O1. Perkenalan singkat

151 50 48
                                    

Adastra Hareeza, kerap di panggil Adas oleh teman seumurannya, di ketahui memiliki seorang adik laki laki yang bernama Darsa. Namun, keduanya sangat jauh berbeda dan hampir berkebalikan, dari segi sifat, sikap, dan kepintaran.

"ADASSSS!!" seseorang meneriaki namanya dengan kencang, hingga membuat siswa dan siswi yang berada di koridor menatap heran pada temannya yang terlihat panik sambil berlari memasuki ruangan kelas 11

Siapa lagi kalau bukan Naraja, laki laki yang suka menghabiskan waktu di perpustakaan atau di tepi pantai, hanya sekedar merehatkan badan sembari mencari angin sejuk yang tenang.

Nara berlari ke kelas nya, mencari keberadaan sosok yang di teriakinya tadi

"Ngapain lo teriak teriak?" Dastra berbicara tanpa menoleh ke arah Nara yang sekarang sudah berdiri di samping meja nya.

Ia sedari tadi sibuk mengerjakan tugas bahasa inggris yang baru di berikan oleh gurunya tadi, malah di buat kesal karena Nara yang tiba tiba datang itu mengganggu konsentrasinya menulis

"I-itu si Jenan .. berantem sama anak kelas sebelah." Nara sedikit terbata, sambil melotot ke arah Haechan.

"Udah biasa kali, Nar. Anaknya kan emang suka cari gara gara." ketus Dastra, lalu melanjutkan tugasnya yang belum selesai.

"TAPI JENAN UDAH SEKARAT ANJING."

Setelah mendengar itu, dengan cepat Haechan berlari keluar, ia hapal betul dimana tempat biasanya pria itu berkelahi dengan anak seusianya.

Jaemin menyusul di belakangnya. Dengan nafas terengah-engah mereka berdua sampai di gudang sekolah.

Sayangnya mereka terlambat, yang mereka dapati hanya Jeno yang sudah terbaring lemah dengan lebam di beberapa bagian tubuhnya.

"Sialan, Jen.. lo masih hidup kan?!" Haechan mengguncang tubuh Jeno lumayan kencang.

"Kenapa lagi sih, lo? tiap hari berantem mulu, gak di sekolah, gak di rumah, luka lo yang kemarin aja belum sembuh, sekarang udah nambah lagi, gak capek lo?" gerutu Jaemin panjang lebar.

"Tau tuh, mentang mentang punya otot, semua aja lo tebas, ntar di bales sama malaikat maut, mampus lo!" Haechan ikut emosi, karena hampir setiap hari Jeno seperti ini.

"Lo berdua berisik, gue hampir mati gini, sempet sempetnya ngomelin gue kek emak emak" Jeno berusaha bangun, dia baru siuman beberapa menit yang lalu setelah tubuhnya di guncang keras oleh Haechan.

Semua tubuhnya terasa sakit, entah itu luka kemarin, atau luka yang baru saja ia dapat dari segerombolan anak nakal dari kelas sebelah, ia tak tahu

Yang pasti dia menyadari kalau hal yang baru saja terjadi itu, memang salah dia sendiri.

Seperti yang di katakan Haechan, Jeno memang suka cari masalah saat di sekolah, kadang jika dia sedang frutasi dia suka mengajak siapa saja untuk beradu otot dengan nya.

Jeno bahkan berani merokok di kelas saat guru di depan sedang mengajar, alhasil Jeno di cap sebagai anak murid yang nakal dan tidak pernah patuh peraturan.

Jeno dan Jaemin sudah akrab sejak kecil, namun kepribadian mereka sangat berbanding terbalik.

Sedangkan Haechan dan Jaemin, mulai dekat semenjak keduanya sama sama memenangkan sebuah olimpiade antar sekolah.

Seiring berjalan nya waktu, mereka bertiga semakin dekat satu sama lain, di tambah lagi mereka berada di kelas yang sama.

"Lo mau ke UKS? apa langsung pulang?" tanya Haechan sambil membantu Jeno yang ingin berdiri.

"Gue sehat k-" spontan Jaemin menoyor kepala Jeno, "pala lo sehat"

Jeno hanya tersenyum, menampilkan eyes smile andalan nya.

"Gue gamau pulang, gue mau mampir ke rumah lo berdua" ujar Jeno

"Gimana ceritanya? lo mampir ke rumah gue tapi mampir ke rumah Jaemin juga, emang tubuh lo bisa kebelah jadi dua?" Haechan mengernyit

"Lo mau gue tonjok kah?" balas Jeno, dengan nada dingin.

"Mending kita ngebolos gak sih? lo berdua ke rumah gue, bantuin gue ngitung duit" Jaemin berniat menengahi mereka.

"Ngitung duit, apa ngutang duit Na?" Sarkas Jeno, Jeno memang tipikal orang yang tidak kenal takut pada siapa pun.

Mereka bertiga tertawa bersama. Jaemin akui, yang di katakan Jeno tadi ada benarnya, karena di antara mereka bertiga, hanya Jaemin lah yang ekonomi keluarganya berada di bawah.

Walaupun begitu, Jaemin tidak pernah merasa iri kepada Haechan dan Jaemin yang bisa di bilang mereka berdua adalah anak orang kaya.

Jaemin justru memotivasi dirinya agar lebih rajin dan semangat membantu ayahnya.

ㅤ──┈ ⋆ 𝒩𝓸 𝓗𝓸𝓶𝓮 ⋆ ┈──

Di toilet siswa, Haechan membantu Jeno yang sedang membersihkan luka di sudut bibir, dan area wajah lain nya.

Sedangkan Jaemin berjalan menuju kelas, untuk mengambil tas mereka bertiga. Sudah mereka putuskan hari ini mereka membolos bersama dan pergi ke rumah Jaemin.

"Mau kemana Jaem?" sapa Renjun, yang merasa heran dengan Jaemin yang terburu buru memasukkan buku ke tas Haechan dan Jeno.

"Mau bolos, Ren. Titip absen ya" Jaemin kembali merapikan buku di tas nya.

"Udah kek apa aja lu, pake titip absen segala, bolos mah bolos aja" cibir Renjun

"Yang bolos si Haechan sama Jeno, gue izin pulang, bosen di sekolah"

"Itu sama aja bolos, bego lu" Renjun geram dengan Jaemin.

"Lagian daritadi jamkos juga, kerjaan gue di rumah banyak, Ren. Gue duluan ya" Jaemin segera meninggalkan kelas, sambil membawa ketiga tas tersebut.

"Dih, sok sibuk lo!" teriak Renjun dari tempat duduknya.

Renjun hanya menggelengkan kepala, tak ia sangka, murid se ambis Jaemin ternyata bisa bolos juga. Pasti ketularan sama si Jeno Jeno itu, batin Renjun.

Di tempat parkir, Jeno dan Haechan ternyata sudah menunggu kedatangan Jaemin. Sesampainya Jaemin di sana mereka langsung menaiki motor mereka masing masing, lalu pergi meninggalkan area sekolah.

──┈ ⋆ ⋆ ┈──






















halooo, ini cerita pertama ku, maaf kalo tata bahasa ku masih kurang benar

bantu koreksi kalau ada salah dan kasih semangat juga yaa, kalo bisa votenya juga. makasiii

NO HOME [Haechan ft JenJaem]Where stories live. Discover now