Journey II: Dua Lacur

16 10 0
                                    

Dini hari nan terang, sang pengemis tidur dengan lelapnya—berselimut angin malam, di bawah cahaya sang rembulan.
Tubuh kurus bercampur debu, menarik perhatian Rie⁩ nan lugu. Dalam benak Rie⁩, "tidak ada kah orang yang hatinya terganggu, melihat pengemis tua tertidur di emperan toko?"
Sehingga wanita yang berdiri di sampingnya—Shima Alqie⁩, membuyarkan renungan yang menjadi indikator bersihnya hati.
Rie⁩ yang bersimpati pada sang pengemis, mengambil inisiatif untuk membelikan sebuah jaket yang bisa mengurangi suhu dingin di musim salju.
Mendengar niat baik itu, Shima Alqie⁩ dengan segera mengambil beberapa lembar uang di balik tas merah bermotif bunga, dengan merek 'SUCCI'.
Akhirnya mereka berdua pergi meninggalkan sang pengemis seorang diri—masih tertidur pulas dengan nyamannya, meskipun ramai orang berlalu-lalang melewati emperan toko, tempat ia mengistirahatkan tubuh kurusnya.

30 menit sudah berlalu.
Suhu udara tiap detiknya, kian meningkat. Kini, lengan kurus yang hanya menyisakan tulang dan kulit saja, mendekap tubuhnya sendiri— menandakan bahwa mimpi indah nan manis, harus kandas oleh dinginnya angin membawa butiran salju ke arah sang pengemis malang.
Sungguh beruntung Tuhan menciptakan makhluk-Nya dengan sempurna, hingga otot-otot tubuh sang pengemis mulai menegang dan mengendur secara berurutan, gerakan tanpa disengaja itu ialah respon alami tubuh untuk membuat suhu tubuh lebih hangat.

Mata kuyu sang pengemis perlahan terbuka—dengan manik air terbendung dalam kantung mata, tatkala dirinya menguap.
"Hoaaam ... ya Tuhan, puji syukur atas-Mu pemilik segala alam. Malam ini turun salju, pantas saja suhunya dingin sekali." Sang pengemis menggosok-gosokan telapak tangannya yang sudah berubah menjadi pucat.

Tak lama berselang, Rie⁩ dan  Shima Alqie⁩ kembali ke tempat sang pengemis itu terjaga. Namun, tidak hanya mereka berdua yang datang menyambangi pengemis tua, melainkan sosok pria muda bernama Mr.Faruq turut datang bersama kedua gadis cantik nan molek itu.
"Cih ... gw kira apaan, Anjir. Lu berdua tuh seharusnya prihatin sama diri sendiri, buat makan aja masih susah, kan? sok-sokan ngasih jaket ke pengemis." Pria muda nan tampan itu dengan angkuhnya menarik paksa kantung plastik dari tangan Rie⁩, sembari berjongkok ke arah sang pengemis.
"Woy Pak tua, nih jaket dari mereka berdua. Gara-gara jaket ini, mereka berdua harus batalin konsumen yang ingin menggunakan jasa mereka."
Sungguh ketampanan rupa takkan berarti, jikalau hati sudah mati yang menyebabkan diri menjadi kuburan berjalan.

Sang pengemis tersenyum dan mengambil jaket dari tangan putih keemasan Mr.Faruq.
"Terima kasih, Tuan. Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian bertiga."

"Kampret enak bener, bilang 'semoga Tuhan membalas kebaikan kalian bertiga' Lu pikir Tuhan peduli sama kita?" sahut Mr.Faruq dengan cepat.
Sang pengemis yang penasaran, langsung menanyakan pada pria muda di depannya itu. Namun, Mr.Faruq adalah pria muda yang selalu menjaga muruah. Dia enggan untuk berinteraksi dengan orang-orang dibawah kastanya.
"Lu gak usah banyak tanya, kenapa Tuhan gak adil buat kita. Jika memang Dia sayang sama kita, gak mungkin kita sekeluarga harus menyambung hidup dari dunia hitam!"

Sang pengemis membelai rambut Mr.Faruq seraya berkata, "Tuan, meskipun kasih sayang Tuhan tidak sampai masuk ke dalam hatimu. Namun, coba lihat semesta ini yang esensinya dicabut paksa sebelum waktunya. Mungkin saja penderitaanmu hari ini menjadi yang terakhir. Jadi, jangan sampai menyerah terhadap takdirmu."
Mendengar hal itu, Mr.Faruq langsung mencengkeram kerah baju sang pengemis. Dirinya tidak menerimakan nasihat yang diberikan oleh pria paruh baya—kasta sosialnya lebih rendah dari Mr.Faruq.

"Bangsat! Lu jangan sok tau tentang kehidupan gw. Apa lu kagak tau, dua cewek itu adik gw yang menjual tubuhnya demi menyambung hidup!? Jika Tuhan adil, kenapa mereka berdua yang menjadi korban ketidakadilan-Nya," ujar Mr.Faruq nan geram, bersiap-siap untuk memukul sang pengemis. Namun, tindakannya dihentikan oleh kedua adiknya—Rie⁩ dan Shima Alqie⁩.
Kedua wanita cantik itu menarik tangan sang Kakak, dengan maksud untuk segera pergi meninggalkan tempat tersebut.
Mr.Faruq yang sangat menyayangi kedua adiknya, menghela napas panjang—mengendurkan kembali saraf yang tegang.
Sang pengemis segera meminta maaf kepada ketiga orang yang sudah memberikan sebuah jaket nan tebal, setelah itu dia berkata, "wahai anakku, pekerjaan adik-adikmu mungkin dipandang hina oleh manusia. Namun ketahuilah, bahwa pandangan Tuhan tidak sama dengan pandangan makhluk-Nya. Bisa jadi, sesuatu yang hina itu adalah harta karun di mata Tuhan. Jika penilaian manusia lebih penting dan utama di matamu, maka selamanya akan dirundung oleh penderitaan. Sebab, Tuhan yang kamu sembah adalah makhluk yang tak luput dari dosa serta kesalahan. Jadi, terus sembahlah Tuhan yang masih belum bisa membuat dirinya menjadi abadi." Mendengar hal tersebut, mereka bertiga memasang wajah kuyu.

Sang pengemis kembali melanjutkan ucapannya, bahwasanya seburuk-buruknya takdir yang sudah ditentukan oleh-Nya. Jauh lebih baik dari takdir makhluk yang bernama Iblis, karena dia harus menjadi musuh untuk semua makhluk yang diciptakan oleh Tuhan, termasuk manusia adalah makhluk superior dalam memusuhi sang Iblis. Bukan hanya itu, Tuhan juga mampu menulis kembali takdir yang sudah ditentukan atas makhluk-Nya. Seperti wanita bernama "Robi'ah Al-Adawiyah" yang menjadi bukti, jika Tuhan sudah berkehendak atas hamba, maka tidak ada satupun ciptaan-Nya yang bisa merubah atau menghancurkannya.

Sejak hari itu, mereka bertiga menjalani garis hidup yang sudah ditentukan oleh-Nya, sembari berharap mendapatkan ridho illahi agar di angkat dari dunia hitam.

———
"Jika Tuhan adalah penulis sekaligus sutradara, maka diri-Nya juga berkuasa untuk merubah atau menulis ulang kembali cerita yang lebih luar biasa dan bermakna." ~Mr.FAQ

—M-r—F-A-Q——
To be continue....

SANG PENGEMISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang