Tatapan bingung Kawaki melembut. Ia masih tidak bisa mengerti maksud Sarada. Namun ia merasakan maksud Sarada.

Pantulan cahaya rembulan di mata Onyx itu semakin berkilauan hingga akhirnya menumpahkan cairan bening, membuat Kawaki tak lagi memikirkan apa-apa. Yang ia inginkan hanyalah menghilangkan rasa sakit yang terpancar di mata Sarada. Kawaki langsung menarik Sarada ke dalam pelukannya.

"Jangan menangis, itu membuatku hatiku peduh melihatmu seperti ini." Ucapan Kawaki membuat Sarada merasakan sesuatu yang aneh di dalam dirinya. Mereka baru saja bertemu namun bagaimana pria ini bisa membuat sang Putri begitu nyaman hingga berani menunjukkan sisi lemahnya.

"Aku lelah, aku ingin istirahat." Sarada terisak dalam tangisannya, dan suara itu membuat hati Kawaki terasa pedih. Ia mengelus puncak kepala Sarada, berusaha menenangkannya.

"Tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja. Aku akan selalu ada bersamamu." Ucap Kawaki dengan lembut.

"Ayo, akan kuantar kau ke kamarmu." Tawar Kawaki. Ia pun mengantar Sarada ke dalam istana.

Di dalam perjalanan, tak mereka sangka akan berpapasan dengan Sasuke. Ia menatap mereka dengan tajam. Kawaki oun membungkuk hormat.

"Apa yang kau lakukan selarut ini di luar kamarmu?" Tanya Sasuke pada Sarada. "Bukankah kau harus tidur?" Tanyanya lagi.

"Aku akan ke kamarku, ayah." Jawab Sarada. Sasuke pun melihat ke arah Kawaki dengan tatapan dingin.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Sasuke pada Kawaki. "Sebelumnya saya melihat Tuan Putri seperti kurang sehat jadi saya berniat memastikan Tuan Putri aman sampai ke kamarnya, Yang Mulia." Jawab Kawaki.

"Cukup sampai di sini saja. Kembali ke tenpatmu!" Perintah Sasuke. Sarada melihat Kawaki yang kemudian membungkuk lalu pergi.

"Jangan dekat-dekat dengan siapapun. Apa kau sudah lupa apa yang ayah katakan? Siapa saja bisa mengambil kesempatan untuk mencelakaimu." Sasuke memperingatkan Sarada.

"Kawaki tidak akan melakukan hal seperti itu." Bantah Sarada.

Sasuke terdiam sejenak, lalu membalas. "Kau tahu namanya... tapi seberapa jauh kau mengenalnya? Hn?" Tanya Sasuke dengan dingin.

"Jangan naif! Ini akan membuatmu mudah dimanfaatkan! Dan berhenti berbicara dengannya. Sekarang pergi ke kamarmu dan tidurlah." Perintah Sasuke.

Karena merasa sudah tidak lagi memiliki energi tersisa, Sarada langsung ke kamarnya untuk tidur. Sarada telah meminum obat dari tabib tadi namun masih butuh usaha lebih agar ia bisa tertidur. Tapi setidaknya ia sudah bisa mengambil waktu untuk tidur walau hanya sebentar.

Keesokan harinya, Sarada kesulitan untuk tidur walau sudah meminum obat dari tabib. Ia pun memutuskan untuk keluar dan pergi ke bagian Istana tempat para tabib.

Sarada mengintip dari luar jendela namun di dalam sudah sangat gelap. Sambil ia berjalan di sepanjang jendela itu, tiba-tiba ada jendela yang mengarah ke suatu ruangan dengan pencahayaan kecil. Sarada pun melihat Kawaki yang tengah fokus membaca.

Sarada mengetuk kaca jendela tersebut dan membuat Kawaki menatap ke arahnya. Wajah Kawaki yang semula kusut akibat terus membaca buku obat-obatan herbal, menjadi berseri lagi. Ia pun buru-buru membuka pintu untuk Sarada.

"Maaf mengganggumu belajar." Kawaki terkekeh mendengar Sarada. "Tidak masalah sama sekali. Silahkan masuk." Sarada pun masuk ke dalam dan duduk di sofa di samping tempat Kawaki duduk tadi sambil menatap bukunya.

Kawaki pun kembali ke posisinya semula dan memangku kembali bukunya. "Ini adalah buku obat-obatan herbal yang terbaru. Aku harus terus mempelajari hal seperti ini agar bisa menjadi tabib yang mampu menyembuhkan segala jenis penyakit." Kata Kawaki.

Sarada tertawa mendengar hal itu. "Kau sangat bersemangat. Apakah menjadi tabib adalah cita-citamu?" Tanya Sarada.

"Sebenarnya itu bukan tujuan awalku. Tapi sekarang aku cukup menikmatinya." Jawab Kawaki.

Sarada merasakan kehangatan di dalam hatinya ketika bersama dengan Kawaki. Sarada perlahan menyandarkan kepalanya pada bahu Kawaki. Jantung Kawaki berhasil dibuat berdegup kencang oleh sikap Sarada terhadap dia.

"Sarada..."

"Hn..."

Mata Sarada perlahan tertutup dan kesadarannya semakin menipis. Suara Kawaki yang memanggil namanya dengan tenang justru menjadi pengantar tidur baginya. Ditambah cahaya remang-remang di ruangan tersebut sangtlah sempurna untuk membuatnya mudah tidur.

"Mimpi indah."

-TBC-

Yearning Touch | KAWASARA SHORT STORYWhere stories live. Discover now