🌹Malam Festival

442 78 52
                                    

"Malam ini aku tidak akan pulang." ucap Hinata membuat gerak tangan Madara yang sedang menyumpit potogan tumis daging terhenti seketika.

"Kenapa?" tanya Madara. Kini tatapannya sudah berfokus pada Hinata sepenuhnya.

Hinata menggaruk pipi tembemnya yang sama sekali tidak gatal. "Aku akan menginap dirumah teman." jelasnya sedikit ragu.

"Menginap?"

"Kampusku sedang menyelenggarakan festival." Hinata meminum air dari gelas yang dipegangnya. "Tahun kemarin aku tidak bisa ikut karena ada acara keluarga. Dan berhubung tahun ini jadwalku kosong jadi teman-teman memintaku untuk ikut berpartisipasi." imbuhnya menjelaskan.

Bukannya Hinata ingin meminta ijin atau bagaimana. Hanya saja, Hinata merasa akan lebih baik jika dirinya memberitahu tentang rencananya pada Madara. Hitung-hitung Hinata ingin menghindari kemungkinan buruk sekecil apapun.

Hinata diculik misal?

"Sebaiknya kau pulang dari pada menginap. Kau masih punya rumah." perkataan Madara membuat sebelah alis Hinata terangkat heran.

Apa mungkin Madara mabuk kecubung? Bukankah justru bagus jika dirinya tidak pulang ke rumah? Dengan begitu Madara kan bisa bebas membawa teman wanitanya kapan saja ia mau?

Tapi tunggu dulu!

Mengingat tentang Madara dan teman wanitanya. Bukankah sudah lumayan lama dari terakhir kali Madara membawa teman wanitanya ke rumah?

"Katakan saja jika acaranya sudah selesai. Aku akan menyuruh Ebisu untuk menjemputmu."

"Tidak bisa seperti itu! Hari ini adalah hari terakhir festival dan acara puncak akan dilakukan tepat tengah malam. Kami akan menyalakan api unggun dan melakukan sedikit perayaan."

"Lalu? Bukan berarti Ebisu tidak bisa menjemputmu setelahnya."

"Tapi..."

"Kau lebih suka jika aku menghubungi Ayah dan meminta beliau datang menjemputmu?"

Mulut ember!

Hinata menatap kesal pada Madara. Pria pongah itu selalu saja membawa nama yang mulia Hiashi dan membuatnya mati kutu. Ia tidak bisa berkutik jika nama yang mulia Hiashi sudah ikut disangkut pautkan dalam obrolan.

"Kau memang menyebalkan!" Hinata berdiri dari duduknya. Ia berjalan menghentak meninggalkan Madara yang sedang menatapnya dengan ujung bibir sedikit terangkat.

.....

Dari balik pohon yang nampak rindang, terlihat seorang pemuda tengah menatap stand makanan dengan sepasang alis menukik tajam. Ia mendengus melihat antrian yang tak kunjung berkurang meski beberapa orang sudah pergi sambil membawa pesanannya.

"Berhenti memasang wajah cemberut seperti itu." Karin muncul mengagetkan pemuda bersurai hitam yang langsung saja menatapnya datar tanpa minat. "Setidaknya bantu yang lain agar stand kita tetap ramai pengunjung." lanjutnya tajam.

"Baru lima menit aku menempelkan pantatku dirumput tapi malah sudah kena sembur." balas sang pemuda merasa tak terima. "Kau pikir aku sedang bersantai? Aku sedang istirahat, tahu!" imbuhnya tak terima.

"Istirahatnya sudah cukup. Kau tidak lihat Hinata dan Hotaru kerepotan disana?"

"Suruh siapa mengusung tema nyeleneh untuk menarik minat pengunjung? Memakai kostum maid seperti itu padahal yang kita jual hanya okonomiyaki dan jus buah..." pemuda bersurai hitam kemudian mengerutkan kening. "Kalian sendiri yang minta dibuat repot."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 25 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

OVERDOSEWhere stories live. Discover now