Part 4 - Makan Malam

Start from the beginning
                                    

"Iya, Ma." Phoenix mengiyakan pesan mamanya. Dia merasa tidak memiliki hak ngotot memperkerjakan asisten rumah tangga sedangkan pemilik rumah tidak bersedia.

"Nanti Atlas yang bersih-bersih rumah. Gampang, pake robot vacuum cleaner. Cucian laundry masing-masing ya? Nanti disetrika sama mbak yang biasa datang."

"Iya, Ma."

Jupiter dan Libra saling berpandangan, saling melempar senyum manis dan bahagia. Mereka akhirnya bisa meninggalkan anak-anak dengan tenang selama perjalanan bulan madu.

"Papa punya sesuatu buat Phoenix. Tapi besok pagi." ungkap Jupiter sukses membuat Phoenix penasaran setengah mati.

"Apa, Pa?"

"Besok."

"Ih ...," Phoenix cemberut lucu.

"Sengaja biar makin penasaran ya, Ma?" canda Jupiter sambil terkekeh.

Libra mengangguk membenarkan. Senang sekali membuat gadis itu penasaran. Phoenix sampai gelisah, memandang mereka bertiga bergantian.

Jupiter dan Libra tidak goyah. Phoenix tidak bisa mengorek informasi kejutan apa yang telah di siapkan oleh Jupiter untuknya.

Setelah selesai makan malam dan menyampaikan pesan selama ditinggal. Mereka istirahat di kamar masing-masing. Jupiter dan Libra sibuk mengecek kembali barang keperluan. Jangan sampai ada barang penting yang ketinggalan.

Di kamar Phoenix, gadis itu memastikan jendela dan pintu terkunci rapat. Dia khawatir kalau Atlas datang lagi ke kamarnya. Terlebih lagi dengan apa yang dia lakukan tadi malam.

Selesai belajar, Phoenix merapikan meja. Mengganti lampu tidur lalu merebahkan badannya. Waktu menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Phoenix tidak memiliki gebetan atau teman akrab, tidak ada alasan baginya memantau ponsel selama berjam-jam.

Atlas tidak keluar malam ini. Biasanya laki-laki itu tidak merusuh kalau di rumah. Phoenix bisa istirahat dengan tenang. Kakinya masih kaku naik turun tangga waktu itu meskipun sudah di obati.

Phoenix masih penasaran dengan kejutan yang dikatakan oleh Jupiter tadi. Menggeliat gelisah, tidak sabar menunggu pagi. Phoenix kembali mengira-ngira kejutan seperti apa yang dia dapatkan dari papa tirinya tersebut.

Phoenix memejamkan mata. Baru saja akan terlelap. Dia membuka mata lagi. Merasakan sesuatu yang tidak beres di kamarnya.

Benar saja! Atlas berdiri di sampingnya. Phoenix memekik kaget. Laki-laki berengsek itu datang seperti hantu tiba-tiba ada di sana.

"Atlas! Apa yang kamu lakukan di sini?" Phoenix menggeram dan mengetatkan gigi. "Kamu masuk kamar orang sembarangan! Kamu pikir kamar aku tempat apa?"

Atlas bergerak menutup mulut Phoenix kasar yang langsung dikibaskan gadis itu. Berakhir mencekik leher Phoenix dan menggeram marah. "Sengaja ninggalin gue tadi malam?"

"Nggak!" Phoenix menggeleng cepat. Menahan tangan Atlas agar tidak menyakiti lehernya.

"Kenapa parkir di luar?"

"Aku takut!" Phoenix memilih jujur. "Aku nggak mau mengambil risiko. Aku khawatir mama dan papa bangun dan kita ketahuan pulang tengah malam." Atlas berdecih tidak percaya. "Aku juga nggak bermaksud cerita sama papa dan mama tentang tadi malam. Mereka nggak tahu kalau kamu ke club." Dia berusaha menjelaskan secara terbuka agar Atlas tidak salah paham. "Aku akan tutup mulut. Tolong lepasin!" Phoenix mendorong lengan Atlas dengan kedua tangannya.

Beringsut mepet pada ujung ranjang. Phoenix menarik selimut. Dia sangat takut pada laki-laki itu bila masuk ke kamarnya. Phoenix merasa dia tidak memiliki batas-batasan lagi.

"Aku nggak ada niat apa-apa. Aku kencengin AC supaya kamu bangun!" jelas Phoenix terbata. Kesulitan bernafas dan jantunganya berdebar-debar sampai tubuhnya bergetar hebat.

Atlas menyeringai. Kali ini mencengkeram rahang Phoenix. Menekan kasar dan memandang tajam. "Ini mulut gunanya apa?"

"Ka-kamu tidur pulas." Phoenix melanjutkan hati-hati.

"Gunanya apa?"

"Bicara."

"Kenapa nggak dipergunakan?"

"Aku nggak berani bangunin kamu!" Phoenix menggeleng pelan dan air matanya meluruh mengenai punggung tangan Atlas.

Atlas tidak mengalihkan pandangannya sedikit pun dari wajah Phoenix. "Sedikit lo punya niat buka mulut. Lo akan tahu akibatnya."

Phoenix merinding, Atlas tidak main-main dengan ancamannya.

"Paham?"

"Iya. Aku minta maaf. Aku yang salah."

***

Jakarta, 20 Desember 2022

Novel ini sudah ada versi E-book PDF di Playbook, Karyakarsa dan Nih Buat Jajan (NBJ)

Novel ini sudah ada versi E-book PDF di Playbook, Karyakarsa dan Nih Buat Jajan (NBJ)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
STEP BROTHER  [17+]Where stories live. Discover now