Volume 2

11 2 0
                                    

Bab 6 (Tom Hyler)

....

"Bagaimana kau mengetahui namaku?!!"

"Kembali ke sekolah, nanti ku jelaskan"katanya.

Membuat Wendy mendengkus sebal, karena membuatnya harus menunggu.

"Ah ya, jika kau lupa. Aku tom. Tom Hyler, dulu kecil kita pernah bermain bersama karena acara reunian kedua orang tua kita" jelasnya.

Wendy hanya mendengarkan sambil berjalan.

"Apakah kau tak mengingatku?"

"Tidak"

"Yeah, memang Wendy sekali"

...

Setelah dikamar ia menemukan allysa yang sedang membaca bukunya, dan Wendy langsung merebahkan dirinya diatas kasur.

"Dari mana?" Tanya allysa tanpa menoleh dari bukunya.

"Tidak tahu, intinya hanya disekitar sini" gumamnya malas.

Allysa yang mendengar itu hanya mengangguk-angguk saja.

"Bagaimana kau bisa berjalan bersama aeth?" Tanya Wendy.

Karena setelah menghubungi Aether, terdengar suara seorang gadis. Yang tak lain adalah allysa.

"Bertemu dijalan, dan aku membantunya untuk mencari sepupunya yang suka berkeliaran dimana-mana" sahutnya.

"Ya,ya, ya terserah kau. Tapi aku tak berkeliaran" jawabnya kesal.

"Oh ya, memang nya ada sekolah penyihir lain selain shadow academy?" Tambahnya.

Allysa yang mendengarnya langsung mengalihkan atensinya kearah Wendy.

"Ada. Everless Academy untuk para penyihir putih. Untuk apa kau menanyakan itu?" Allysa sedikit penasaran karena Wendy baru pertama kali bertanya sesuatu padanya.

"Tidak, aku hanya bertanya. Karena sepertinya tadi aku tersesat ke daerah perbatasan" ujarnya.

"Perbatasan antara hitam dan putih?" Tanya allysa memastikan.

Wendy hanya mengangguk saja sebagai jawaban.

"Dan kau menginjak pohon beringin disana?"

"Ah, entahlah aku lupa. Disana banyak sekali pohon-pohon besar, jadi aku tak memperhatikannya" sahutnya.

"Intinya kau menginjak akar sebuah pohon atau tidak?!" Desaknya.

"Ya, dan memang nya kenapa?"

Wendy mulai mendengkus sebal karena allysa semakin mendesaknya sedari tadi, itu adalah hal yang aneh menurut nya.

"Tidak, aku hanya bertanya"

Lalu hening.

Tok! Tok! Tok!

Hal itu membuat atensi mereka berdua kearah pintu secara bersamaan.

Allysa lah yang berjalan dan membukakan pintu, setelah membuka pintu wajah allysa terlihat asam kala melihat gadis itu.

"Malam allysa! Aku hanya ingin mengingatkanmu, bahwa ketua asrama disuruh segera berkumpul diruang diskusi. Untuk membicarakan kunjungan kita ke Everless Academy" katanya bersemangat.

"Dan, oh hai! Wendy!! Untung kau sudah kembali. Aku dan sepupumu sangat mengkhawatirkanmu saat kau hilang" tambahnya kala melihat Wendy dari ambang pintu.

Wendy hanya memutar bola matanya malas ketika Alice mulai mengoceh lagi.

...

( Rabu, sore harinya )

Wendy kembali bertemu dengan tom yang sangat terlihat sebagai pengutitnya, itu lumayan membuat Wendy merasa terganggu.

"Kau boleh keluar, dan berhenti mengikuti ku. Itu agak mengganggu" ujar Wendy.

Akhirnya ia keluar dari balik pilar, dan mendekati Wendy.

"Baiklah aku keluar, dan aku tidak mengikuti mu" ujarnya.

"Kau bersembunyi dan mengikutiku dari tadi, apakah itu bukan pengutit?"

"Begini aku mengikutimu karena penasaran"

"Tentang?"

"Bagaimana caramu bisa ada diperbatasan bersama lelaki itu"

"Teleport?" Gumamnya.

"Bukan kah itu lost skill? Bagaimana caramu mengunakannya?" jelasnya.

"Bukan aku yang menggunakannya"

"Lalu?"

"Yeah aku tidak tahu namanya, intinya lelaki itu yang membawaku ke sana"

"Bukan kah dia penyihir putih?"

"Aku tidak tahu" sahut Wendy mulai kesal.

"Dia dari Everless Academy, jika tidak dia tak akan mengetahui perbatasan antara hitam dan putih"

Wendy mulai bosan mendengarkan pemuda itu mengoceh sedari tadi disampingnya, sampai-sampai rasanya ia ingin pergi dari sana tapi ia tahan karena mendengar sesuatu yang menarik.

"Bukan kah lost skill hanya bisa dipakai oleh penyihir hitam?"

...

To be continue

Shadow Academy Where stories live. Discover now