#2 [Pengkhianat]

6.8K 975 6
                                    

Vote dulu sebelum baca! (maksa)
◇─◇──◇─◇

Jake mungkin sudah bersumpah pada dirinya sendiri untuk mengabdi pada Kiel, tapi tidak dengan bawahannya. Beberapa bawahan Jake menyelinap keruangannya dan menemukan fakta bahwa selama ini Jake hanya menjual ramuan penawar mana gelap di pelelangan. Bukan Jake yang membhat ramuan itu, melainkan putra bungsu Duke Alastair.

Tanpa sepengetahuan Jake, mereka menjual informasi mengenai Kiel secara diam-diam hingga informasi itu menyebar keseluruh benua tengah.

Tidak ada yang tidak percaya dengan informasi tersebut, mereka sudah meyakini bahwa Kiel akan menjadi alkemis yang berbakat dalam sejarah. Mereka bahkan menunggu momen ini.

Sekali lagi, kekaisaran mengundang Kiel untuk menghadiri acara perjamuan.

"Hah." Desahan kasar dari mulut remaja berambut putih itu membuat sosok dihadapannya semakin menunduk. Bukan karena takut, ia menunduk karena malu. Ia sudah melakukan kesalahan besar.

"Sepertinya kau harus membasmi beberapa tikus ditempatmu Jake." Kiel tidak bisa menyalahkan Jake karena ia sendiri tidak menduga hal ini akan terjadi.

Jake mengangguk cepat. "Tentu, akan aku lakukan. Maaf atas kesalahanku." Jake kembali memohon. Ia benar-benar merasa bersalah. Jika bukan karena Kiel, adiknya tidak akan kembali seperti semula.

"Tidak perlu meminta maaf. Bawa saja tikus itu kehadapanku, hidup atau mati." Kiel menghilang setelah mengatakan itu. Ia berteleportasi kembali ke kamarnya di kediaman Alastair.

Tidak hanya pedagang maupun bangsawan lain, bahkan para penguasa kerajaanpun berbondong-bondong mengirim surat pada kediaman Alastair untuk Kiel.

"Ini tidak terduga tapi tetap saja menyebalkan!" Kiel membaringkan dirinya diatas tempat tidur.

Dua minggu.

Hanya dua minggu ia merasa tenang. Setelah empat tahun berkeliaran diluar sana, hidup damainya kini kembali terancam.

Beberapa bawahan Jake yang berkhianat belum ditemukan sampai sekarang. Akibat dari informasi mengenai Kiel yang tersebar kini kamarmya kembali dipenuhi tumpukan surat yang entah dikirim oleh siapa saja.

Kiel mengumpulkan niatnya untuk bangkit lalu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, tubuhnya yang terasa lengket kini kembali segar. Ia keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang berbeda dari sebelumnya. Seperti biasanya, ia tiba paling terakhir diruang makan. Keluarganya sudah menunggunya.

"Lihatlah Kian, apa benar dia anak kecil yang kau temukan beberapa tahun yang lalu?" Ken berucap saat Kiel mendudukkan dirinya di kursi.

Kian menggeleng cepat. "Aku tidak tahu kemana perginya adik kecilku. Manusia berambut putih yang ini sangat tinggi." Balas Kian dengan mendramatisi keadaan.

Kiel, bahan obrolan kedua kakaknya hanya diam tidak menanggapi.

'Mereka gila.' Batinnya sambil memggeleng samar.

"Tidakkah kita mengadakan pemilihan Ducches baru, ayah?" Tanya Kiel pada Cedrik yang suksek membuat kakak pertamanya tersedak.

Ken memberi pelototan tajam pada adik bungsunya. "A-apa yang kau katakan? Aku masih senang sendiri. Lebih baik Kian mendahuluiku. Bukankah kau memiliki kekasih, Kian?" Ucap Ken tergagap. Ia mengalihkan pandangannya pada Kian.

"Tidak sopan bagi adik untuk melangkahi kakaknya. Lagipula kekasihku baik-baik saja dengan hubungan kami saat ini." Balas Kian tenang. Dua tahun sudah ia menjalin hubungan tertutup dengan rekan penyihirnya, kini terungkap oleh Ken dihadapan keluarganya. Yah, itu bukan masalah besar.

"Ken, kau tidak menyukai sesama jenis?" Tanya Cedrik yang kembali membuat Ken tersedak ludahnya sendiri.

"Aku tidak menyimpang!" Jawabnya dengan sedikit keras. Mengapa mereka menjahilinya sekarang?

Pelayan tiba dan menyajikan makanan diatas meja. Tidak ada larangan berbicara saat makan dikeluarga ini. Lagipula, siapa yang akan berani melarang mereka?

"Kiel, kau sudah dengar berita itu?" Cedrik bertanya dengan wajah serius.

Kiel mengangguk pelan. "Beberapa bawahan Jake berkhianat, mereka yang menyebarkan informasi tersebut." Balasnya dengan tenang kemudian memasukkan potongan daging kedalam mulutnya.

"Empat tahun pengasinganmu sepertinya sia-sia." Ken ingin menertawakan adiknya yang pergi empat tahun lalu dengan alasan mengasingkan diri namun urung karena wajah serius Cedrik.

"Dia benar. Kau mengasingkan diri karena tidak ingin ada yang mengincarmu, tapi mereka mengincarmu setelah kau mengasingkan diri." Kian menimpali Ken dengan sedikit tawa pelan.

"Tidak ada yang tahu bawahan Jake akan berkhianat. Ini menyebalkan! Aku baru menikmati hidup tenangku selama dua minggu ini." Balas Kiel.

Sebenarnya Kiel tidak menyesal karena meninggalkan kediaman empat tahun yang lalu, lagipula ia menjadi petualang diluar sana. Tentunya dengan nama samaran. Kiel mengatakan bahwa ia berbakat dibidang sihir selama menjadi petualang, karena itu pula sihir Kiel semakin mahir seiring berjalannya waktu.

"Perlu bantuan? Aku bisa membakar mereka jika kau ingin." Kian menawarkan diri.

"Terimakasih, tapi tidak perlu." Kiel menolak tawaran kakak keduanya. Lagipula saat ini tidak ada yang begitu membahayakan bagi Kiel.

"Jangan sungkan, katakan padaku atau kakakmu jika kau perlu bantuan." Cedrik mengulang ucapan Kian yang dibalas anggukan oleh Kiel. Mereka kini menikmati makanan dengan hening.

❙❘❙❙❚❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙❚❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙

In Another World I Become An Alchemist [DROP]Where stories live. Discover now