part 57

26.3K 1.6K 87
                                    

SELAMAT MEMBACA ~

Arga menatap Bima yang tengah mengobati Eza. Setelah sampai di rumah sakit.

" Ck.!! Lu terlalu bersemangat. !!!" Celetuk Bima saat ia melihat penyebab Eza pingsan. Ia mendapati luka di bagian lubang anusnya.

" Jangan banyak bacot. ! Obati pacar gue sekarang!!" Suara Arga terdengar dingin.

Mata Bima terpaku menatap Eza yang telanjang itu. Ia melihat badan Eza yang di penuhi tanda kepemilikan.

" Apa yang lu tunggu?. Cepat obati dia. !" Perintah Arga.

" Jangan macam macam ... Gue bisa eksekusi lu di sini.! "Ucap Arga Yang mengetahui tatapan kagum Bima ke eza setelah melihat tubuh sempurna Eza.

" Iya iya " jawab Bima yang hendak mengoleskan salep ke lubang anus Eza.

Arga merebut salep itu dari tangan Bima. " Biar gue yang lakukan. ! Lu mending keluar. !" Ucap Arga dingin ia mendorong tubuh Bima ke samping.

Arga tidak memperdulikan jika Bima itu dokter di rumah sakit ini. Ia sangat benci jika miliknya di sentuh orang lain.

Bima hanya diam ia kemudian duduk di kursi yang ada di ruangan itu.

Arga mengoleskan salep itu ke lubang anus Eza dengan lembut.
Setelah selesai Arga menaruh salep itu di nakas.
Ia kemudian menyelimuti Eza sebatas dada.
Dan menunggu Eza untuk sadarkan diri.

Arga pergi ke kamar mandi meninggalkan Eza yang masih terbaring belum sadarkan diri itu.

Eza terbangun. Matanya menatap ruangan putih yang berada di depannya.

Eza merasakan tubuhnya mati rasa dan lemas. Ia baru mengingat kejadian kemarin.

" Gue pasti pingsan. ,,," Batinnya.

" Baby....." Suara yang sangat Eza kenal masuk ke Indra pendengarannya. Ia menoleh ke samping dan melihat Arga yang berdiri di depan kamar mandi.

" A-aga .." ucap eza pelan.

" Maafin aga " Arga duduk di kursi samping kasur Eza.

Eza berusaha membangunkan badannya ia ingin duduk.

" Jangan bangun baby. " Perkataan Arga berhasil membuat Eza mengurungkan niatnya. Ia kembali tidur.

" Aga Eza mau pulang " rengek nya.

" Kamu belum sepenuhnya sembuh baby. " Tolak Arga dengan lembut.

" Eza ingin pulang!" Dengkik Eza kemudian.

Arga menghela nafas. " Baiklah. " Ucap Arga.

Arga mencabut pelan infus di punggung tangan Eza. Ia tidak bisa menunggu Bima untuk datang. Karena si kecil sudah merengek pulang.

Eza sedikit terkejut karena Arga berani mencabut infus itu tanpa bantuan perawat atau dokter. Ia pikir Arga memanggil dokter untuk mencabut selang infus itu. Nyatanya tidak.

Arga melihat darah keluar dari tangan Eza. Ia menghapus darah itu dengan baju yang ia kenakan. Dengan tatapan datarnya.

Arga membalut Eza dengan selimut keran ia masih telanjang bulat. Lalu menggendong Eza dan membawanya pergi dari sana. Tak lupa ia membawa salep yang di berikan oleh Bima.

Di lorong rumah sakit. Arga tak sengaja bertemu Bima.

" Woy monster lu mau bawa di kemana. ?" Ucap Bima.

" Apartemen. !" Jawab Arga dingin dan dengan tatapan datarnya.

" Dia belum sembuh !!"

Eza hanya menenggelamkan wajahnya di selimut yang ia kenakan.

Pacar Posesif  [End]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu