Mungkin jika mereka berdua tidak sengaja berpaspasan di ruang tengah atau di halaman belakang, hanya ada percakapan singkat di antara mereka.

"Lo lebih cakep rambutnya di gituiin deh Ra,"

"Di Cepol gini?"

Erga mengangguk dan tersenyum tipis sebagaimana Azura tidak bisa melihat senyum itu.

"Padahal rambut gue lagi lepek, mangkanya gue iket begini. Gue tuh gak suka rambut di iket lama-lama bikin pusing,"

"Tapi, kalau di tarik atau di Jambak. Pusing gak? Atau malah enak?"

Mendengar hal itu Azura langsung tersedak air yang tadi sempat ia minum.
"Hah?"
Sedangkan Erga, tertawa sebari menggeleng pelan.
Lantas ia meninggalkan Azura yang berdiri tanpa bergeming sama sekali.

Itu benar-benar membuat Azura berfikir keras selama berhari-hari bahkan saat Azura paham dengan obrolan tersebut membuat pikiran gadis itu berkelana tidak beraturan.

Dirty Mind! Iya itu benar.
Bagi Azura, Erga itu tipikal laki-laki yang bercanda tapi di selubungi hal-hal yang mesum.

Ya sebenarnya Azura tidak kaget sih dengan hal seperti itu sekarang, setalah melihat dunia mereka seperti apa bahkan pertemanan mereka itu seperti apa. Jadi hal seperti itu adalah candaan standar.
Kalau misal candaan tersebut di pake di sekolahnya, yang ada malah di jauhi atau di kata urakan juga.
Beda tempat beda lingkungan sih, tapi itulah bedanya ibu kota dengan kehidupan di desa.

"Seminggu lagi Lo pulang ya Ra?"
Azura kembali fokus ke layar iPadnya setelah ia sedikit melamun dan memikirkan Erga secara tiba-tiba.

"Balik kok, kenapa?"

"Nanya doang sih, gue gak mau masuk sekolah di semester kedua duduk sendirian,"

"Dih bilang aja lo kangen sama gue," Tawa Azura sebari meledek.

"Kangen apaan? Orang tiga hari lagi gue bakal ke Jakarta nemuiin Lo,"

"Lah ngapain?"

"Lo lupa? Sweetseventeen Lo bego!"

Dan detik itu juga, rasanya Azura benar-benar sadar bahwa dirinya sebentar lagi akan sebebas Alaska di mana umur tujuh belas tahun itu kita bisa melakukan hal apapun sesuai kemauan kita.

                  。◕‿◕。

Malamnya, di mana mereka tengah sibuk makan malam bersama di ruang makan.
Hanya dentingan sendok dan garpu saja yang terdengar di indera pendengaran mereka.
Tapi berbeda dengan Fitri, Bimo dan Tamara yang ternyata sudah selesai terlebih dahulu di Banding ke empat anak remaja di hadapan mereka berdua.

Setelah keputusan beberapa Minggu yang hanya terjadi di antara Tamara, Bimo dan Fitri setelah pasangan ini hanya saling jaga jarak.
Alhasil Fitri benar-benar memutuskan hal ini untuk kebaikan semuanya.
"Sambil nunggu kalian selesai makan, Tante Fitri boleh ya ngomong sesuatu di depan kalian?" Ucap Fitri hati-hati membuat Felix, Alaska, Azura dan Seth menatap ke arah wanit tersebut.

"Kenapa Ma?" Tanya Felix.

Fitri menoleh ke anak sulungnya, kemudian ia hanya tersenyum hangat.
Fitri menghela nafas panjang, lantas menatap ke arah Bimo dan Tamara secara bergantian. Tapi sebelumnya Fitri memberi isyarat kepada Bimo untuk mengatakan hal tersebut karena bagaimana pun hanya mereka lah yang berhak untuk mengatakan itu bukan?

Bimo berdehem, senyuman itu terpampang jelas di wajahnya. Tanpa melirik ke arah Tamara yang diam saja di sebelahnya. "Mungkin buat Alaska ini kabar baik, tapi buat Azura ayah tau ini kabar yang buruk,"

AZURA (21+)Where stories live. Discover now