4. Skandal

92 13 3
                                    

Ditulis oleh Riesling

Ketika Tara tersadar, dia tidak langsung bangun. Matanya masih terasa berat dan berdenyut-denyut. Dia mencoba tidur lagi, tapi tidak bisa. Pikirannya melayang sesuka hati, mengulang-ulang ingatan acak dari hari-hari yang telah lewat. Telepon Mama, terakhir kali ketemu teman di wisuda, tawaran kerja, Tresario...

Tresario!

Tara langsung merasa cemas mengingat nama itu. Seolah ada sesuatu yang harus dilakukan, sesuatu yang terlupakan...

Dia meraba-raba ke kanan, tapi hanya menemukan ketiadaan alih-alih meja kecil di samping ranjang tempat dia biasa meletakkan ponsel. Tara baru sadar dia bahkan tidak berbaring di posisi yang benar. Dia juga belum ganti baju sebelum tidur. Terakhir dia pergi ke--

Tresario.

Akhirnya Tara memaksa diri untuk bangun. Ia menemukan dirinya terbaring menyilang di atas ranjang, masih memakai jins dan kaos baby blue yang sedikit bau amis bercampur alkohol dari kejadian semalam...

"Aaaaaaaaargh!"

Kejadian semalam bukan cuma jadi salah satu kejadian paling memalukan seumur hidup Tara. Sekarang dia juga jadi harus mencuci baju, seprai, selimut... 

Tara selama ini merasa dia tipe orang yang cukup punya pengendalian diri. Walau emosinya kadang meluap-luap, dia masih bisa memastikan dirinya tidak "bertindak". Dia tidak habis pikir, bisa-bisanya dia melakukan... Apapun yang dia lakukan semalam. DI depan artis lagi. 

Setidaknya dia berhasil sampai di rumah dengan selamat. Tara tidak ingat persis bagaimana dia bisa pulang. Dia hanya ingat merasa kembung dan oleng. Kok bisa ya orang di film-film sengaja keluar untuk mabuk-mabukan? Dia juga ingat merasa takut karena teler di jalan sendirian--takut ketemu penjahat atau terkapar di jalan sampai pagi seperti orang-orang di Shibuya Meltdown.

Hmm... Jakarta Meltdown...

Tara menggeleng-gelengkan kepala agar kembali fokus. Bongkar seprai, buka baju, cuci...

Setelah entah berapa lama bergelut dengan cucian (dan tentunya mandi sekalian), Tara merasa seluruh energinya habis tak bersisa. Ia baru menjatuhkan diri ke kasur ketika mendengar bunyi getar di lantai. Ponselnya pasti terjatuh saat dia tadi melepas seprai. Sekarang ada yang menelepon...

Masih terlalu lemas untuk bergerak, Tara berusaha memungut ponselnya dengan kaki. Setelah beberapa kali percobaan, akhirnya berhasil. Dia sudah bersiap menekan tombol off. tapi batal ketika melihat nama peneleponnya. 

Kiran, sahabat Tara, adalah orang terakhir yang dia temui secara sukarela selain Tresario, pewawancara tempat kerja, kasir minimarket, dan driver ojol. Itu pun sudah berbulan-bulan lalu. Waktu itu Kiran jauh-jauh terbang dari Taipei untuk datang ke wisudaan Tara, tapi mereka cuma bisa ketemu sebentar--makan bareng pun tidak sempat--karena Tara dibajak oleh keluarganya seharian. Rasa bersalahnya saat itu masih membekas di hati Tara, sampai-sampai menyusup di lamunannya setiap kali gadis itu sedang setengah sadar.

Mereka hampir tidak pernah kontak-kontakan lagi sejak itu. Kenapa tiba-tiba Kiran menelepon?

"...Halo?"

"TAR LO NGGAK APA-APA KAN?!"

Tara sontak terkesiap mendengar Kiran tiba-tiba berteriak di telepon.

"H-hah? Emang kenapa, Ran?"

"KENAPA? LO--uh... ketemu Tresario?"

"...Kok lo tahu gue ketemu Tresario?"

Tara yakin dia tidak bilang ke siapa pun soal semalam. Kenapa Kiran bisa tahu? Apa jangan-jangan... Tresario update soal kejadian kemarin di medsos? Ke media massa? Bangsat!

Scandals of Mr. TWhere stories live. Discover now