistensi yang sedaritadi menjadi lawan bicaranya.

Bohong kalau pemuda itu bilang ia tak sedikit terkejut saat mendengar kata-kata yang baru saja didengar. Tapi karena alasan lain, kalimat itu hanya ia anggap sebagai angin lalu yang akan menjadi sebuah pengkhianatan selanjutnya.

"Aku tau kalau kita baru saja berbicara satu sama lain hari ini, tapi aku tersadar bahwa kita ternyata punya sebuah kesamaan."

"Aku akan mencoba percaya dengan kata-kata yang kamu ucapkan, tentang kamu yang merupakan sebuah boneka.."

"Kepercayaan adalah segalanya dalam memulai suatu hubungan, maka dari itu mulai sekarang──"

"HAH OMONG KOSONG!!"

Pemuda itu meninggikan nada suaranya dengan tiba-tiba, memotong kalimat yang belum selesai diucapkan oleh lawan bicara, tak membiarkan ia menyelesaikan kata-katanya.

"Kita punya kesamaan? apa kau mengarang cerita supaya aku terpengaruh dan akhirnya ikut pergi dengan mu?"

"Tak usah berpura-pura baik dan memberi harapan seolah kau adalah malaikat penyelamat yang datang ke kehidupan ku!"

"Pada akhirnya semuanya akan pergi. Seseorang akan mati dan akhirnya akan meninggalkan mu sendirian di dunia kejam yang tak belas kasih ini!"

(Name) berusaha tak terpengaruh dengan perkataan pemuda yang sedang meluapkan emosinya. Berusaha tegar dan tak bergetar agar bisa meneruskan tekad yang sudah ditanamkan dalam hatinya.

Masih mendengar kalimat yang dipersembahkan dengan penuh luapan emosi di dalamnya.

Alih-alih hanya berdiam sambil mendengarkan, (Name) mengambil lembut tangan pemuda yang masih dengan amarahnya kemudian tersenyum tulus juga halus dengan harap pemuda itu sedikit tenang berkat tindakannya.

,TRUE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang