DEAR DIARY

2 0 0
                                    

Aku telah sampai di rumah.... huh... rasanya ingin segera aku merebahkan badanku.

Setelah bersih-bersih, aku pun hendak merebahkan badanku, bermaksud mengistirahatkan tubuhku yang benar-benar terasa lelah sekali hari ini.

Sebelum aku mengistirahatkan tubuhku, aku mengambil buku di atas meja, mengeluarkan pulpen dari tempat pesilku, hendak menuliskan catatan harian kegiatanku di hari ini.

Orang lain menyebutnya catatan Diary.

DEAR DIARY

hari ini benar-benar melelahkan buatku, entah kenapa hari ini aku mengalami hal aneh sedari aku bangun.
      Dimulai saat aku telat bangun hingga aku harus tidak mandi pagi tadi, lalu aku yang lupa melepas helm ojol dikepalaku, yang membuat aku benar-benar sangat malu.
      Dan yang paling parah, aku mendengar kata-kata yang membuatku mengingat akan masa lalu, yang ingin sekali aku lupakan, kata-kata yang membuat, tubuhku gemetar, kata- kata yang membuat pikiranku kacau hingga saat ini, kata-kata itu kini kembali bersarang di kepalaku.
      Raka namanya, seorang pria yang mengeluarkan kata-kata itu, ya... walaupun kata-kata itu tak terjuju kepadaku, tapi tetap saja, kejadian itu benar-benar membuatku kembali mengingat masala laluku.
       Dari cara ia memperlakukan wanitanya, dari cara ia membentak wanitanya, orang itu benar-benar membuatku mengingatkan pada lelaki yang tak ingin aku kenal yang hadir dalam hidupku.
         
         Tapi tak apa Raka akhirnya mendapatkan karma instan, dari seorang pria yang bernama Al, Al telah menghajarnya habis-habisan, bukan karna ia tak suka melihat perlakuan Raka kepada wanitanya, namun karna bagi Al, Raka sudah mengganggu ketenangannya. Hahaha.... sangat aneh bukan pria bernama Al ini.
          Ia menghajar Raka habis-habisan, tanpa ampun, aku merasa sangat puas, itu hal yang memang pantas Raka dapatkan.
           Tapi ya.... Anehnya Sekar, wanitanya Raka justru masih saja membela cowonya yang bajingan itu. Huh... benar-benar membuatku sedikit greget, ingin sekali aku memberitahu Sekar, buat apa coba ia membela cowonya yang sudah bermain kasar sama dia?, buat apa juga coba ia menangisi Raka yang babak belur dihajar oleh Al? Toh Raka memang pantas mendapatkannya kok.

Dear deary....

          hari ini aku sedang mengingatnya.. aku merindukannya... benar-benar merindukannya...
         Rindu pelukan hangatnya, rindu tutur katanya yang lembut, rindu bercerita dengannya, rindu mengeluh, mengadu, bercanda, ketawa bareng, marahnya, semua tentang dia aku benar-benar merindukannya....
          Seandainya ia masih di sini, pasti aku tak membebani kertasmu ini, pasti
aku tak sesepi ini, tak sebenci ini dengan dunia, tak seperti sekarang ini.
          Semenjak ia pergi, dunia terasa tidak lagi semenyenangkan dulu, jarang sekali aku bisa tertawa, bahkan semuanya terlihat membosankan buatku.
        
Dear diary...

             Aku benar-benar merindukan momen itu... momen yang hanya aku dan dia yang tau. momen yang sangat menyenangkan yang pernah ada dalam hidupku untuk saat ini, atau mungkin selamanya.
             Momen sebelum seseorang merenggut tawanya, candanya, bahagianya. Hingga pada akhirnya berubah menjadi tangisan, duka, bahkan luka jangka panjang untuknya dan juga untukku.
             Seseorang yang telah merenggut semua yang pernah dan harusnya tetap aku miliki.

Dear diary...

             Andai saja ada seseorang yang bisa menjadi tempatku bercerita, pasti aku tak akan merasa sesepi seperti saat ini,
            Maaf yaa untuk saat ini aku masih membebani kertasmu, aku bingung Diary, bingung harus bercerita kepada siapa lagi?, bahkan bu Riyanti yang aku kira hisa menjadi tempatku bercerita, ia hanya memberiku selembaran-selembaran kertas yang justru membuatku semakin merasa pusing, terlihat sangat membosankan.
            Entah untuk apa kertas itu, dan setiap kalimatmya tak pernah berubah dari awal aku bertemu dengannya sampai sekarang, hingga aku hafal kalimatnya.

Dear diary

            Terimakasih yaa... cuma kamu yang mau menemaniku bercerita. Ya.... Walaupun kau tak meresponnya, atau bahkan tal bisa meresponku.
            Tapi tak apa aku sudah sedikit lebih lega kok. :)

          Sudah malam Diary, waktunya untuk tidur, mataku juga sudah lelah, badanku apalagi. hehehehe.....

       Huaaa.... mataku benar-benar lelah diary, berharap esok aku tak bangun lagi.

salam hangat.....

( Anfisa Carina ).

Aku menutup bukuku, dan mengembalikan pulpen ketempatnya berada.

Usai sudah cerita hari ini, aku membasuh air mataku, sembari memejamkan mata berharap tak ada lagi hari esok.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sebuah titik akhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang