Prolog

12 4 0
                                        

"Menikahlah denganku." Ucapnya dengan muka lempengnya itu

"uhuk.. " bisa di bayangkan gimana reaksi ku saat itu. Yang benar aja, diajak nikah tiba-tiba di saat sedang khusyuk menikmati seblak. 𝘙𝘪𝘱 tenggorokan

"Ck! Makanya hati-hati." Decaknya datar sambil mengulurkan air mineral yang udah dia buka tutupnya terlebih dahulu ke arah ku, buru-buru ku ambil dan langsung ku teguk tanpa jaim.

"uhuk.. Sakit nih tenggorokan aku, pedes. Kamu sih 𝘺𝘢𝘯𝘨, becandanya kelewatan" kataku sambil menatapnya cemberut dan kembali meneguk air mineral sampai kandas.

"Makanya kalau dilarang makan seblak tuh nurut." ucapnya sambil menatapku tajam dan kembali mengungkit perdebatan kami sebelum terdampar di warung seblak langganan ku dan kedua sahabatku.

𝘔𝘦𝘯𝘺𝘦𝘣𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯! batinku. Ya, aku hanya bisa menggerutu dalam hati karena nggak berani membantahnya kalau sudah di tatap seperti itu olehnya.

Menghela nafas melihat wajah kesal ku, dia kembali berucap yang kali ini benar-benar tampak serius dan aku mulai gugup melihatnya.. "Dan aku nggak main-main. Aku serius, ayo kita menikah."

Aku terdiam beberapa saat sambil menatap tepat ke arah matanya, mencari kesungguhan di sana. Dan dia tetap tidak mengalihkan tatapannya dariku, membuatku semakin berdebar dan gelisah di tempat duduk ku.

Aku pun berdeham sebelum menjawabnya, "kamu mau ngelamar apa mau ngeprank aku sih, 𝘺𝘢𝘯𝘨?" candaku mencoba mencairkan suasana

Dan respon ku kayanya membuat dia kesal hingga mengeraskan rahang, buru-buru aku menyela sebelum dia memarahi ku.. "kamu nya juga aneh, masa ngajakin nikah di tempat beginian, mana tiba-tiba lagi. Aku tahu kamu orangnya emang gak bisa romantis, tapi gak gini juga kali, 𝘺𝘢𝘯𝘨 ih.. ada-ada aja emang kamu tuh." Omel ku dengan nada manja yang khas.

Ekspresinya mulai melembut mendengar gaya bicaraku yang khas saat sedang mode bermanja dengannya.
Dia memang begitu, suka marah apabila sedang serius, tapi di tanggapi dengan bercanda. Dan akan luluh kalau aku sudah mengeluarkan sisi manjaku di hadapannya.

Itu sebabnya jika dia sedang marah ataupun kesal, aku nggak berani membantahnya yang akan semakin membuatnya marah dan berakhir mendiami ku selama berhari-hari.
Hal seperti itu sering terjadi di awal-awal hubungan kami 8 bulan yang lalu, karena aku tipe orang yang sedikit keras kepala sementara dia tipe yang nggak suka di bantah.
Namun, seiring berjalannya waktu dan semakin mengenalnya, aku mencoba untuk mengubah karakter 𝘴𝘵𝘶𝘣𝘣𝘰𝘳𝘯 ku dan lebih banyak mengalah padanya. Karena aku ingat ada sebuah kata mengatakan bahwa lelaki itu kodratnya sebagai pemimpin dan sifat pemimpin itu cenderung tidak terima apabila di bantah apalagi di gurui.

Tapi sepertinya itu hanya alibi ku untuk menutupi fakta sebenarnya bahwa aku tidak tahan dia mendiami dan menghindari ku sampai berhari-hari apabila dia marah setelah kami beradu argumen. Ya, kayanya seorang Ruby Annisa ini udah resmi jadi bucin.. Bucinnya bapak Arkana Wiliam Hamiz yang terhormat. Jadi, ya begitulah..

Helaan nafasnya membuatku tersadar dari lamunan ku tentangnya. Dia berdiri dan terus menatapku intens, aku mendongak membalas tatapannya.. Di tatap seperti itu olehnya membuat otak ku tiba-tiba ngeblank sehingga yang ku lakukan hanya terus menatapnya sambil mengerjap polos serta menggigit bibir, dua kebiasaan yang tanpa sadar ku lakukan kalau aku sedang bingung harus ngapain.
Ku perhatikan tatapannya bukan lagi tertuju ke arah mataku, melainkan turun ke bibir ku dan tatapannya jadi lebih intens dari sebelumnya. Bahkan, ku lihat dia meneguk ludahnya yang membuat jakunnya bergerak sexy.

Astaga! Aku tahu gestur apa itu. Usiaku 26 tahun dan pikiran ku tentunya nggak sepolos itu untuk nggak tahu arti tatapan Will padaku saat ini. Bukan dari pengalaman pribadi, melainkan dari novel-novel bacaan ku yang nggak ada polos-polosnya sama sekali hehe..
Dia masih diam tanpa mengalihkan tatapannya dari bibirku meskipun aku udah melepas gigitan ku dan itu membuatku semakin merona salah tingkah, sehingga aku cuma bisa berdeham serta mengalihkan tatapanku ke segala arah guna menyamarkan kegugupan.

Dan seperti tersadar, Will juga melakukan hal yang sama sambil menggaruk kecil pelipisnya kemudian mengeluarkan dompetnya dan menarik uang 50ribu dari sana lalu memasukkan nya kembali ke saku jasnya "ya udah, ayo kita bicara di apartement ku." Ucapnya sambil meraih tanganku untuk di genggamnya, lalu membawaku berdiri dan berjalan ke arah mang ujang untuk membayar seblak yang nggak sempat ku habiskan.

Aku hanya pasrah mengikutinya ke parkiran sampai di depan mobilnya, dia membukakan pintunya untuk ku setelahnya di susul olehnya yang sudah duduk sambil memasang seatbelt nya. Tanpa basa-basi lagi, mobil pun melaju menuju apartement Will.
Fix, aku yakin kami nggak cuma akan sekedar 𝘣𝘪𝘤𝘢𝘳𝘢 nantinya.
Rip otak polos ku!

Permata Yang Retak (#Ruby)Where stories live. Discover now