Bagian 35 (Otuz Beş)

Start from the beginning
                                    

Suasana bandara Turkiye masih sama dan terasa nyata. Suara-suara bising manusia berbahasa tanah airnya yang rasanya sudah sangat lama tidak ia dengar. Semua itu tiba-tiba teralihkan, karena tepat lurus di depan, Ray berjalan ke arahnya sembari membawa dua cup kopi. Sebelumnya dia memang memintanya menunggu di lobi bandara untuk menyempatkan diri membaca surat Anne. Sedangkan dia membeli minuman.

Dengan mata yang tak bisa berlama-lama saling menatap, Anna menurunkan pandangannya ke lantai.

"Kenapa kamu menurunkan tatapanmu?"

"Apa?" Anna mendongak saat pria itu sudah sampai dan duduk di sampingnya.

"Kamu sedang menatapku tadi." Jawab Ray sambil memberikan satu kopinya. "Aku tidak setuju kau menghentikannya."

"Sepertinya kau sedang sakit kepala." Anna terkekeh. Bukannya meraih minuman, ia malah meletakan satu telapak tangannya ke dahi Ray. Cukup membuatnya terkejut. "Jika terlalu lama menatapmu, aku takut kau akan semakin menyukaiku." Tuturnya lagi.

"Mungkin itulah tujuanku sebenarnya."

Anna diam. Selalu seperti ini. Atmosfer yang berusaha ia bangun dengan gurauan, selalu kalah dengan apa yang Ray ucapkan. Jujur saja dia belum terbiasa untuk ini. Anna kembali merasa bodoh membiarkan jantungnya melompat-lompat. Padahal dia tahu jika Ray tidak sedang merayu, dia hanya berkata jujur.

Ya Tuhan.. Kenapa pipinya selalu mudah menghangat?

"Lihatlah, Ayzaa datang." Ray berdiri. Mengarahkan dagunya ke pintu.

"Anna!" Satu teriakan mengalun di lobi. Suara dan sosok wanita yang amat ia kenali. Dengan balutan pakaian dan sepatu formal, Ayzaa berlari cepat menujunya. Anna tersenyum mengetahui siapa yang kini menyambar pelukannya.

"I Miss You! I Miss You so much, Anna!" Ayzaa menangis dalam pelukannya. Entah sudah berapa purnama mereka tidak bertemu. "Aku akan membunuh Ray jika dia tidak berhasil membawamu pulang."

Anna tersenyum haru. Menyeka air matanya.

Semua terasa sempurna sekarang.

Ayzaa melepas pelukan lalu mengarahkan tatapan dinginnya pada Kakak laki-lakinya itu. "Kak, karena ini tanggung jawabmu, tolong bawakan semua barang-barang Anna. Pokoknya aku akan menculiknya hari ini."

Ray menyeringai tipis.

"Apa kau tidak merindukannya?" Tanya Anna pada Ayzaa, mencoba bergurau. "Setidaknya beri Ray pelukan sebagai saudaramu yang manis."

"Tidak. Aku yakin Ray lebih menginginkan pelukan istrinya dari pada pelukanku. Aku bukan tipenya."

Kali ini pria itu tertawa, lalu pandangannya mengarah pada Anna beberapa saat sebelum dia berkata; "Pergilah bersamanya. Kuberi kalian waktu sampai maghrib. Aku akan menjemputmu nanti."

"Apa? Tidak bisa! Anna harus bersamaku sampai pagi. Kau tidak boleh melarang kami-"

"Iya, atau tidak sama sekali."

"Wah, kau posesif juga, Tarzan." Ayzaa memutar bola matanya, apalagi tahu jika Anna sedang menunduk malu sambil menahan senyumnya. Astaga, mereka benar-benar sedang jatuh cinta.

ANNA KEYLAWhere stories live. Discover now