Nicholas dan Matthew langsung terbang menemui Harry, mereka terbelalak tak percaya melihat kondisi Harry yang babak belur.

"Siapa yang berani melakukan hal ini padamu brother?" Nick, panggilan singkat Nicholas mendekati Harry dan duduk di sebelah pria yang matanya bengkak sebelah itu.

"Apa kami perlu membereskannya juga?" tanya Matt.

Harry mengangkat sebelah tangannya agar kedua kakak beradik Lionel diam.

"Kalian bawa pesananku?"

Matt langsung memerintahkan salah satu anak buahnya membuka paket yang ia bawa. Harry hanya mengangguk singkat dan paket tersebut langsung ditutup kembali.

Nick dan Matt sangat menghormati Harry sejak lama, karena itu mereka sangat mendesak Harry agar mau bergabung dengan kelompok mereka sejak lama. Apalagi dengan nama Eduardo yang dimilikinya, sudah pasti akan menjadi nama Lionis semakin meluas. Mereka tidak keberatan jika harus menjadikan Harry sebagai ketua Lionis, karena banyak kelompok mafia yang ingin pria itu bergabung. Termasuk ayah Harry sendiri, meski kelompok Eduardo mengatakan sudah pensiun, tapi tidak sekali dua kali mereka mendengar nama tersebut pada lelang pasar gelap. Dan sudah bukan rahasia lagi kalau Eduardo senior meminta Harry untuk pulang dan menggantikan posisinya memegang Eduardo Sea.

Seperti yang sudah bisa diduga, Harry yang memiliki jiwa bebas mengabaikan hal tersebut. Nick dan Matt bahkan tidak percaya saat sore tadi Harry menghubunginya dan setuju untuk bergabung dengan mereka, meski dengan mengajukan syarat yang sungguh konyol. Kepala Jackson Videl, bajingan pengecut yang tidak ada apa-apanya itu?

Cih...

Dan sekarang saatnya mencari tahu alasan Harry sebenarnya. Setelah bertahun-tahun hidup bebas tanpa aturan, tidak mungkin segampang itu Harry langsung memutuskan untuk bergabung dengan mereka. Pasti ada alasan besar dibalik kesediaannya.

"Jadi siapa yang sudah menghajarmu sampai seperti ini?" tanya Nick lagi.

Matt memperhatikan wajah Harry dan baru ingat bahwa kondisi Steve tadi tidak jauh berbeda dengan pria ini. Apa mungkin keduanya berkelahi?

Sudah bukan rahasia lagi jika Harry selalu mengikuti apapun yang Steve lakukan, jika mereka dekat dengan Harry karena dia ramah, beda lagi dengan Steve. Pria dingin itu tak tersentuh, belum lagi Red Blood yang dimilikinya. Kadang kala Lionis ingin sekali menggulingkan Red Blood tapi melihat sosok Steve membuat mereka berpikir ulang. Karena itu mereka butuh Harry, satu-satunya orang yang berani menghadapi Steve Smith.

Memang selama ini Red Blood tidak mencari masalah dengan mereka, hanya saja Matt tidak suka jika ada yang lebih ditakuti selain Lionis. Semoga dengan bergabungnya Harry, mereka bisa menyingkirkan kelompok darah merah tersebut. Apalagi Matt tidak suka dengan senyum Van yang seakan meremehkannya.

"Apakah Steve Smith?" tanya Matt membuat Nick kaget.

"Smith? Benar juga, wajahnya tadi tidak berbeda jauh denganmu." kata Nick.

"Dia juga ada disana tadi?" tanya Harry.

Nick mengangguk.

Itu berarti luka Steve tidak separah lukanya. Pikir Harry muram. Steve masih bisa datang menyelamatkan Ray sedangkan ia bangun saja sudah tidak sanggup. Sial. Harry tidak suka seperti ini.

"Benar Smith kan?" tebak Matt lagi.

Harry malah mengatakan hal lain, "Mungkin setelah aku membaik aku akan ke markas Lionis. Terima kasih kalian sudah mau repot-repot datang kemari."

"Kau mengusir kami?" tanya Matt tidak percaya.

"Aku ingin istirahat Matt." Harry mengangkat lengannya untuk menutup matanya yang terpejam.

Love Shoot! | Sungsun ✔Where stories live. Discover now