Bila ada kelas olahraga atau pelatihan di lapangan, Phoenix curi-curi pandang saat bosan belajar. Sungguh posisi yang pas untuk Phoenix.

Ponsel Phoenix bergetar, dia memeriksa hati-hati dan membaca berulang-ulang kalimat pesan yang ia terima.

From : Atlas

Beli minum!

Itu perintah mutlak. Berbeda seperti di rumah, saat di sekolah Atlas memperlakukan Phoenix berbeda. Menjadikan Phoenix sebagai kacung yang bisa dia perintah seenaknya.

Phoenix menghela napas berat. Demi mama tercintanya, Phoenix menerima perlakuan semena-mena Atlas.

Atlas menunjukkan kebenciannya hanya pada Phoenix. Laki-laki itu tidak senang adanya orang baru masuk ke rumahnya.

"Bu, saya mau ke toilet," Phoenix menggigit pipi dalamnya. Beberapa anak melirik, ada yang memutar bola mata karena Phoenix sering keluar di tengah-tengah pembelajaran.

"Iya, silakan!"

Phoenix tersenyum kecil, buru-buru keluar kelas. Sambil mengingat-ingat mata pelajaran Atlas, Phoenix terlebih dahulu ke kantin membeli air minum.

Phoenix menemukan Atlas sedang main basket. Pelajaran olahraga sedang berlangsung, Phoenix menunggu laki-laki itu melihat keberadaannya.

Atlas berhenti begitu melihat Phoenix membawa botol minum kemasan. Menghampiri dengan langkah santai dan napas tersengal-sengal. Phoenix segera memberikan air minum. Atlas menenggak hampir setengah.

"Udah?"

"Handuk."

Phoenix segera bergegas ke loker Atlas. Mengambil handuk serta seragam laki-laki itu supaya tidak kerja dua kali.

"Udah."

Atlas tidak memberikan respons. Atlas kembali bermain basket. Phoenix mundur ragu, pelan-pelan dan kemudian berlari keluar dari lapangan.

Dia embali ke kelas. Phoenix merasa bersalah telah keluar lama, dia juga berbohong. Tetapi Phoenix masih was-was, mengecek ponsel barangkali Atlas marah.

Phoenix lega, sampai sekolah bubar tidak ada pesan dari Atlas. Phoenix memesan ojol pulang, tidak mau berbarengan dengan saudara tirinya tersebut.

Phoenix sampai duluan. Atlas biasanya pergi main dengan teman-temannya sampai sore atau malam. Phoenix jarang keluar kamar sebelum Libra pulang. Menghindari bertemu Atlas barangkali pulang cepat.

Gadis itu tidur siang, hanya mengenakan tanktop dan celana pendek. Tidak lupa mengunci pintu untuk berjaga-jaga. Karena sekarang, dia hidup satu rumah dengan laki-laki.

Blam!

Phoenix terkejut. Jantungnya nyaris melompat dari tempatnya. Pintu kamarnya tiba-tiba terbuka lebar dengan benturan kasar. Phoenix segera bangun dan sepersekian detik kemudian Atlas mencekik lehernya.

"Lep ... pas!" Phoenix memukuli tangan Atlas. Wajah laki-laki itu mengeras menahan emosi di ubun-ubun. "Atlas, sakit!"

"Siapa nyuruh lo pergi?" Atlas menggeram dan mengetatkan gigi.

Phoenix berhasil lepas. Dia batuk-batuk kesakitan sampai wajah memerah. Beringsut pelan-pelan pada ujung ranjang, Atlas menjambak rambutnya kencang.

"Jangan!" pinta Phoenix ketakutan. Air matanya meleleh tetapi diabaikan oleh Atlas. Laki-laki itu seperti kerasukan, Phoenix hanya pergi setelah memenuhi permintaan Atlas di sekolah tadi.

Sayangnya, Atlas tidak suka ditentang. Phoenix boleh pergi ketika dia mengizinkan. Atlas diam berarti Phoenix tidak boleh kemana-mana.

"Please," Phoenix berusaha menahan sakit di kepalanya. "Tadi aku ada ujian. Aku nggak bisa keluar lama-lama."

"Alasan!" maki Atlas tidak percaya.

Phoenix menggeleng. "Aku nggak bohong. Aku janji nggak bakalan ngulangin lagi." Atlas bergeming. "Aku janji bakalan nurutin semua perintah kamu. Aku nggak akan pergi sebelum kamu kasih izin. Ini yang terakhir." Phoenix bersungguh-sungguh.

"Awas kalau berani!" Atlas meloloskan kali ini. Melepaskan cengkraman rambut Phoenix kasar. Pergi begitu saja tanpa menutup kembali kamar Phoenix.

Haruskah Phoenix mengatakan perbuatan Atlas yang semena-mena pada Libra dan Jupiter? Lalu bagaimana dengan Libra? Phoenix tidak tega membiarkan mamanya kecewa, wanita itu baru merasakan bahagia. Tersenyum lebar sampai ke mata setelah bertemu dengan Jupiter.

Jika Phoenix hanya diam saja, sampai kapan dia akan diperlakukan kasar oleh Atlas? Mengapa laki-laki itu tidak melarang Jupiter menikah jika dia tidak menyukai orang asing masuk ke hidupnya?

Mengapa setelah orang tua mereka menikah, Atlas melampiaskan amarahnya pada Phoenix? Phoenix meraung sedih. Menutup wajah pada lipatan kaki.

"Berisik!!"

Phoenix menutup mulut rapat-rapat. Atlas datang lagi dan meninjau pintu menyebabkan benturan pada dinding. Phoenix menahan sesegukan dan kesulitan bernapas, menunduk menghindari tatapan dingin Atlas.




***

Jakarta, 17 Desember 2022

Sekasar itu!

Spam komen, update soon! 🔥


Novel ini sudah ada versi E-book PDF di Playbook, Karyakarsa dan Nih Buat Jajan (NBJ)

Novel ini sudah ada versi E-book PDF di Playbook, Karyakarsa dan Nih Buat Jajan (NBJ)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
STEP BROTHER  [17+]Where stories live. Discover now