20. Code Blue

Mulai dari awal
                                        

Vibes di bangsal VVIP dan bangsal-bangsal lainnya sangat terasa berbeda.

Tapi aku harus ingat perkataan profesor Choi tempo hari.

"Kau harus memandang pasien sebagai manusia yang butuh bantuanmu. Tidak peduli dari golongan mana mereka."

Profesor Choi menghentikan langkahnya di ruangan bertulis VVIP - 502.

"Di sini pasien korban dari cancel culture yang aku bicarakan." ujar profesor Choi.

Sedetik kemudian beliau menggeser ke samping pintu ruangan itu. Sebisa mungkin aku mengontrol ekspresiku. Jujur saja, ini kali pertama aku masuk ke ruangan VVIP. Dari segala sudut bahkan interior ruang perawatan ini amat sangat berbeda. Tidak terkesan ruang rawat inap malah menurutku ruang VVIP lebih mirip kamar hotel. Iya, aku tidak salah berpikir, ini memang lebih pantas di sebut kamar hotel.

Mataku memusat pada seorang pasien yang tengah terbaring dengan tangan dan kakinya yang diikat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mataku memusat pada seorang pasien yang tengah terbaring dengan tangan dan kakinya yang diikat. Suara monitor-yang memonitori kinerja organ tubuh. Mulai dari denyut jantung, tekanan darah, dan saturasi oksigen terpantau jelas di monitor yang tersambung oleh kabel-kabel kecil yang ditempel pada tubuh pasien-mengiringi langkahku saat mendekat ke ranjang pasien.

Lututku mendadak lemas.

Tubuhku terdiam.

Darah berdesir cepat di dalam tubuhku. Mulutku terbuka tidak percaya dengan siapa yang kulihat sekarang.

Lee Jong-suk.

Pria yang kutemui di pulau U-do.

Tubuhnya benar-benar kurus sekarang. Bahkan tulang pipinya saja terlihat jelas dengan lingkaran mata lebam. Tangannya... sesuai yang dikatakan profesor Choi, tangan lelaki itu penuh dengan goresan pisau bukti mentalnya yang sudah hancur.

Telingaku seolah tuli, tidak mendengarkan apa yang tengah profesor Choi jelaskan. Mataku benar-benar memusat pada Lee Jong-suk. Tanpa kusadari, air mataku menggenang memenuhi kelopak mataku.

Dia tertidur, dengan kaki dan tangan yang terikat. Banyak kabel yang ditempel pada tubuhnya. Termasuk selang oksigen juga selang makan.

Kedua mataku bergetar menahan air mata yang memaksa keluar. Terbayang kembali di ingatan, saat pria itu tersenyum dengan tulusnya. Saat pria itu bercerita singkat tentang skandal yang menghancurkan karirnya.

 Saat pria itu bercerita singkat tentang skandal yang menghancurkan karirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
It's You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang