Volume 1

15 3 0
                                    

Bab 4 (Kelas Ramuan)
....

"Silakan kalian membuat ramuan Sleeping Draught, berkerja samalah untuk menghasilkan ramuan yang sempurna" ujarnya.

Kelas terakhir sore ini  adalah kelas ramuan yang diajar oleh Miss Emma.

"Aku butuh Bubuk kelopak Aspodhel dan Tangkai Valerian" kata allysa.

Wendy masih membaca bukunya dan tak bergerak, dari tempatnya sedikitpun.

"Baiklah aku kerjakan sendiri" gumam nya malas.

Setelah mendapat bahan-bahan nya, allysa mulai mencoba mencampur dan memasaknya dengan kuali.

"Jangan lupa Tambahkan sejumput Bubuk Kelopak Asphodel dan sedikit Sari Jelatang. Dan Aduk kuali secara perlahan." ujar Wendy.

"Yeah, terima kasih untuk itu. Walaupun kau tetap tidak membantu" sahutnya.

Memang benar allysa hampir lupa dengan hal terakhir itu, hanya saja Wendy tampak acuh tak acuh dengan nya. Padahal jika ini tugas individu mungkin ia sudah selesai, karena ini berkelompok mereka mendapatkan tugas yang lebih rumit daripada biasanya.

"Aguamenti"

"Itu sudah cukup membantu bukan?" Tambahnya.

Allysa hanya bisa memutar bola matanya malas, dan melihat hasil ramuan nya.

'err... Apakah ini sudah benar-benar sempurna?' batin nya.

"Wow! Allysa, Wendy ramuan kalian sempurna!" Puji Miss Emma.

Banyak anak-anak lain memperhatikan mereka dan mengerumuni, ramuannya.

Mereka tak tertarik dengan Allysa maupun Wendy, karena mereka adalah daftar manusia yang enggan didekati.

"Sudah kuduga, nilaimu akan selalu sempurna Wendy" puji Alice.

"Sepertinya kau punya rival yang baru allysa" tambah nya.

Berbeda dengan yang lain, hanya Alice yang masih mengajak kedua manusia itu mengobrol. Walaupun tak pernah dibalas.

Setelah itu mereka berdua keluar kelas lebih dulu, karena sudah selesai.

Dalam perjalanan allysa tak sengaja menyenggol seseorang, sehingga buku-bukunya terjatuh.

"Sorry" titahnya.

Allysa langsung membantunya, saat itu pemuda itu terdiam memandang Wendy entah mengapa.

Wendy yang ditatap hanya membalas tatapannya dengan datar.

"Sekali lagi sorry" kata allysa menyesal.

Setelah itu Wendy dan allysa langsung pergi menuju dapur, pemuda itu tampak ingin menyampaikan sesuatu tapi Wendy tak mempedulikan nya.

Karna berbicara itu melelahkan.

Ketika didapur, Wendy melihat siluet pemuda pirang yang tak asing baginya. Saat pemuda itu menoleh kearah nya, dugaan Wendy tepat sasaran bahwa dia aeth-- anaknya bibi nancy dan paman mickel.

Aether kaget ketika melihat Wendy, dan mendekat kearahnya.

"Hi! Err... Allysa" sapanya ragu.

Allysa menaikkan alisnya bingung, dan menoleh kearah Wendy.

"Kenalanmu?" Tanya nya asal.

"Ya, dan hi sepupu" jawab Wendy.

Allysa hanya mengangguk-angguk kemudian pergi dari sana.

'gayanya tak asing' batin Aether.

"Bibi dan paman menitipkan salam untukmu, dari kemarin"

"Sejak kapan kau jadi penyihir?"

Aether mengikuti Wendy dari belakang dan duduk disampingnya, dan menunggu jawaban darinya.

"Tepat saat ulang tahunku yang ke lima belas" jawabnya.

"Bukankah i--"

"Ya ya, bibi bilang kemungkinanku menjadi penyihir itu mustahil."

"Dan pada akhirnya aku tetap berada sini bukan?" Tambahnya.

"Baiklah" balas Aeth mengerti.

Setelah itu mereka makan bersama, setelah obrolan singkat tadi Aeth langsung menggunakan sihirnya untuk menimbulkan makanan diatas meja.

....

To be continue

Shadow Academy Where stories live. Discover now