DEMESNE XXXV : EMOLLIENT

3.9K 311 29
                                    

emol·lient

\i-ˈmäl-yənt\

 Making less intense or harsh





ALLEGRA'S POV







Seharusnya aku tidak kaget melihat ketiga temanku dalam keadaan lusuh, apalagi Xander. Rambut gondrong halus cowok itu tampak berantakan, ikatannya sudah tidak sesuai pada tempatnya lagi. Beberapa rambut mencuat keluar, membuatku bertanya-tanya apa yang sudah mereka lakukan hingga mereka tiba di sini dalam kondisi mengenaskan. Di ambang pintu, terlihat wajah kusam Aqua dan Xander, serta wajah Chloe yang entah mengapa penu h dengan kebingungan dan ekspresi sebal. Cewek itu memandangiku dengan tatapan yang tidak dapat kutebak, tapi kurang  lebih dapat kuasumsikan sebagai tatapan biasa-nya Chloe. Aku tidak  menangkap adanya hawa-hawa kemarahan dari matanya, walaupun aku tahu hatinya masih terlampau dingin untuk menyapaku. Dan menurut Vero, aku hanya perlu menunggu sampai Chloe benar-benar sadar kalau ada yang mengadudomba kami, jadi aku diam saja.

Namun, sulit rasanya untuk tidak merasa kuatir melihat darah mengucur dari kaki dan tangan Chloe dan Aqua. Dua cewek itu seperti habis lepas dari pekan pembunuhan berantai rahasia. Kondisiku juga tidak jauh berbeda, hanya saja, secara fisik setidaknya aku dapat berdiri dan duduk tanpa terpatah-patah.

"Kalian bertiga rupanya, sudah lama kita tidak berkumpul bersama. Mari, masuk kemari. Kalian juga pasti ingin membersihkan diri, kan?"

Aku menoleh pada Vero sambil mengangkat sebelah alisku.

"Kita sudah mandi, sih, trims atas perhatiannya." Satu-satunya cowok di ruangan ini buka mulut. "Maksudku, kami mandi di tempat sampah."

Aku langsung menoleh ke arah Xander. Cowok itu menyunggingkan seulas senyuman padaku, lalu masuk dan seketika itu juga bau tidak enak mendominasi seluruh ruangan ini. Aku sampai harus bersusah payah untuk menutup hidungku dengan sapu tangan yang diberi Vero tanpa menyinggung perasaan siapapun.

"Apa aku boleh lebih dulu? Aku yang paling banyak kena sampah tadi," kata Aqua sambil tersenyum padaku dan Vero.

"Tentu saja, Aquaris. Kamar mandi ada di belakang sana, pakaian telah disiapkan juga."

Dalam dua detik, yang tersisa di ruangan hanya aku, Chloe, Xander, dan Vero.

Mungkin Oscar telah kembali, tapi lelaki itu tidak  terlihat, barangkali sedang sibuk mengurusi sesuatu. Xander mengambil tempat duduk di depan meja Vero, dan tidak ada lagi kursi yang tersisa selain sofa yang aku duduki, dan mau tidak mau Chloe duduk di sebelahku, walaupun kentara sekali cewek itu masih menjaga  jarak denganku. Aku hanya bisa menunduk dan membiarkan kecanggungan yang tidak dapat dihilangkan menguasai kami. Sementara itu, Vero berdeham sambil tetap mengetikkan sesuatu di laptopnya.

"Ada kabar apa yang ingin kalian beritahukan pada kami, berkaitan dengan aroma tubuh kalian yang ... kurang sedap?" tanya Vero dengan nada kalem seperti biasanya.

Xander berdeham. "Ada yang menyerang dua anak di sekolah, Mario dan Lissa. Mereka diduga jatuh dari jendela lantai satu. Tak seberapa tinggi memang, tapi mereka sekarat karena ada luka tusukan yang ... cukup dalam."

Vero mendadak memasang wajah serius.

"Lalu bagaimana perkembangan para anggota SDS? Menemukan beberapa kandidat lagi?"

"Sejauh ini, tidak. Ada berapa orang yang tersisa?" tanya Chloe.

Vero mengutak-atik laptopnya sambil sesekali bergumam. "Dari pihak SHV sendiri, kita hanya punya dua orang tersisa. Apa kalian sudah tahu siapa orangnya? Marissa dan Geraldine. Mereka berdua aman-aman saja, kan?"

TPE : Seven Rivalry (2014)Where stories live. Discover now