2

501 53 6
                                    

Sosok pemuda berkacamata dengan rambut lurus yang terpangkas rapi kini tengah menatap Ezra dengan tatapan paling datar yang pernah Ezra temui seumur hidupnya. Pemuda itu menggunakan kaus lengan pendek biasa warna biru bersablonkan JOGJA'S warna hitam besar dan celana pendek warna cokelat tua dengan banyak saku di tiap sisinya. Badan pemuda itu kira-kira satu senti lebih pendek dari Ezra, membuat tawa Ezra langsung meledak.

"LO MAKIN PENDEK BANG!" tawa Ezra histeris sambil menunjuk-nunjuk Rendi yang sudah memasang wajah siap membunuh. Ia bisa merasakan bahwa Wandi melangkah mundur sedikit ketika menemukan Ezra tertawa layaknya seseorang yang habis diguna-guna. "SELAMA INI LO MAKAN APA AJA SAMPAI PENDEK KAYAK GI-"

Sebuah buku dengan sampul yang keras langsung menghantam wajah Ezra, membuat tawa murid kelas sembilan itu terhenti seketika.

"Berisik."

.

Kamar Rendi selalu menjadi kamar paling bagus yang pernah Ezra masuki. Kamar itu selalu dicat dengan warna-warna gelap yang menenangkan hati dan desain interiornya pun sangatlah menarik. Seperti kamar kosnya yang satu ini; kamar itu didominasi warna abu-abu terang di sisi timur dan barat sementara warna biru malam di tembok utara dan selatan. Sebuah tempat tidur dipepetkan di sisi utara, bersebrangan dengan pintu masuk yang berada di selatan kamar.

Kamar mandi ada di dinding timur tetapi di sudut kiri, bersebelahan dengan lemari pakaian. Tumpukan kardus dipepetkan di dinding selatan di sebelah pintu kamar, membuat semacam formasi tangga. Di atas tiap tumpukan kardus ada sebuah papan kayu kecil untuk memperkokoh. Di anak tangga kardus yang pertama terdapat buku-buku yang disusun rapi. Di anak tangga kardus kedua ada beberapa jaket yang terlipat sama rapinya, sementara di permukaan kasur ditempeli paku-paku payung. Dan di paku-paku payung itu menggantunglah beberapa foto, kebanyakan foto Rendi bersama Ezra-membuat Ezra menyeringai kecil melihatnya. Dan di anak tangga terakhir hanya ada hiasan kamar seperti guci dari tanah liat yang diukir dan miniatur sebuah pesawat terbang.

Di antara kamar mandi dan lemari pakaian ada meja belajar dengan rak buku menggantung di atasnya. Rak buku itu diatur sehingga seperti membentuk zig-zag, dan di rak terbawah ada sebuah laptop yang tengah dimatikan tergeletak di sana. Meja belajar itu rapi, seperti yang telah diduga oleh Ezra. Ezra tersenyum tipis ketika melihat bahwa banyak sekali fluorecent tempelan berbentuk bintang-bintang menempel di dinding yang dicat warna biru gelap. Bintang-bintang yang bisa menyala dalam gelap itu tertempel dengan sebuah pola yang rapi, membuatnya tidak terkesan menumpuk. Sementara itu, sebuah karpet biasa warna hitam tergelar di tengah-tengah ruangan. Jendela berada di dinding barat sementara di bawah jendela ada sebuah TV dua puluh inci yang mati.

"Rapi dan mengagumkan, seperti biasa," komentar Ezra, membanting dirinya ke kasur Rendi. Rendi hanya mendengus sambil menutup pintu kamarnya, tentu setelah mengucapkan terima kasih pada Wandi karena telah mengantar Ezra ke kamarnya. "Ini jauh lebih bagus dari kamar lo yang ada di rumah, Bang. Lo harus bikinin gue kamar kayak gini kalau lo pulang ke rumah."

Ezra bisa melihat banyak sekali miniatur kapal terbang menggantung di langit-langit ruangan. Hal yang cukup unik di mata Ezra, karena ia baru tahu bahwa kini Rendi memiliki ketertarikan pada pesawat terbang. Kamar ini jadi terkesan seperti kamar anak kecil ketimbang kamar kos seorang pemuda berusia dua puluh tahun. "Singkirin badan lo dari kasur gue, nanti kotor," tanggap Rendi singkat, meletakkan ransel Ezra di atas meja belajarnya. Ekspresinya masih datar, tetapi kini matanya dipenuhi sorot yang sulit Ezra baca. "Dan selamat datang di kamar gue."

Sambutan selamat datang yang jauh dari kata ramah membuat Ezra langsung bangkit dari posisi tertidurnya tadi lalu tersenyum lebar ke Rendi. "Sambutannya dingin banget Bang," sindir Ezra tetapi kemudian dia bangkit dari kasur abangnya. "Gue kangen sama lo. Rumah sepi semenjak lo mulai kuliah dan ngekos."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 14, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LegamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang