TRAGEDI KELAM

2 0 0
                                    

Sementara di halaman kosan Al....

" Mau sampe kapan Al? ". Zidan menghampiri Al yang sedang menghisap rokoknya di halaman kosan.

Al menoleh ke arah Zidan sesaat, lalu kembali menghisap sebatang rokok di sela jarinya.

" Al.... mau sampe kapan? gue nanya ". Kini Zidan telah duduk di hadapan Al, dan menatap Al yang masih asik menghisap rokoknya.

" Harusnya gue yang nanya Zid, Mau sampe kapan lo ikut campur urusan gue? " Al menjawab dengan datar, matanya menatap tajam ke arah Zidan.

" Hahaha.... Al, gue tuh gak ikut campur urusan lo ".

" Terus apa? Kasihan? ". Tanya Al sembari mematikan rokoknya di asbak yang berada di atas mejanya.

" Hahaha kasihan?.... Bukannya lo gak suka dikasihani atau mengkasihani ya? ". Jawab Zidan menyindir Al
" Gue cuman perihatin doang Al sama lo".

Al berdiri dari duduknya mengabaikan Zidan yang sedang berbicara dengannya, berjalan menuju kamar kosnya.

" Al... Gue tuh temen lo..... Gue juga paham banget sedalem apa kejadian yang nimpa lo waktu itu bener-bener ngerubah lo jadi kaya gini sekarang ".
" Tapi tolong lah, jangan terus-terusan nyiksa diri lo sendiri Al. Mau sampe kapan lo begini terus ? ". Zidan menatap punggung Al yang hendak masuk ke kamar kosnya.

Al berhenti sejenak ketika mendengar apa yang diucapkan Zidan, lalu memutar balik kembali tepat kehadapan Zidan.

" Zid, harus berapa tau gue kasih tau lo, gue gak pernah maksa lo jadi temen gue, bahkan lo pergi atau apapun itu gue gak peduli " Al menarik kerah baju Zidan, kini mereka saling beradu tatap yang membuat suasana menjadi tegang.

" Dan satu lagi...  Gak usah ungkit apapun kejadian itu, lo sama sekali gak tau apa yang sebenernya terjadi sama tragedi itu, dan lo gak ada hubungannya sama kejadian itu, jadi.... Gak usah belaga seolah-olah lo tau kejadian itu ". Al meletakan jari telunjuknya ke dada Zidan dengan sedikit tenaga.

Tatapan Al tajam ke arah Zidan, dan membuat Zidan sedikit gemetar.

" Sekali lagi gue denger lo ngomong kaya tadi... "
" Nama lo bakal jadi salah satu daftar orang yang bakal berurusan sama gue di luar daftar hitam itu. Paham? ". Al menegaskan dan sedikit mengancam.

mendengar itu tubuh Zidan benar-benar gemetar, dahinya mulai berkeringat, dan berusaha menutupi-nutupi wajah paniknya.

Zidan adalah salah satu sahabat karib Al, ia tahu betul bagaimana sifat Al yang sebenernya.

Sedari duduk di bangku SMP Zidan mengenal Al dengan baik, mereka akrab, bahkan kedua orang tua mereka bisa saling mengenal dengan dekat. Bagi orang tua Zidan, Al sudah dianggap sebagai anaknya sendiri.
Saat itu setiap pulang dari sekolah, Al suka sekali menyempatkan diri mampir kerumah Zidan, lalu di layani dengan baik oleh orang tua Zidan, Bercerita panjang lebar dengan kedua orang tua Zidan, bahkan kadang sempat sampai bercanda bersama.

Di sekolah mereka, mereka dikenal dua sekawan yang sangat kompak, hampir setiap apapun kegiatannya, mereka pasti selalu berdua, kekantin berdua, mengerjakan tugas berdua, dll.

Alerick yang Zidan kenal saat dulu benar-benar berbeda dengan Al yang orang-orang kenal saat ini. Dulu Al sangatlah orang yang aktif, ceria, mudah berteman, dan memiliki banyak teman, orang yang disegani karna Al adalah orang yang begitu menyenangkan.

Namun sebuah kejadian telah merenggut semua sifat itu, bahkan teman-temannya, yang kini hanya tersisa Zidan yang masih menetap dengannya.

Sebuah tragedi yang benar-benar merubah Al dengan sekejap. Tak ada lagi wajah menyenangkan di wajah pria bernama Alerick ini, tak ada lagi tawa bahkan senyum di wajahnya. Tragedi yang sangat membekas bagi Al, sangat Al benci hingga kini.

Saat menatap tajam mata Zidan, tiba-tiba Al merasa kesakitan di bagian kepalanya.

" AHHH.... ANJING.... ". Al memegangi kepalanya hingga merintih kesakitan.

" Al..... " Zidan hendak menangkap tubuh Al yang hampir jatuh menahan rasa sakit.

" DIEM... GUE GAK BUTUH BANTUAN LO ". Al enggan menerima bantuan dari kawannya itu. kemudian berjalan sempoyongan ke arah kamar kosnya sembari memegangi kepalanya.

Melihat Al yang seperti itu Zidan pun mengambil obat Al, dan segelas air putih, kemudian menuntun Al untuk meminum obatnya.

Namun bukannya Al minum, justru gelas itu Al banting ke lantai, yang membuat gelasnya pecah, berantakan.

" GUE GAK BUTUH OBAT ITU ZID... GUE GAK SAKIT ANJING... ".
" Mending lo cabut Zid... " menatap Zidan dengan sekuat tenaga, kini sakit di kepalanya semakin menjadi.

Zidan tak bisa berkata banyak... Ia bingung, namun kasihan melihat temannya yang dulu ia kenal, dan tak seharusnya sekarang mengalami hal ini.

" KELUAR ANJING... LO DENGER GAK?... ".

Zidan menurut, tak mau lagi membantah, ia meninggalkan kawannya sendiri dengan dengan berat hati meninggalkan perasaan khawatir terjadi sesuatu dengan Al, namun di sisi lain ia tak bisa berbuat banyak.









You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 15, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sebuah titik akhirWhere stories live. Discover now