bab i

56 8 1
                                    

maafkan atas typo ya

***

Menjalani hubungan dengan banyak penolakan tentunya membuat mereka juga tidak tenang. Pertentangan datang dari kedua belah pihak. Terutama dari orang tua Syifa yang masih berat memberi restu untuk keduanya itu. Apalagi mengingat Barra adalah seorang duda dan sudah punya anak pula. Rasanya masih berat menerimanya. Bahkan sangat berat, mengingat pasti ada yang tidak baik-baik saja dari seseorang yang sudah pernah menikah.

Sebisa mungkin orang tua Syifa memperingati anaknya itu. Bahwa seharusnya anak mereka itu tidak boleh menjalin kasih dengannya.

"Mas gak capek kesini terus? Harus temenin Syifa tutup warung," ucap Syifa yang masih membereskan piring-piring pembeli tadi.

Barra tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. Tidak setiap hari dia bertemu Syifa, belum lagi pekerjaannya yang lumayan banyak dan anaknya yang harus dia urus juga sering kali menghambat pertemuan mereka.  Lebih tepatnya seperti ini mencuri-curi waktu di tengah kesibukan.

"Selagi Mas bisa ya Mas bantuin. Mas berusaha supaya kita tetap ada temu, gak apa-apa ya?" tanya Barra.

Syifa menganggukkan kepalanya. Dia tersenyum senang. Benar, untuk bertemu sekarang sedikit sulit. Pekerjaan Barra kebanyakan lembur. Syifa sampai berpikiran kapan waktunya Barra untuk sekedar duduk dan beristirahat. Barra membantu Syifa membereskan dan ikut menutup warung pecel lele kekasihnya ini. Menurut cerita Syifa tadi malam ini lumayan banyak orang yang datang.

Setelah selesai menutup warung, Barra segera mengantar Syifa pulang. Sebentar mereka menikmati dinginnya malam. Ya, mereka hanya punya setengah jam lagi sebelum Syifa pulang. Dia juga merasa tidak enak pada orang tua Syifa jika mengantar pulang terlalu lama. Meski restu belum ada ditangan dia tidak mau menyerah.

"Anak-anak gak tau Mas tinggalin mereka gini?" tanya Syifa sembari memandangi indahnya malam hari itu.

"Mas udah infokan mau ketemu kamu. Lagipula Mas pastiin mereka tidur dulu, baru Mas pergi."

Syifa menganggukkan kepalanya. Sejauh ini dia bertemu dengan anak-anak Barra masih sekali. Itu pun disaat Barra mengajak kedua anaknya untuk menikmati makan malam bersama di warung pecalnya. Barra juga tidak mau terlalu buru-buru memaksakan Syifa atau anaknya dekat satu sama lain.

"Kira-kira Syifa bisa diterima baik oleh anak-anak gak ya Mas?" tanya Syifa random. Dia memikirkan hal-hal ini dari awal. Apakah keberadaannya bisa diterima oleh anak-anak Barra?

"Pasti bisa diterima. Seiring berjalannya waktu, dik. Mas juga belum terima restu Bapak dan Ibu juga kan? Waktu." jawaban Barra selalu menenangkan.

"Mas masih sabar nunguin restu Bapak dan Ibu?" tanya Syifa lagi dan Barra mengangguk dengan semangat. "Pasti sabar dong, Mas akan sebisa mungkin pastikan ke Bapak dan Ibu bahwa Mas bisa buat anaknya bahagia..."

Mengingat baru beberapa bulan hubungan mereka berjalan namun halangannya sudah lumayan banyak. Orang tua Syifa yang tidak setuju bahwa putri mereka itu menjalin hubungan dengan pria yang sudah pernah menikah. Sejauh ini dirinya belum mendengar penolakan orang-orang yang ada di sekitar Barra.

Belum siap mendengar perkataan tidak setuju lainnya dengan hubunmgan mereka. Kalau dipikir-pikir kembali kenapa semuanya menolak hubungan mereka? Mereka juga sehat-sehat saja menjalin hubungan. Entahlah.

"Kondisi financial Mas sekarang memang belum baik. Tapi Mas sedang berusaha agar keadaannya membaik dengan segera."

"Pokoknya bareng-bareng terus ya. Kita lewatin semuanya ya Mas. Syifa bakal temenin gimana pun kondisinya. Mas juga sama ya..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bunda Untuk AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang