8

4.6K 486 36
                                    

Kalo ada typo maklumin aja, gak usah ribet. Lagi sensi soalnya.
...

"Mau bikin macam mana kau?!" Seru Johnny dengan nada sedikit marah.

"Kalem dikit napa John." Ujar Jaehyun yang terkekeh melihat wajah sahabatnya itu. Wajah frustasi akibat tidurnya di ganggu.

"Kalem kalem, kepala lu gua tenggelemin. Lu tau kan gua di grup bilang gua lembur, lu ngapain datang kesini jam 6?." Johnny semakin gencar untuk menggerutu, seakan-akan lupa bahwa disini ia harus berwibawa untuk menjamin anaknya bahagia kelak.

"Biar cepet nikah sama Haechan." Ujar Jaehyun santai yang kini memberikan salah satu lembar yang akan diisi oleh Johnny dan Haechan. Tentu saja kertas tersebut ada persyaratan Jaehyun juga.

"Ku pecahkan kepala kau ya anjing." Kekesalan Johnny semakin menjadi.

Ctak!

"Mulutnya sayang!" Tegur Ten yang baru saja datang dengan 2 cangkir kopi.

"Maaf bae." Johnny memberikan senyuman konyolnya kepada Ten, lalu segera mencium pipi istrinya tersebut.

Hey bung, Jaehyun masih di depan kalian.

"Haechan mana ten? Tidur lagi?" Tanya Jaehyun kepada Ten yang hendak kembali ke dapur.

"Enggak, lagi mandi tuh anaknya. Sabar aja ya, dia mandinya lama." Jawab Ten sambil menunjuk ke arah atas dimana kamar Haechan berada.

"Gua ke belakang dulu ya, calon mantu." Ujar Ten dengan kekehan ringan di akhir kalimat nya.

Calon mantu? Tapi seumuran suami? Agak lucu. -Batin Ten.

"Dah ye anjing, gua mau baca ini. Awas lu merugikan Haechan." Seru Johnny.

Jaehyun nampak duduk tenang, menandakan bahwa ia sudah memberikan perjanjian yang sangat menguntungkan pihak Haechan, dan tidak merugikan sama sekali.

"Semua harta kekayaan lu jadi milik anak gua kecuali perusahaan? Kenapa perusahaan harus milik berdua? Kenapa gak lu kasih semua ke anak gua?" Tanya Johnny.

"Harta kekayaan gua tanpa perusahaan bisa beli 100% saham lu John." Ujar Jaehyun malas.

"Ya bagusnya tambahin perusahaan lu, jadi kalau misal lu macem-macem ya semuanya punya Haechan." Ujar Johnny dengan wajah tak terima.

"Berasa menghadapi mertua mata duitan gua. Lu juga kaya anjing." Jaehyun menatap sinis Johnny.

Jaehyun mengambil cangkir yang berisi kopi tersebut dan kemudian meminumnya hingga tersisa setengah, setelah itu ia menegakkan tubuhnya dan menatap Johnny dengan wajah serius.

"Gini dah, gua juga punya anak John. Anak gua mau seburuk apapun mereka bertiga ya tetap anak gua. Haechan memiliki kepemilikan 50% selama gua masih hidup, sedangkan ketika gua sudah meninggal nanti, kepemilikan nya mengecil menjadi 25% karena 75% nya dibagi ke 3 anak gua. Dan nanti, kalau gua sama Haechan punya anak, perusahaan milik Haechan ya akan di investasi kan ke anak kita disaat umurnya sudah cukup." Jelas Jaehyun.

"Saham ye maksudnya?" Tanya Johnny

Jaehyun mengangguk pelan, ia sudah tak aneh dengan Johnny yang kadang bisa tiba-tiba saja menjadi lemot atau menjadi sedikit goblok.

"Pemikiran lu mateng, gua suka. Sisanya gua ga ada masalah, baik soal perselingkuhan atau sebagainya. Tinggal gimana Haechan aja. Habis bahas ini, sarapan bareng terus sana kalian survey baju atau apalah." Johnny menyimpan kertas tersebut kemudian meregangkan badannya dan meminum sedikit kopi yang ada di meja.

"Gua lanjut tidur."

Setelah itu, Johnny berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah kamar utama, dimana itu adalah kamar Johnny dan Ten.

Jaehyun tersenyum sambil melihat perjanjian pra nikah. Entah kenapa ia tiba-tiba saja membuat perjanjian pra nikah ini. Mungkin, kejadian masa lalu membuat Jaehyun takut akan pernikahannya yang kedua kali ini.

"Om, nunggu lama ya?" Tanya Haechan yang baru datang dan langsung duduk di sofa bekas Johnny duduki. Ya, persis di depan Jaehyun.

"Shampoo strawberry anak-anak?" Tanya Jaehyun

Haechan mengangguk dan kemudian mengambil kertas perjanjian pra nikah yang ada di depannya. Membaca dengan teliti kemudian mencoret hal yang menurutnya tidak perlu dan menambahkan apa yang ia inginkan.

"Nih, itu aja sih." Ujar Haechan kemudian memberikan kertas yang sudah ia ubah ke Jaehyun.

Jaehyun menerimanya dan mulai membaca dan melihat apa yang Haechan ubah. Alisnya mengkerut menandakan ia bingung dengan apa yang Haechan ubah dan tambahkan.

"Aku gak mau perusahaan jadi hak milik aku, itu punya kamu, kalau maupun ya milik berdua. Jangan selama masih hidup, tapi dari sekarang harus udah dibagi soalnya anak kamu seumuran aku, mau berapa persen saham nya ya urusan kamu aku gak ikut campur." Jelas Haechan tiba-tiba. Ya, Haechan yakin Jaehyun akan menanyakan kenapa ia mencoret soal kepemilikan perusahaan.

"Dan lagi, kenapa aku nambahin usahakan segala keinginan aku di penuhin sebelum umur 27. Aku masih umur 23 ya om, dan harusnya aku masih bebas dan banyak mau pastinya kan. Aku ngerti kalau gak akan bisa bebas, tapi tolong kemauan aku selama masih masuk akal diturutin. Kayak jalan-jalan atau lainnya." Jelas Haechan lagi.

Jaehyun mengangguk mengerti, ya memang resiko menikahi anak muda, lagipula selama bukan selingkuh ya Jaehyun sanggup kok. Mau nyuruh Jaehyun terjun payung dari langit ke 7 juga sanggup.

Tapi abis itu jangan lupa di kerokin.

"Oke." Jaehyun mengangguk dan menelepon sekretaris nya untuk mengetik ulang surat pra nikah.

"Ayok sarapan." Ajak Haechan yang kini sudah berdiri di samping Jaehyun.

"Habis sarapan kita fitting baju oke?" Ujar Jaehyun yang kini ikut berdiri dan merangkul bahu Haechan.

"Beli batagor dulu." Pinta Haechan singkat dan pergi duluan menuju ruang makan.

"Tentu sayang." Balas Jaehyun yang mengikuti Haechan dari belakang.


.tbc.

Iya tau gaje, udah diem aja.

Papanya mantanNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ