6. Kesepakatan

56 10 2
                                    

Ditulis oleh Riesling

"...Tresario?"

"Hai, Tara."

Bayangkan suara bariton paling mahal di dunia berbisik langsung di telingamu. Apa rasanya?

Lalu kau ingat bahwa pemilik suara itu adalah orang yang sangat mungkin menuntutmu atas pelanggaran UU ITE dan pencemaran nama baik. Apa rasanya?

Hai?! Hai???!!! Ngapain dia di sini?!

Tara terlalu syok untuk merespon. Tubuh tegap mendekap punggungnya yang membeku. Tangan yang hangat mencengkeram lengan Tara dengan kokoh. Wajahnya memanas. Kapan terakhir kali Tara berada sedekat ini dengan manusia selain di KRL?

Tresario melepaskan dekapannya dan memutar tubuh Tara hingga mereka berhadap-hadapan. 

"Kamu perlu hati-hati. Kamu membuat saya khawatir."

Sihir apapun yang tadi mungkin ada di antara mereka buyar seketika begitu Tara mendengar Tresario lagi-lagi sok berbahasa Indonesia. Wah, dia sudah belajar pakai kata "kamu", nggak pakai "Anda" lagi.

Setelah komentar tak penting itu melintas, barulah sel-sel otak Tara bekerja. Berbagai pertanyaan berputar dalam kepalanya. Misalnya, apakah Tresario sampai kemari untuk menuntutnya? Tapi dari mana dia tahu Tara ada di situ? Atau apa berita kejadian semalam sudah tayang dan Tresario datang untuk menuntut KAWATDOTCOM? Kalau betulan kejadian, apa Tara akan dipecat? Padahal dia mulai kerja saja belum!

"Kamu tidak apa-apa? Kenapa diam saja? Apakah kamu terluka?!"

Tara bergidik ketika Tresario mulai meraba-raba wajah dan lengannya sambil memindainya dari ujung rambut sampai ujung kaki seperti mengecek baret dan retak di barang antik yang baru saja jatuh ke lantai.

"Apa-apaan sih?!" Tara refleks membentak sambil meronta. 

Ups. Suara yang keluar dari mulut Tara lebih nyaring dari rencana. Perhatian satpam dan orang-orang yang masih photoshoot di halaman gedung sontak teralih kepada Tara dan Tresario.

"Ada apaan tuh?"

"Kok yang cowok kayaknya kenal?"

"LAH ITU KAN TRESARIO!"

"Oops! We got caught. Please bear with it."

"H-hei!"

Belum sempat Tara bereaksi apapun, tahu-tahu kakinya tak lagi menginjak aspal. Dengan entengnya Tresario mengangkat tubuhnya dan membawanya lari masuk ke dalam sebuah mobil yang parkir di pinggir jalan. Tara berusaha keluar dari mobil, tapi kalah cepat dengan "penculik"-nya yang dalam sekejap sudah duduk di bangku pengemudi dan mulai menyetir kencang.

"Berhenti! Kamu mau nyulik saya?!" protes Tara.

"Apologies, baby, that was emergency," jawab Tresario santai, "Kamu tidak mau terlibat jadi pusat perhatian, bukan?"

"Apaan sih baby baby aku bukan babi! Lagian bahasa Indonesiamu nyebelin!"

Tara nyaris refleks meminta maaf karena kelepasan menyuarakan rutukannya alih-alih menyimpannya di dalam hati, tapi ia menahan diri. Toh dia tidak salah sama sekali. Justru aneh kalau dia tidak mengumpat setelah diperlakukan seperti barusan oleh orang asing.

"Ouch, saya ngomong gini aja gapapa?" tanya Tresario dalam bahasa Inggris.

"Terserah," sahut Tara ketus. 

Kalau ada tokoh perempuan "diculik" seperti ini di film-film, tokoh itu akan memberontak, berteriak minta tolong, atau yang jago bisa berusaha mengelabui penculiknya. Sekarang saat Tara mengalaminya sendiri, dia jadi salut dengan tokoh di film-film itu. Saking syok dan bingung, Tara merasa tak punya cukup tenaga untuk menjerit, apalagi untuk memikirkan cara mengelabui artis internasional di sampingnya ini.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 17, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Scandals of Mr. TWhere stories live. Discover now