Waktu terasa lambat di sekitar Sabina. Bukannya berlebihan, tapi hati gadis itu benar-benar tersiksa sekarang. Ini pertama kalinya ia menghadapi pasien seperti kasus Jongsuk, pertama kali juga pasien yang ia jadikan case ternyata seseorang yang ia kenal.

Seorang pria datang setelah dikabarkan kalau Jongsuk mengalami cardiac arrest ekspresinya tidak jauh berbeda dengan Sabina, bingung, marah, sedih, semua bercampur menjadi satu.

"Apa yang terjadi pada uri Jongsuk, tadi malam kondisinya masih baik-baik saja." pria itu mulai meracau sembari mengamati tim dokter yang tengah menangani Jongsuk.

Pria tersebut adalah Mr. Park.

Mr. Park memutar tubuhnya ketika ia mendengar suara tangisan. Kedua alisnya mengernyit heran ketika menemukan seorang wanita tengah berjongkok sembari memeluk lututnya sendiri. Wanita dengan penutup kepala. Sabina Varisha.

"Hoksi.." Mr.Park melangkah maju, ragu-ragu ia berkata, "Apa kau Sabina-ssi?"

Sabina mengangkat kepalanya, menampilkan wajah sembab kemerahan, "Dugu..se-yo?" kata gadis itu balik bertanya dengan suara bergetar.

Belum sempat Mr.Park menjawab, seorang dokter keluar dari ruangan Jongsuk, "Detak jantungnya sudah kembali. Kami akan observasi penyebab pasien mendadak seperti ini dan akan kami pantau terus perkembangannya ke depan. Kalau ada hal mencurigakan tolong segera lapor pada perawat." kata salah satu dokter yang tadi membantu memompa jantung Lee Jong-suk.

Tidak ada lagi yang bisa Mr.Park lakukan selain berkali-kali membungkuk mengucapkan terimakasih saat tim gawat Rumah Sakit beriringan keluar dari ruangan Jongsuk.

"Sabina-ssi, terimakasih sudah membantu melaporkan code blue. Kau boleh pulang sekarang, untuk kasus pasien ini akan aku bahas kembali di lain waktu." profesor Choi menepuk pelan bahu Sabina sebelum kembali melangkah ikut dengan rombongan tim gawat Rumah Sakit.

Mata Sabina terus mengekor saat Mr.Park berhambur masuk menghampiri Jongsuk yang masih belum membuka matanya. Pria itu menangis sembari memeluk tubuh Jongsuk yang berbaring lemah.

Dengan ragu, kaki Sabina melangkah masuk, pandangannya lurus menatap lekat Lee Jong-suk dengan air mata yang masih memaksa keluar. Sabina menghapus kasar air matanya saat Mr.Park menoleh ke arah gadis itu.

Mr.Park menghampiri Sabina yang diam mematung tidak jauh dari ranjang Jongsuk.

"Aku Park Jae-chang, manager Lee Jong-suk." Mr.Park memperkenalkan diri seraya mengangkat tangannya ke udara.

Sabina memberi salam, merapatkan kedua tangannya di dada, ia tersenyum simpul karena tidak bisa membalas jabatan tangan Mr.Park. "Aku Sabina Varisha, mahasiswi psychology sungkyunkwan yang kebetulan menjadi partner rumah sakit ini." jawabnya.

Mr. Park menarik tangannya seraya menenggelamkannya pada saku celana, "Aku sering mendengar tentangmu dari Jongsuk."

"D-dari, dia?" Sabina memastikan.

"Iya, lelaki itu terus meracau membicarakan tentangmu. Bahkan dia memintaku untuk mencari keberadaanmu."

"Apa aku tidak salah dengar?"

Mr.Park menggeleng pelan, "Tidak, Sabina-ssi. Lee Jong-suk memang terus memikirkanmu sejak pertemuan kalian di U-do."

Sabina benar-benar membisu.

"Takdir kalian unik sekali. Padahal lelaki itu tidak percaya ada Tuhan, tapi Tuhanmu malah mempertemukan kau kembali dengannya.

 Padahal lelaki itu tidak percaya ada Tuhan, tapi Tuhanmu malah mempertemukan kau kembali dengannya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
It's You Donde viven las historias. Descúbrelo ahora