rumah Naura

151 35 0
                                    

seperti rencana kemarin sekarang keluarga Arsen sudah sampai di Yogyakarta lebih tepatnya di ruang tamu rumah keluarga Naura berhadapan dengan keluarga Naura

Arsen benar-benar gugup tangannya keringat dingin keringat dingin mengucur bahkan bisa dirasakan jika punggung dibalik balutan jas mewahnya itu basah

"pak buk kedatangan saya sekeluarga ini untuk menyampaikan keinginan putra saya untuk meminang putri anda semoga itikad baik saya sekeluarga diterima"

ayah Adimas berbicara mewakili Arsen soalnya takut salah bicara jika yg menyampaikan niatnya itu sang putra yg tengah dilanda gugup luar biasa

"kami sekeluarga menghargai itikad baik bapak sekeluarga tapi untuk masalah jawaban saya menyerahkan semuanya kepada putri saya karena yg menjalaninya nanti adalah putri saya" om Agung menjawab dengan formal juga

"nak Naura apakah bersedia menerima pinangan putra saya?" kini giliran Naura yg ditanya

"saya... bersedia" Naura sempat berpikir sebentar sebelum menjawab setuju

dalam hati Arsen mendesah lega jika saja tidak ada keluarga Naura pasti sudah meloncat kegirangan tapi dia hanya bisa tersenyum sampai kedua matanya menyipit

"papa kalo mau loncat keluar dulu deh jangan di tahan tangan papa sampai gemetaran"

Alkuna yg memang duduk disebelahnya membisikkan itu pada papanya karena merasa kasihan melihat tangan papanya yg terkepal erat itu gemetaran karena menahan perasaan senang yg membuncah di dada

"Ssst adek diam ini lagi serius" Alkena mengingatkan kembarannya untuk bersikap baik

tadi sebelum berangkat mereka sudah di wanti-wanti oleh papanya untuk jadi anak baik agar lamaran papanya diterima oleh keluarga tante Naura mereka makanya sejak tadi mereka hanya duduk diam

"kalian kalo bosan main keluar sama anak-anak lain" tante Yuni yg melihat anak-anak sudah mulai bosan mengusulkan untuk mereka bermain di luar bersama anak-anak tetangga kiri kanan

"boleh kan papa" ketiganya kompak menatap papanya dengan tatapan berbinar

"boleh tapi minta ke om Jeff  buat ganti bajunya biar nyaman mainnya"

"kita bisa sendiri kok om Jeff bukain aja pintu mobilnya" si kembar berjalan beriringan dengan diikuti Jeffrey untuk membukakan pintu mobil

si kembar memang memakai pakaian formal saat tadi berangkat dari hotel tempat mereka menginap ke rumah Naura tapi Arsen sudah menyiapkan pakaian santai di mobil jaga-jaga kalau anaknya rewel karena pakaiannya tidak nyaman

setelah mereka berganti baju si kembar celingukan di dekat mobil bingung harus kemana soalnya rumah tetangga kiri dan kanan ramai anak-anak yg sedang bermain

rumah disebelah kiri itu sangat ramai tapi anehnya rumah itu terlihat dingin meski anak-anak itu terlihat ceria berlarian kesana kemari tapi anehnya mereka merasa suasananya terlihat suram dan membuat merinding

sedangkan rumah kanan tidak terlalu ramai hanya ada tiga orang anak yg sedang bertengkar merebutkan sesuatu meski terlihat caos anehnya suasananya hangat jadi setelah berdiam cukup lama mereka melangkah menghampiri gerbang rumah sebelah kanan

"permisi" tiga anak itu berhenti gelut

"hai kita boleh ikut main gak" Alkena menyapa sambil melambaikan tangan begitu juga dia saudaranya

"kalian siapa?"

"aku Alkana, ini Alkena, dan itu Alkuna kita dari rumah itu" Alkana mengenalkan satu persatu saudaranya

"oh dari rumahnya kak Naura, kenalin aku Ian"

"aku Andi"

"aku Samuel ayo duduk disini main monopoli sama kita"

si kembar ikut duduk lesehan di teras untuk ikut main sekalian rupanya tadi yg jadi rebutan adalah melempar dadu tadi katanya Ian bermain curang melempar dadu lebih dari sekali

asik bermain si kembar tiba-tiba dipanggil tante Yuni untuk makan-makan tiga anak yg bermain dengan si kembar juga diajak sekalian

"untung aja mereka main ke rumah Tyara gak kerumah kosong yg ada disebelah, kamu kok baru bilang kalo mereka itu peka sama yg kayak gitu" si kembar mendengar tante Yuni berbicara pada papanya

"emang kenapa gak boleh main kesan eyang? rumah sebelah rame kok" Alkuna bertanya saat mendengarnya

"dengerin eyang, kalian jangan pernah masuk ke rumah itu ya disana itu kosong gak ada orangnya yg kalian lihat itu bukan orang"

rumah sebelah itu kosong sejak lama dulunya tempat itu sempat dijadikan sebagai klinik aborsi ilegal jadi orang-orang sekitar sering melihat anak-anak bermain disana terkadang juga mendengar suara tawa anak-anak tapi tidak ada sosoknya

tante Yuni tau jika mereka yg peka terhadap sosok itu sangat rawan diganggu apalagi mereka masih anak-anak yg masih belum bisa membedakan sosok nyata dan bukan
*
*
*
*
setelah makan malam Arsen beserta rombongan kembali ke hotel sepanjang jalan anak-anak melihat keluar jendela karena merasa tidak beres Arsen menutup tirai guna menutupi kaca mobil

"kalian tidur ini udah malam"

"papa orang-orang dijalan itu kenapa kayak sakit"

"mereka kayak gitu gara-gara kurang tidur siang dan sering keluar malam-malam" Arsen menjawabnya asal tau jika yg dilihat bukan orang

Yogyakarta selain sebagai kota wisata sejarah dan budaya didalamnya juga terkenal dengan banyak kisah mistis yg tersembunyi dibalik gemerlapnya wisata malam yg ada di Yogyakarta

meski begitu kota istimewa ini punya daya tarik tersendiri yg membuat orang yg pernah berkunjung kemari pasti akan rindu untuk datang kembali kesini suasana kota ini tidak pernah membosankan meski sudah datang berkali-kali kesini

Arsen mengakui itu karena dia pernah beberapa kali berkunjung kemari saat masih belum ada si kembar menghabiskan waktu menyusuri jalanan Yogyakarta dengan sepada atau jalan kaki rasanya menyenangkan

"Sen udah sampai" perkataan Jeffrey membuatnya kembali dari pikirannya tentang Yogyakarta

"bantuin bawa mereka ke kamar ya bang" Arsen menggendong si sulung dan si bungsu sedangkan Jeffrey menggendong Alkena yg tubuhnya lebih bongsor dibandingkan dia saudaranya

hari ini sangat melelahkan tapi mau bagaimana lagi Arsen harus menunjukan jika dia serius dengan Naura makanya nekat datang melamar dengan persiapan dadakan

begitu sampai Yogyakarta hanya datang ke hotel untuk menaruh barang dan mandi setelah itu langsung menuju rumah Naura sekarang pukul delapan malam baru beristirahat

"selamat malam mimpi indah ya"

Arsen mengecup kening masing-masing putranya kebiasaan yg sulit dihilangkan meski sering mendapat protes karena merasa sudah besar tidak malu jika masih di cium sebelum tidur

tapi saat ketiganya kelelahan seperti ini Arsen jadi lebih mudah melancarkan aksinya tanpa protes mereka baginya sampai kapanpun mereka masuk anak-anak yg lucu meski nantinya mereka akan menikah dan mulai membangun keluarga kecil sendiri

membayangkannya bagaimana nanti dirinya sudah tua hanya bisa dirumah  sambil menunggu kedatangan tiga putranya dan keluarga kecilnya rumah yg dulunya penuh tawa mereka berubah jadi sunyi mungkin hanya akan terdengar suara musik klasik bukannya suara tv yg memutar serial kartun yg sama

meski hanya angan-angan saja rasanya sangat berat untuk dijalani Arsen belum siap untuk hal itu merasakan kesepian karena anak-anak sudah sibuk dengan kegiatannya masing-masing

"hah kenapa jadi sedih gini sih" Arsen bergumam lirih

Arsen segara berganti baju lalu ikut tertidur bersama tiga malaikat kecilnya mendekap ketiganya ke pelukan hangatnya

"jangan cepat besar ya dek papa masih mau sama kalian yg kayak gini" 

HidrokarbonWhere stories live. Discover now