DEMESNE XXXIV: AGHAST

3.3K 313 9
                                    

a·ghast

/əˈɡɑːst/

Struck with overwhelming shock or amazement; filled with sudden fright or horror.


*mengandung kata-kata kasar, mohon tidak ditiru kecuali memang diperlukan sewaktu-waktu* 


 "Mungkin kalian pikir ini tak menyeramkan, tapi masih ada tetesan darah, tanah, dan beberapa cemilan anak-anak di luar sana. Petugas tak membersihkannya. Entah itu memang ide mereka atau kelakuan Renata yang tak peduli dengan kebersihan sekolah," komentar Xander sambil menutup pintu pelan-pelan. "Dan apa ini oke-oke aja? Maksudku, kalau ada yang lihat kita masuk ke sini bagaimana?"

"Memang apa yang mereka bakal lakukan? Melaporkan kita pada guru? Mereka pasti bakal mempertimbangkan itu kok, Xander. Kau tenang saja. Ada hal yang lebih penting di sini, seperti apa yang dapat kita temukan. Aku sedikit penasaran dengan yang tadi, kupikir mereka tahu sesuatu. Dan siapa tahu ada kaitannya dengan anggota Seven Heavenly Virtues dan lawannya."

Yah, aku sempat berpikir saat Chloris mengatakan "akan mempertimbangkan kembali", tapi kemudian aku sadar, sepenuhnya sadar, kalau anak-anak pasti takut dengan Chloris. Allegra dan Chloris adalah dua cewek yang paling ditakuti di Visual Angkasa. Kalau ada anak-anak yang sok berani menantang mereka berdua dan mengangkat tinju tinggi-tinggi ke langit, mereka hanya berani di belakang saja. Saat didatangi oleh Alle dan Chloris, aku yakin mereka pasti berusaha keras mencari tempat persembunyian terbaik yang bebas dari jangkauan dua cewek keren itu, berusaha keras agar nyawa mereka masih bisa dipertahankan setidaknya sampai mereka dapat jodoh. Pantas saja Chloris santai banget pas masuk ke ruangan ini, seakan-akan tidak ada yang bisa menghentikannya.

"Nah, Aq, coba kau cek ke sana, teriak saja kalau kau menemukan sesuatu. Xan, kau denganku."

"Lo, kenapa aku tak pencar sendiri saja?" tanya Xander tidak terima. "Memangnya aku terlihat seperti orang yang tak dapat menjaga diri?"

"Sebaliknya, kau sangat bisa jaga diri, Xander," Chloe mendesah, "karena itu aku mohon agar kau bersama denganku, karena aku tak mampu menjaga diri."

Xander tertawa meremehkan. "Kau pernah tahu kata bullshit, kan?"

Chloris melirik Xander dengan tatapan menyeramkan yang menunjukkan kalau dia akan segera mencincang cowok itu kalau Xander tidak berkata iya, dan aura yang dipancarkan cewek itu begitu kuat, sehingga mau tidak mau Xander tunduk pada perintahnya yang mulia.

"Oke, Aq, kalau ada apa-apa, jotos saja, ya," kata Xander sambil berjalan mengikuti Chloris.

Setelah berpisah dengan Chloris dan Xander, aku berjalan menyusuri rak-rak tinggi yang tentu saja berisi data diri anak-anak di Visual Angkasa. Aku tidak tahu kenapa Chloris memutuskan untuk masuk ke dalam sini, tapi aku tahu cewek itu memiliki insting yang kuat, jadi aku yakin kalau dia pasti bisa menemukan sesuatu dari tempat ini.

Omong-omong, tidak ada yang dapat aku lakukan selain memperhatikan sudut-sudut ruangan itu. Yang tertangkap di depan mataku hanyalah rak-rak tinggi dan beberapa meja kecil juga kursi dan sebuah tangga di ujung ruangan. Sisanya, tidak ada yang menarik. Selayaknya ruangan-ruangan sekolah yang akrab dengan kesan membosankan, ada atmosfer kental yang memaksaku untuk segera keluar dan menghirup udara bebas ketika berada di ruangan ini. Aku berjalan-jalan pelan menyusuri beberapa area, di antara rak-rak tinggi yang terlihat jarang disentuh dan hanya ada di sana sebagai pajangan, lalu ke area lainnya, sambil berusaha mencari sesuatu yang barangkali bisa membantu aku dan dua temanku untuk mengetahui siapa korban penyerangan kali ini. Sebenarnya ini cukup menyenangkan. Aku tidak perlu masuk ke sekolahku yang terkutuk dan menyusup ke sekolah orang lain lalu menyelidiki kasus keren yang menyangkut dua organisasi yang ... oke lah, lumayan keren, bersama dua orang keren. Ini menyenangkan.

TPE : Seven Rivalry (2014)Where stories live. Discover now