1

2.9K 182 43
                                    

"selamat pagi suamiku!". Sapa wanita cantik yang berpenampilan elegant. Dia adalah wanita pilihan sang lelaki yang saat ini tengah berbaring dikasur king sizenya, Mew. Benar laki-laki gila kerja ini bernama Mew.

Mew adalah seorang CEO diperusahan yang bergerak dibidang properti. Pernikahan mereka sudah terjalin baru 5tahun. Namun sayang selama membina rumah tangga istri-nya ini tak kunjung hamil.

Namun Mew beserta keluarga besar tak ambil pusing, namun tidak dengan Pupe. Benar istrinya ini bernama Pupe ia merasa selalu berkecil hati atas apa yang menimpanya, ia merasa belum menjadi wanita yang sempurna karena sampai saat ini ia belum bisa hamil.

"Ohh..pagi juga". Mew menjawab dengan nada khas bangun tidur. Lalu dengan perlahan ia menegakan badannya agar terduduk. Ia menyibakan selimut lalu berlalu pergi menuju toilet kamar mandinya.

Pupe dengan sabar merapihkan tempat tidur mereka, lalu mengambil baju kerja sang suami. Pupe wanita idaman.

Selang 30 menit Mew keluar dengan rambut basah beserta handuk yang ia gunakan untuk mengeringkan rambutnya. Mew hanya menggunakan celana pendek dan koas besarnya.

Pupe dengan senyum yang tak pernah luntur membantu mengeringkan rambut sang suami tercinta, matanya tak pernah redup ia selalu berbinar senang.

"Hari ini seperti biasa aku akan pulang agak malam". Mew tengah bercermin untuk memeriksa penampilannya agar terlihat rapih dan juga tampan.

"Emm..apakah kita bisa makan malam bersama? Kita sudah sangat jarang mengobrol dimeja makan". Ada nada yang terdengar lirih dari ucapan Pupe. Mew menghembuskan nafas agak berat, lalu mengahadap Pupe sang istri lalu tangan Mew bertengger dipundak Pupe.

"Apa yang ingin kau katakan?". Tanya Mew menatap dalam mata Pupe.

"Dokter kandungan". Jawab Pupe sambil tertunduk, pasalnya Pupe sudah sangat sering membicarakan hal ini, namun Mew juga sudah sangat lelah untuk memberitahu Pupe agar tak terlalu difikirkan. Ya bila takdir sudah ada digariskan kepada mereka perihal anak, maka kita tinggal menunggu. Lagipula terapi hingga luar negeri pernah mereka lakukan bahkan sampai mengecek kualitas sperma Mew, dan semuanya baik-baik saja.

"Aku sudah bilang, kamu tak usah berfikir terlalu keras tak ada anakpun aku tak apa-apa, selagi kita tetap berpegangan tangan seperti ini". Mew membawa tangan Pupe lalu ia kecup punggung tangannya, inilah cara untuk merayu Pupe agar tak terlalu sering membahas perihal ini.

"Tapi, alangkah akan sangat sempurna bila rumah tangga kita dikaruniai anak, aku selalu membayangkan ada suara bayi menangis dirumah ini". Pupe tetap tertunduk.

"Hufft..nanti kita bahas kembali, aku akan pergi dulu karena hari ini ada meting pagi". Mew melepaskan tangan Pupe, lalu berlalu pergi namun tak lupa mengecup kening sang istri.

Pupe memandang nanar punggung Mew.

"Hiks..kau tak akan paham". Air mata yang sedari tadi ia tahan, akhirnya terjun bebas membasahi pipi Pupe.

***

Dengan langkah yang arogan Mew memasuki gedung pencakar langit miliknya. Mew beserta sang sekertaris    Pang berjalan, posisi Pang saat ini berada dibelakang Mew sambil membawa berkas-berkas yang harus Mew setujui.

Saat ini Mew tengah berada dikursi putarnya, entah apa yang Mew lakukan namun beberapa kali ia terlihat tersenyum manis saat terus memandang ponselnya.

Pang sang sekertasi menatap Mew penuh tanya, namun ia cukup tahu diri untuk bertanya langsung.

"Ma-maaf Tuan, sekitar 10 menit lagi meting dengan client dari Jepang akan dilaksanakan". Pang memberitahu Mew. Mew hanya memandang wajah Pang lalu tersenyum tanpa memperlihatkan deretan gigi dengan alis dinaikan keatas.

Sang Pemenang (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora